Rakyat Russia baru 17 tahun terakhir terbebas dari tirani komunis. Mereka baru merasakan kebebasan beragama pasca perestroika & glasnost yang dipelopori Mikail Gorbachev. Sejak itulah kaum muslimin baru mulai mengenal agamanya sendiri. Selama lebih dari 70 tahun komunisme berkuasa, mereka mengenal Islam hanya sebatas nama. Mereka mengaku beragama Islam kebanyakan lantaran keturunan. Oleh karenanya rasa ashobiyah kesukuan masih amat terasa di antara kaum muslimin sendiri.
Kaum muslimin Russia, khususnya di Moskow semakin berkembang secara bertahap. Meskipun tampaknya amat lambat, namun cukup signifikan. Aktivitas ke-Islaman mulai bergaung dari beberapa masjid. Masjid tidak hanya sebagai tempat sholat dan menyalurkan zakat saja, tetapi kini juga melayani kebutuhan sehari-hari kaum muslimin.
Masjid menyediakan toko buku kecil yang menjajakan buku-buku ke-Islaman, souvenir, kaset-kaset, dan brosur-brosur gratis; produkti (toko bahan makanan) yang menjajakan daging-daging halal, serta stalowaya (kantin) yang menyediakan makanan khas Russia. Jauh di utara Moskow, di rayon Otradnoye, terdapat Masjid Yarjam, yang menyelenggarakan kursus bahasa Arab dan pengajian. Lebih jauh lagi di beberapa republik yang mayoritas Islam seperti Baskarkastan, Tatarstan, dan Dagestan aktivitas ke-Islaman seperti daurah (pesantren kilat) untuk anak-anak hingga mahasiswa diadakan untuk mengisi liburan musim panas.
Pemerintah Russia saat ini menyadari realitas bahwa Islam adalah agama nomor dua terbesar di Russia setelah Kristen Ortodoks. Muslim di Russia mencapai kurang lebih 15 persen dari total penduduk dari 148 juta jiwa. Sedangkan yang berada di Moskow mencapai 10 persen dari total 12 juta penduduknya. Sungguh jumlah yang tidak sedikit, dan Insya Allah akan semakin bertambah. Karenanya Pemerintah Vladimir Putin saat itu amat berhati-hati terhadap kaum muslimin.
Pemerintah di satu sisi menyerang Islam radikal dengan propaganda kasus Chechnya, di sisi lain berusaha merangkul kaum muslim moderat seperti orang-orang Tatar dan Asia Tengah di Moskow. Tayangan televisi Russia mengenai Chechnya selalu dikaitkan dengan Islam Radikal yang diidentikan dengan Wahabiyah. Dialog-dialog mengenai Chechnya selalu berujung ‘warning’ terhadap Islam Radikal. Tema Jihad seakan menjadi barang haram. Wajah-wajah penduduk selatan yang rata-rata berasal dari kaukasus (Chechnya, Ingusetia, Dagestan) selalu menjadi incaran milisia (polisi) untuk diperiksa dokumennya.
Terhadap Islam moderat pemerintah berusaha menunjukkan sikap lunak. Presiden Vladimir Putin mengucapkan selamat hari raya idul fitri dan Idul adha secara resmi kepada kaum muslimin Russia. Ia beserta rombongan juga mengunjungi Ufa, ibukota propinsi Baskiria untuk mengikuti pesta rakyat ‘shalawat’, yang merupakan tradisi maulid Nabi SAW di sana. Acara keIslaman di televisi baru sebatas siaran pengenalan kultur Islam. Itupun hanya ada setiap Jumat pagi di saluran televisi nasional.
Saat-saat paling mengesankan di Moskow adalah tatkala bertemu saudara-saudara sesama muslim dari berbagai belahan bumi di Masjid Pusat, Prospekt Mira. Perbedaan warna kulit, budaya, bahasa dan mazhab seakan tak berarti dibanding dengan ikatan ukhuwah Islamiyah. Kami saling berkenalan dengan bahasa yang bercampur aduk. Kadang dengan Bahasa Russia, Inggris, Arab, atau bahasa masing-masing. Jika tidak paham satu sama lain, maka senyuman menjadi bahasa penutup yang sangat indah dan kami semua pahami. Senyum benar-benar terasa bermakna.
Perlu diketahui bahwa orang Russia memiliki karakter pelit senyum. Bila berjumpa dengan mereka, tak pernah terlihat senyum tersungging. Entah karena udara dingin sehingga merapatkan bibir-bibir mereka atau memang karakter asli. Akibatnya, jika kita menjumpai sosok mereka dengan senyuman. Maka itu merupakan bonus tersendiri buat kita di tengah cuaca yang selalu di bawah nol derajat. Senyuman di Russia adalah benda mahal yang dapat mencairkan salju yang senantiasa menggigit. Senyuman yang mudah kita dapatkan jika kita berjumpa di wilayah masjid saja. Wilayah yang memang menjadi pusat kitaran senyuman keikhlasan dan ukhuwah yang kuat.