Dalam kitab Nashbur Rayah dijabarkan bagaimana ketika Sayyidina Umar bin Khattab mendapat pembagian tanah di Khaibar.
Beliau kemudian menemui Nabi untuk berkonsultasi dan seraya berkata: “Ya Rasulullah, aku mendapatkan sebidang tanah. Yang mana tak pernah kudapatkan pembagian harta yang lebih berharga daripada sebidang tanah ini. Lalu apa yang engkau perintahkan kepadaku terkait sebidang tanah ini?”.
Rasulullah pun menjawab: “Jika engkau mau, engkau boleh mempertahankan tanahnya dan kau boleh mensedekahkan hasilnya (dari pengolahan tanah itu),”.
Maka dengan nasihat tersebut, Umar tidak mensedekahkan hasil tanahnya. Beliau juga tidak menjual, menghibahkan, atau membagi-bagikan tanahnya kepada fakir miskin.
Kendati demikian Sayyidina Umar mengizinkan bagi siapapun yang hendak mengolah dan mengambil hasil dari tanahnya dengan cara layak.
Sayyidina Umar juga dikenal sebagai sahabat Nabi yang gemar membagi-bagikan hartanya di jalan Allah. Tak hanya itu, beliau juga kerap melebihkan orang-orang yang terlebih dahulu memeluk Islam dengan kelebihan harta yang dimiliki.
Sayyidina Umar dikenal sangat menyayangi para mualaf dan orang-orang dengan keteguhan iman dan Islam yang kuat.
Kisah sahabat Rasul lainnya yang gemar bersedekah hal yang disukainya datang dari Abdurrahman bin Auf.
Dalam berbagai catatan literatur dan khazanah Islam, Abdurrahman bin Auf pernah menginfakkan separuh harta yang dimiliki. Ditambah dengan 40 ribu dinar, 500 ekor kuda, dan 500 ekor unta hasil perniagaannya.