Selesai makan, diriku membersihkan tubuh yang terasa lengket dan berusaha untuk sholat.. Walaupun mata terasa berat dan tubuhku pun penat luar biasa. Tapi kupaksakan juga untuk sholat karena kutahu itu merupakan kewajiban yang tidak bisa ditawar-tawar lagi. Kujamak sholat Maghrib dan sholat Isya sekaligus. Setelah itu kucoba membangunkan Faisal. Sulungku yang berumur sepuluh tahun. Dia tidur tanpa sempat sholat. Aku ingin memberi pengertian bahwa selelah apapun, sholat tetap tidak boleh ditinggalkan. Alhamdulillah Faisal mau bangun dan menjamak sholatnya.
***
Sungguh nyaman tidur di rumah papan. Tidak perlu kipas angin karena hawanya sudah dingin. Angin menyelusup melalui celah-celah papan. Brr! Dinginnya seperti di Puncak! Aku membungkus tubuhku rapat-rapat dengan selimut.
Rasanya aku belum lama tertidur ketika terdengar lantunan suara orang mengaji dari masjid. Aku langsung terjaga, ternyata sudah hampir Subuh. Mendengar suara orang mengaji, aku jadi begitu terhanyut karenanya. Begitu merdu, mendayu-dayu. Bayangan Jaddi kembali melintas. Tanpa terasa air mataku meleleh. Jaddi sudah lama tiada, tapi sosoknya tetap abadi dalam sanubari.
Banda Aceh,
Catatan kaki:
Jak saweu gampong : pulang kampung
Sie Itiek : gulai itik