Belum Mampu

Mbak, ikutan haji dengan biaya murah. Mau nggak?” Seorang laki-laki yang merupakan keluarga dekatnya menawari untuk dapat melaksanakan rukun Islam yang kelima.

Murahnya berapa sih?” Yang di panggil mbak langsung menjawab dengan antusias. Karena dia memang ingin memenuhi panggilan Allah Swt.

Cuma sekian sekian!” Dengan bersemangat laki-laki itu pun memberikan infonya. Perlahan membuka laptopnya dan mempersentasikan bagaimana hanya dengan dana sangat minim, seseorang dapat menunaikan ibadah haji.

Ternyata yang di panggil mbak oleh seorang laki-laki tersebut kesemsem dan tergiur. Akhirnya dia pun meminjam sejumlah uang pada seorang saudaranya. Maka dia pun terdaftar di jaringan tersebut.

____ooo_____

Wa’alaikum salam.” Saya menjawab salam ketika seseorang menelpon saya di HP. Maka setelah berbasa-basi, suara wanita tersebut memberitahukan tentang betapa gembiranya dia dengan jaringan hajinya. Dan akhirnya dia pun bercerita dengan semangat yang menggebu.

Katanya sampeyan juga ikut, makanya aku langsung ikutan juga.” Dia memberikan alasan keikut-sertaannya.

Apa?” Saya terhenyak mendengar info yang didapatnya. Hubungan saya dengan perempuan itu memang dekat. Dia sering kali berkaca dengan apa yang saya lakukan. Padahal untuk urusan tersebut diatas, dia langsung percaya saja dengan info yang diterimanya. Tapi sesungguhnya bukan demikian.

Masa sih dia katakan demikian?” Saya merasa sedikit kaget. Karena laki-laki itu berakhlakul karimah di mataku. Ternyata memang, kadang untuk urusan bisnis, bisa memplesetkan seseorang ke jurang kebohongan.

Yang benar, saya menolak promosinya yang bersemangat lho! Malah dia menyebut orang-orang yang saya dan dia kenal sebagai tokoh di Sengata. Saya memang tidak tertarik dengan urusan begituan. Bayangan kita, biaya yang kita keluarkan memang murah. Tapi sesungguhnya kita itu dibantu orang lain.” Saya menghela napas sejenak.

Kamu harus mengajak orang lain untuk masuk di jalurmu, dan berjumlah sekian-sekian. Nah, katakanlah kamu bisa pergi. Tapi apakah kamu bisa menjamin orang-orang yang kamu ajak turut serta menyumbangkan uangnya, untuk membantumu berangkat, pada akhirnya dapat berangkat?” Saya memberikan bayangan terburuk yang mungkin terjadi. Karena bagaimana pun saya melhat jaringan itu sedikit “tidak normal” di mataku.

Bila sekian puluh orang yang kamu ajak itu ternyata tidak bisa diberangkatkan, padahal uang mereka telah disetor pada rekening tertentu. Apa yang bisa kamu lakukan? Padahal kamu juga ternyata tidak begitu paham dengan system maupun siapa yang melaksanakannya. Kamu hanya melihat slide menarik, yang membuatmu percaya. Semua orang juga bisa berbuat demikian.”

Aduhhh… memang benar katamu. Aku kok nggak kepikiran demikian. Aku langsung saja percaya, karena dia memberitahukanku bahwa sampeyan juga ikut. Makanya aku pastikan, bahwa ini program yang baik,” suaranya sedikit memelas.

Di Sengata ini, orang hanya mengenalku. Bila ada apa-apa, aku harus kemana? Aduh…. Aku ini ternyata cepat sekali mengambil keputusan yang nampak baik.” Dia mendesah tentang kekurangannya dalam memproses sebuah keputusan yang akan diambilnya.

____ooo_____

Memang kadang kita terjebak dengan iming-iming yang menggiurkan. Siapa sih yang tidak ingin pergi berkunjung ke Baitullah? Pasti semua orang yang mengaku beragama Islam, ingin memenuhi rukun kelima.

Tapi yang saya sangat sayangkan, bahwa seorang laki-laki yang saya anggap punya wawasan ke-Islaman yang luas dan punya pemikiran yang lebih matang dariku, ternyata mampu berbohong untuk sebuah “keinginannya” untuk membuat orang ikut dalam barisannya.

Laki-laki itu menelponku dan complain. Katanya saya telah mempengaruhi jalan pikiran perempuan yang telah digaetnya tersebut. Katanya perempuan itu akhirnya tidak ingin meneruskan jaringannya lagi, karena telah berbicara denganku.

Laki-laki itu berusaha “merayuku” untuk dapat lebih melihat slide-slide yang ada dilaptopnya dan mengatakan bahwa saya hanya berbicara dengan perasaan. Katanya saya harus melihat dulu sistimnya, baru dapat mengambil keputusan, bahwa itu baik atau buruk. Bahkan dia malah menambahkan daftar panjang orang-orang yang terpikat dengan promosinya. Yang nama-nama disebutkannya itu belum tentu benar, berdasarkan pengalaman dengan si perempuan di atas.

Saya balik mengatakan kepadanya, bahwa jika program yang dia anggap baik tersebut memang baik, maka yakinkanlah si perempuan tersebut. Pasti dia akan kembali ke jaringannya. Kalau tidak mampu memberikannya keyakinan, maka berarti perempuan tersebut tidak mempercayai apa yang dia anggap baik. Baik menurutnya belum tentu baik menurutku, sepanjang itu memang bukan sebuah syariat dalam agama kita.

Untuk melihat keputusan seseorang yang dianggap “lebih” dari orang kebanyakan, saya bukanlah seseorang yang suka “melihat” orang. Walau pun dia seorang ustadz atau siapapun dia. Karena saya punya pendapat sendiri untuk urusan ini. Saya tidak melihat ini sebuah kebaikan yang telah diatur dalam syariat Islam (mungkin saya yang kurang wawasan). Bahkan saya berkeyakinan, bahwa bila memang belum mampu untuk menunaikan haji, kenapa harus memaksakan diri? Bukankah untuk menjalani prosesi haji, kita harus termasuk orang yang mampu?

Sengata, 8 April 2010

Halimah Taslima

Forum Lingkar Pena ( FLP ) Cab. Sengata

[email protected]