Seorang teman dari Indonesia mengeluhkan betapa susahnya untuk menjaga semangat beribadah di Lima, Peru. Keluhannya dilatarbelakangi oleh kekesalan yang ia rasakan ketika harus meninggalkan shalat Jum’at karena ia tidak punya banyak waktu untuk pergi melaksanakan shalat Jum’at. Islamic Center di Magdalena, satu-satunya pusat ibadah berjamaah muslim yang tinggal di Lima, terletak jauh dari tempat kerjanya.
Ketika mendengar keluhannya, aku bereaksi dengan mengangguk tanda setuju. Memang perlu semangat yang ekstra untuk tetap istiqamah melaksanakan ibadah dan menjaga diri di suatu negara yang mayoritasnya bukan muslim. Aku pun mengalaminya. Rutinitas kerja kadang membutakan mata hati untuk menjaga ibadah. Di Lima, tidak ada suara azan yang mengingatkan untuk shalat. Selain suara azan dari aplikasi Islamic Finder di komputer, diri kita sendirilah yang harus diatur sebagai alarm untuk mengingatkan diri untuk shalat.
Belum lagi cobaan yang berasal dari lingkungan sekitar. Contohnya adalah pergaulan lawan-jenis yang mengharuskan cium pipi sebagai tanda keakraban. Aku harus menjelaskan mengapa aku menolak untuk dicium pipi oleh yang bukan muhrim. Setiap kali aku menolak, ada tanda pertanyaan di wajah-wajah teman Peruku. ‘Soy musulmana’ (Aku seorang Muslim/ah), jelasku singkat, ketika harus menjelaskan kenapa aku menolak tanda keakraban mereka.
‘Soy musulmana’ adalah deklarasi yang perlu dijiwai dimanapun kita berada. Ucapan syahadat yang kita hapal bukan kalimat tanpa arti tanpa tanggung jawab. Butuh upaya untuk terus menjiwai deklarasi itu dan terus mengingat bahwa Allah menyaksikan kita dimanapun kita berada.
Dan Dia Bersama kamu di mana saja kamu berada. Dan Allah Maha Melihat apa yang kamu kerjakan (Al Hadid, 4-5). Ayat ini sering terlupakan sehingga kadang kita lepas kendali. Akibatnya, sering kita menduakan perintahNya dengan godaan duniawi.
Perasaan terus diawasi oleh Allah merupakan suatu sikap yang harus dijaga. Selayaknya kita mencontoh cerita seorang penggembala cilik di era pemerintahan Khalifah Umar bin Khattab r.a. Ketika Umar bin Khattab r.a menawari untuk membeli salah satu domba gembalaannya tanpa sepengetahuan si pemilik domba, sang penggembala cilik tersebut menjawab "Memang majikan saya tidak dapat melihat perbuatan itu, tetapi ada yang dapat melihatnya yaitu Allah dan saya takut kepada Allah”.
Selayaknya dimanapun kita berada, kita mengingat bahwa Allah bersama kita dan melihat perbuatan kita. Terdapat pilihan untuk terus merasa di bawah pengawasanNya sehingga kita bersemangat untuk terus istiqamah atau melupakanNya dan menganggap perintahNya sebagai angin lalu. Semoga kita termasuk orang yang memilih pilihan yang pertama.