Hidup Mestinya Bagai Air Mengalir

Hidup mestinya ibarat air kecil jernih mengalir, mengalir dari hulu ke hilir dengan lincahnya, dan jangan coba-coba menyumbat aliran air karena ketika menggenang akan menimbulkan bau tak sedap untuk sekitarnya dan mengundang berbagai penyakit, dan ketika kita mempermainkannya, maka air pun terkadang datang bagai amarah bah dan tak ada seorangun yang mampu menahannya.

Hidup dituntut harus bergerak walau tidak sekedar mengejar obsesi semata, tapi memikirkan dan berbuat untuk orang lain. Orang bijak mengatakan: ”Siapa yang hanya memikirkan dirinya sendiri, dia akan hidup sebagai orang kerdil dan mati sebagai orang kerdil. Tapi, siapa yang mau memikirkan orang lain, dia akan hidup sebagai orang besar dan mati sebagai orang besar.” (Sayyid Qutb).

Sungguh malang hidup seorang yang tidak punya makna kebaikan bagi orang lain, apalagi jika kehadirannya justru menjadi masalah bagi orang lain, karena itulah rahasia hidup pribadi unggul bahwa sebaik-baiknya kehidupan adalah yang paling bermanfaat bagi orang lain. Dan sejauhmana hidup kita bisa mendatangkan manfaat bagi orang lain? Memberi solusi bagi orang lain? Atau malah bikin masalah bagi orang lain ibarat air bah?

Air mengalir terus dan terus menuju ke tempat tertentu dan akhirnya bermuara di laut. Hidup seharusnya juga begitu, mempunyai orientasi dan tujuan yang jelas, tidak sekedar mengalir begitu saja. Hidup harus ibarat air, jika terhambat selalu mencari celah mencari jalan keluarnya. Jika air bermuara di laut, maka hidup muaranya adalah kematian. Suka atau tidak saatnya akan tiba. Memanfaatkan waktu adalah solusi agar hidup tidak menjelma bak air bah yang mampu menggilas apapun yang menghambatnya.

Air kecil jernih mengalir selalu memberi kesejukan mata jika dipandang, kesejukan hati jika dirasa, dan selalu dirindukan kehadirannya. Jadilah hidup bagai air kecil jernih mengalir. (hed).

Tidak ada indikator bahwa seseorang telah maksimal memanfaatkan waktu dalam hidupnya, bukankah setiap hari yang kita jalani ini cuma sekedar menjalankan rutinitas. Dari pagi hingga petang, bangun pagi, pergi ke kantor, pulang, dan tidur itulah yang kita lakukan setiap harinya. Ibadah-ibadah ritual yang kita lakukan pun baru sebatas pemahaman bukan kepada esensinya sehingga karenanya tidak punya ruh, tak menjelma dan membekas dalam rutinitas kehidupan sehari-hari. Menjalankan sholat, menjalankan puasa dan ibadah-ibadah lainnya tak lebih dari sekedar kewajiban bukan kebutuhan apalagi kerinduan kepada Sang Pencipta yang memberikan kita hidup dan kehidupan.

Biarkanlah waktu berjalan ibarat air kecil jernih mengalir, mengalir dari hulu ke hilir dengan lincahnya, dan jangan coba-coba menyumbat aliran air karena ketika menggenang akan menimbulkan bau tak sedap untuk sekitarnya dan mengundang berbagai penyakit, dan ketika kita mempermainkannya, maka air pun terkadang datang bagai amarah bah dan tak ada seorangun yang mampu menahannya.

Waktu menuntut kita harus bergerak untuk memikirkan dan berbuat untuk orang lain bukan sekedar mengejar obsesi pribadi semata.

Waktu terus bergulir ibarat air mengalir terus dan terus menuju ke tempat tertentu dan akhirnya bermuara di laut. Memanfaatkan waktu seharusnya juga begitu, mempunyai orientasi dan tujuan yang jelas, tidak sekedar mengalir begitu saja. Memanfaatkan waktu harus ibarat air mengalir, jika terhambat selalu mencari celah mencari jalan keluarnya. Jika air bermuara di laut, maka hidup muaranya adalah kematian. Memanfaatkan waktu adalah solusi agar hidup tidak menjelma bak air bah yang mampu menggilas apapun yang menghambatnya.

Bergulirnya waktu ibarat air kecil jernih mengalir selalu memberi kesejukan mata jika dipandang, kesejukan hati jika dirasa, dan selalu dirindukan kehadirannya. Kita memang pandai bicara, namun seringkali tak mampu menjalani.