Malam ini kota kecil Heidelberg gegap gempita. Langit berpijar diterangi warna-warni cahaya kembang api. Suara petasan menggelegar bersahut-sahutan. Meski suhu udara di malam musim dingin menusuk tulang, orang-orang ramai bersorak sorai dan bernyanyi di jalan-jalan menyambut pergantian tahun 2008 ke 2009.
Suara terompet pun nyaring bersahutan memekakkan telinga. Kegembiraan mereka semakin kuat terekspresikan karena pengeruh minuman keras, maklumlah dalam kebiasaan Jerman, tidak ada pesta tanpa alkohol.
Sekali-sekali mobil-mobil ambulans, pemadam kebakaran dan polisi lewat di jalan-jalan menyalakan sirinenya, entah sekedar bersiap siaga kalau-kalau ada kejadian yang tidak diinginkan atau memang karena kejadian emergency yang buth penanganan cepat. Memang petasan dan kembang api di tangan orang yang mabuk bisa jadi membahayakan buat orang-orang lain di sekitarnya.
Pikiran saya terbang ke Gaza. Betapa hati saya perih membayangkan nasib saudara-saudara kita di sana. Malam inipun mereka mengalami pergantian tahun yang sama, namun tentu saja dalam suassanya yang sangat berbeda.
Mungkin langit di Gaza pun malam ini diterangi sejuta cahaya, bukan dari kembang api melainkan dari gedung-gedung terbakar dan bom-bom yang dijatuhkan oleh tentara Israel Laknatullah. Suara menggelegar di sana bukan dari petasan melainkan dari bom, mortir dan rentetan senapan. Tidak ada lengking terompet dan sorak sorai serta nyanyian orang-orang yang berpesta, melainkan rintih kesakitan anak-anak tak berdosa yang menjadi korban dan tangis kesedihan saudara-saudara kita yang kehilangan tempat tinggal dan orang-orang yang dicintainya.
Kalau di Heidelberg ambulans, pemadam kebakaran dan mobil polisi disiagakan untuk mengamankan pesta tahun baru, di Gaza mungkin beban kerja para pengemudi ambulans dan petugas medis sudah overloaded karena casualty yang jumlahnya sangat banyak. Ditambah lagi bantuan obat-obatan yang tidak dapat masuk akibat penutupan perbatasan oleh negara yang mengaku muslim tapi menjadi budak thaghut Israel.
Masya Allah… air mata saya mengalir. Betapa banyak dari kita yang seakan lupa, atau pura-pura lupa, dengan penderitaan saudara-saudara kita di Palestina. Kita berpesta merayakan pergantian tahun dengan kembang api, petasan, membuat daftar rencana dan cita-cita yang ingin dicapai setahun ke depan.
Sementara itu saudara-saudara kita banyak yang bahkan tidak tahu apakah masih akan terus hidup satu jam lagi. Tidak sedikit dari mereka yang meskipun hidup akan cacat selamanya dan mungkin harus melupakan rencana dan cita-cita mereka.
Ya Allah berikanlah kekuatan, kesabaran dan ketabahan ekstra kepada saudara-saudara kami di Palestina.
Ya Allah berilah kemenangan kepada saudara-saudara kami yang tengah berjuang di Palestina dan di mana saja.
Untuk saudara-saudara ku di Palestina, maafkan kami baru bisa sekedar mendoakan dan menyisihkan sangat sedikit harta untuk membantu kesulitan kalian.