Kedatangan Justin Bieber ( JB ) ke Jakarta beberapa hari yang lalu, ternyata membuat histeris penggemarnya, khususnya remaja putri. Dari berbagai kalangan, tingkat ekonomi menengah hingga yang menjulang. Dari kalangan putri biasa hingga ke kalangan artis dan ternama lainnya. Sungguh Jakarta, menjadi sebuah sorotan dunia.
Kedatangan JB jauh-jauh hari telah dipromosikan secara gencar baik dimedia lokal maupun internasional., terutama media elektronik membuat para fans JB sangat merindukan bertemu dengannya, bahkan mungkin lebih dari itu yang mereka impikan.
Remaja tanggung, yang masih duduk di sebuah bangku sekolah menengah atas ini betul-betul membuat dunia remaja sepantarannya panas dingin, membuat trand terbaru tentang gayanya saat bernyanyi, maupun bagaimana model rambut dan berpakaiannya. Bahkan anakku yang telah duduk di kelas 8 juga membuat heboh lingkungan kami, tak berhentinya melantunkan lagu-lagu sang idolanya, bahkan berulangkali memberikan info akan kedatangan bintang ini.
“Aku hanya suka lagunya Ma, bukan yang lainnya!” anakku membela diri, saat aku mengingatkan, bahwa JB bukanlah seseorang yang baik untuk dijadikan idola. JB yang bernyanyi dengan diiringi latar para wanita yang seringkali mengumbar aurat , bahkan kedatangannya ke Indonesia didampingi pacarnya.
Memang ketenaran, wajah yang imut telah menghipnotis para remaja kita, dan kita sebagai orang terdekatnya kadang ikut pula “heboh” akan kedatangan JB, bahkan secara tidak sadar mendukung, agar anak kita juga menjadi fans berat bagi JB.
Mungkin saya akan dikatakan kurang gaul, atau kurang bisa memahami dunia remaja yang memang haus akan seorang tokoh panutan. Tapi yang jelas, tokoh panutan yang ingin saya lekatkan pada jiwa anak-anakku bukanlah seorang yang hanya terlihat sukses dengan materi maupun ketenaran sebagai penghibur. Saya berkeinginan tokoh mereka adalah orang-orang yang istiqomah di jalan Allah, bahkan nyanwa pun sebagai taruhan untuk mendapatkan kecintaan Allah Swt.
Keinginan saya ini terlihat sebagai setitik debu diantara hingar-bingar kehidupan dunia yang mempertontonkan kemewahan dan kehidupan yang semakin “menggila”, dengan standard hidup sesuai dengan nafsu kebendaan. Tidak sukses seseorang bila mereka tidak punya kehidupan mewah dengan segala perangkat pendukungnya, itulah yang terjadi saat ini.
Bagaimana kita selalu berusaha menanamkan pendidikan dari rumah, tapi ternyata dari lingkungan luar, terutama teman-temannya, selalu berorientasi “kekinian”, punya kendaraan, ponsel yang canggih, dan punya pacar!
Anak-anak yang dititipkan di pesantren pun tidak menjamin mereka akan selalu lurus dalam bertingkah. Beberapa anak putri di sebuah pesantren pun, bisa melongok dunia luar dan berkomunikasi dengan lawan-jenisnya, dengan menggunakan internet yang tersedia di pesantren mereka. Padahal peraturannya, mereka tidak boleh membawa ponsel, dan tidak boleh berkomunikasi dengan keluarganya selain waktu yang telah dijadwalkan.
Begitulah kenyataannya, tempat terbaik pun menurut kita, ternyata masih ada celah untuk membuat anak-anak kita terkontaminasi dengan hal yang tidak kita inginkan.
Kembali ke masalah JB. Saya khawatir, bila seorang anak remaja menyukai lagu-lagunya ( mungkin perasaanku ini terlalu berlebihan ), tentu secara lambat laun akan pula mengikuti gerak-geriknya. Cara berpakaian dan rambutnya pun akan ditiru. Mungkin untuk urusan berpakaian dan rambut tidak terlalu mengkhawatirkan bila dibandingkan dia tour dengan membawa pacarnya.
Anak remaja kita yang memang haus idola, dan jika menemukan itu pada seseorang, maka biasanya mereka akan merasakan dirinya “semenarik” idolanya dengan mengikuti tingkah-polahnya.
Kerja keras orangtua untuk memberikan panutan, mengidolakan seseorang yang memang harus dijadikan panutan dalam mengisi kehidupannya, tentu sangat diharapkan. Karena walau bagaimanapun, anak-anak akan bercermin pada orang terdekatnya, orang-orang yangmenjadikan orang-orang shaleh sebagai cerminan hidup.
Jika kita sebagai orang yang terdekatnya seperti histeris dengan kedatangan JB, dan secara tidak sadar berulang-kali membicarakan tentang ketenarannya, tentang kedatangannya, tentang apapun mengenai dirinya, tentu dalam pikiran anak ; “ ternyata aku dan orangtuaku fans berat sama JB!”
Sangatta, 24 April 2011
Halimah Taslima
Forum Lingkar Pena ( FLP ) Cab. Sangatta
[email protected]