Hari ini Kamu Lembur Yah!

"Tolong hari ini kamu lembur ya, nanti pulang jam 7." Sebagai seorang karyawan swasta maka adalah hal yang wajar ketika kerap kali diminta oleh pimpinan kerja untuk bekerja melebihi jam kerja (Over Time) atau lebih akrab disebut dengan isltilah Lembur.

Bagi kebanyakan orang Lembur ini adalah suatu hal yang ditunggu-tunggu karena dengan adanya lembur bisa dipastikan akan mendapat tambahan penghasilan di akhir bulan apalagi sebagai karyawan di level rendah yang memiliki pengahasilan serba pas-pasan bahkan sering kali tidak mencukupi, maka lembur menjadi solusi terbaik untuk dapat mengumpulkan pundi-pundi lebih setiap bulannya.

Namun tidak demikian dengan Rahmat, Sebagai salah satu karyawan swasta dalam sebuah perusahaan di ibukota. Ia termasuk karyawan dengan kinerja serta prestasi dan sikap yang baik, juga mempunyai keahlian pekerjaan yang mumpuni. akan tetapi Rahmat di mata pimpinan kerjanya (yang bernama Pak Ahmad), dinilai mempunyai sebuah kekurangan yang membuatnya kurang di sukai oleh pimpinan kerjanya.

Kekurangan Rahmat tersebut tidak lain karena Ia sering kali menolak untuk kerja lembur. Pak Ahmad selaku atasannya menilai Rahmat sebagai karyawan yang tidak memiliki loyalitas terhadap perusahaan. Rahmat bukanlah karyawan yang tidak mau sama sekali untuk kerja lembur. Hanya saja jika dibandingkan dengan rekan-rekan satu bagian yang lain, jumlah jam lembur Rahmat perbulannya jauh lebih sedikit dibanding rekan karyawan lain. Baginya jika pekerjaan tersebut tidak mendesak (urgent) dan tidak menggangu kinerja dari perusahaan, maka bagi Rahmat jika sudah saatnya pulang maka insyaalloh masih ada hari esok untuk kembali menyelesaikan pekerjaannya.

Melihat kondisi dari Rahmat yang seperti itu nampaknya telah membuat Pak Ahmad selaku atasannya merasa gerah, hingga akhirnya Pak Ahmad memanggil Rahmat untuk datang ke ruang direksi tidak lama sebelum jam kerja akan berakhir. “Rahmat hari ini tolong Kamu lembur ya”, jelas perkataan Pak Ahmad meminta Rahmat untuk lembur pada hari itu. “Saya mohon maaf Pak hari ini saya ada keperluan selepas pulang dari kantor,” Rahmat mencoba menolak dengan sehalus mungkin. “ loading pekerjaan saya hari inipun tidak banyak dan insyaalloh esok hari saya akan coba datang lebih awal untuk segera menyelesaikan pekerjaan yang belum selesai.”. “Kemarin kamu kan tidak lembur, jadi coba hari ini kamu lembur.” “Bagaimana ya Pak, Sulit bagi Saya untuk lembur dan menunda keperluan Saya setelah bekerja”. Mendengar penolakan terus-menerus Pak Ahmad hanya dapat menghela nafas dalam dan diam sehingga suasana ruangan tersebut menjadi agak kaku dan tidak nyaman.

“Memangnya Kamu sudah tidak butuh uang lembur atau Kamu punya sumber penghasilan lain”. “Tidak Pak!, Saya tidak punya penghasilan sampingan.” “Lalu kenapa Kamu jarang sekali lembur memangnya Kamu tidak merasa rugi karena tidak dapat uang lembur.” Pak Ahmad mencoba memojokan posisi Rahmat. “Sebenarnya Saya sama seperti orang kebanyakan, senang jika mendapat tambahan penghasilan setiap bulannya. Akan tetapi anggap saja Saya sudah menerima dan sudah menggunakan upah lembur Saya lebih awal setiap bulannya.” “Maksud Kamu apa?” Pak Ahmad mengerenyitkan dahi tanda tak mengerti. “Begini Pak, bagi Saya uang atau harta bukan segalanya karena dengan memilikinya bukan berarti Saya dapat memiliki segalanya. Coba Kita berfikir sebesar apapun penghasilan Kita atau sebanyak apapun harta yang Kita miliki, Kita tidak akan pernah mampu untuk membeli waktu yang telah berlalu.” “Iya Saya mengerti akan pendapatmu, tapi apa hubungannya dengan Kamu tidak lembur?.” “Lembur bukanlah kewajiban Saya selaku pegawai, hanya saja jika memang di butuhkan tentu Saya akan bekerja lembur dikarenakan kesadaran dan kepedulian. Apabila Saya bekerja lembur sama saja Saya telah menjual tenaga, fikiran dan waktu Saya kepada perusahaan diluar dari kesepakatan kerja atau diluar aqad kerja yang wajib Saya penuhi kepada perusahaan. Kemudian maksud dari anggap saja Saya sudah menerima dan sudah menggunakan upah lembur Saya lebih awal setiap bulannya adalah, Anggap saja Saya telah membeli tenaga, fikiran dan waktu Saya dengan tidak bekerja lembur sehingga Saya tidak menerima upah lembur Saya setiap bulannya karena upah tersebut sudah habis Saya gunakan untuk membeli hal tersebut yaitu tenaga, fikiran dan waktu. Yang nantinya bisa Saya gunakan untuk keperluan lain atau untuk memenuhi kewajiban-kewajiban Saya yang lainnya, semisal untuk berkumpul dengan keluarga, mengistirahatkan tubuh, menuntut ilmu, beribadah atau yang lainnya.”

***

Kita kerap kali terlena dengan kesibukan-kesibukan yang Kita hadapi setiap harinya, walau sesungguhnya tidak keseluruhan dari kesibukan tersebut adalah sesuatu yang wajib Kita kerjakan. Memahami bahwa Kita sebagai manusia atau seorang hamba Allah memiliki suatu kewajiban yang itu merupakan tujuan dari diciptakannya Kita yakni beribadah kepada Allah Azza wa Jalla. Maka hendaklah jangan sampai kesibukan-kesibukan tersebut membuat Kita lupa akan aktivitas yang merupakan bagian dari ibadah kepada Allah.

Saudaraku…! Ada sebuah kata yang terkadang sulit sekali untuk Kita ucapkan yaitu kata “cukup”, Sehingga membuat diri melupakan sesuatu yang dijanjikan Allah kepada orang-orang yang bertaqwa. Layaknya perumpamaan melepaskan berlian di genggaman, demi mengambil sampah di jalan. Perbanyaklah beramal untuk kehidupan akhirat karena kehidupan ini sangatlah dekat dan kematian itu sangatlah dekat.