Eramuslim.com – DALAM setiap langkah, manusia selalu akan menemui dua pilihan atau (mungkin) persimpangan. Pilihan kanan, kiri atau lurus.
Begitu pula pilihan jalan hidup dan keyakinan. Memilih Islam atau kufur.
Orang yang tunduk patuh pada perintah Allah Swt adalah orang yang telah memilih jalan Islam. Sebaliknya orang yang mengesampingkan perintah Allah Swt dan menuruti kemauan – kemauannya sendiri serta godaan – godaan dunia berarti ia telah memilih jalan kufur.
Kita telah menyatakan bahwa diri kita adalah muslim. Itu artinya kita harus menyerahkan sepenuhnya diri kita kepada Allah. Karena kata Islam itu sendiri adalah kepatuhan dan kesadaran menjalankan kewajiban kepada Allah Swt, menyerahkan diri dibawah kekuasaan kerajaan dan kedaulatan Allah dengan menjalankan apa yang diperintahkannya tanpa mengajukan keberatan sedikitpun.
Religius yang paling murni dan sejati adalah religius yang berdimensi budaya intrinsik (cultural consumatory). Yaitu suatu sikap keagamaan yang memandang kepercayaan atau iman sebagai tujuan pada dirinya sendiri dan menimbulkan perasaan bahagia karena nilai intrinsiknya.
Religius semacam ini tidak mengharapkan kegunaan diluar imannya. Sehingga hal ini menimbulkan kesadaran menjalankan perintah agama dan tidak lagi merasa bahwa agama merupakan bagian terpisah dari kehidupan, melainkan agama merupakan suatu kebutuhan dari beberapa kebutuhan yang harus dipenuhi.
Islam datang ketika manusia sudah lagi tidak berperilaku seperti manusia. Nilai manusia kala itu tak lebih dari seekor binatang: yang kuat memangsa yang lemah, yang kaya menindas yang miskin dan yang benar saat itu dianiaya, sehingga hukum yang berlaku dikala itu adalah hukum rimba.
Namun setelah Islam datang semua itu berubah. Sebelum Islam wanita biasa bepergian keluar rumah dengan pakaian terbuka.
Islam menyuruh mereka mengenakan jilbab dan menutup aurat. Sebelum Islam wanita menjadi pemuas nafsu binatang laki – laki, harga diri mereka diinjak – injak, kehadirannya merupakan aib bagi keluarga sehingga wanita tak lebih merupakan barang mainan.
Namun Islam datang dengan seperangkat hukum yang tidak lagi mendiskriminasiakan kaum wanita. Islam memandang laki – laki dan wanita adalah sama, yang membedakan hanyalah ketaqwaan mereka kepada Allah.
Kini, ketika yang haq itu sudah jelas dan yang batil juga kita bisa membedakannya, akankah kita mengembalikan zaman itu kezaman sekarang ini lagi?
Dengan hadirnya Islam dan Al-Quran, Allah Swt telah menunjukkan kepada kita mana salah, mana yang benar. Mana yang haq dan mana yang batil, inilah pengetahuan bagi orang beriman, agar mengikuti jalan Allah Swt melalui syariatnya.
قُلْ هَلْ يَسْتَوِى ٱلَّذِينَ يَعْلَمُونَ وَٱلَّذِينَ لَا يَعْلَمُونَ ۗ إِنَّمَا يَتَذَكَّرُ أُو۟لُوا۟ ٱلْأَلْبَٰبِ
“Artinya: (Apakah kamu hai orang musyrik yang lebih beruntung) ataukah orang yang beribadat di waktu-waktu malam dengan sujud dan berdiri, sedang ia takut kepada (azab) akhirat dan mengharapkan rahmat Tuhannya? Katakanlah: “Adakah sama orang-orang yang mengetahui dengan orang-orang yang tidak mengetahui?” Sesungguhnya orang yang berakallah yang dapat menerima pelajaran.” (QS: Az-Zumar:9)
Dalam surat lain Allah Swt menyatakan;
اَفَمَنۡ يَّعۡلَمُ اَنَّمَاۤ اُنۡزِلَ اِلَيۡكَ مِنۡ رَّبِّكَ الۡحَـقُّ كَمَنۡ هُوَ اَعۡمٰىؕ اِنَّمَا يَتَذَكَّرُ اُولُوا الۡاَلۡبَابِۙ
“Maka apakah orang yang mengetahui bahwa apa yang diturunkan Tuhan kepadamu adalah kebenaran, sama dengan orang yang buta? Hanya orang berakal saja yang dapat mengambil pelajaran.” (QS. Ar-Ra’d Ayat 19).
Islam ini bisa besar bila ummatnya sepenuh hati menjalankan ajarannya. Sadarkah kita sewaktu kita bersaksi bahwa tidak ada tuhan selain Allah, itu berarti kita harus meyakini bahwa tidak ada tidak ada aqidah yang benar selain aqidah Islam, tidak ada konsep kebenaran dan kebahagiaan yang benar kecuali konsep kebenaran dan kebahagiaan berdasarkan Al – Qur’an, dan tidak ada gaya hidup yang lebih bagus kecuali gaya hidup ala Islam.
Sementara ini kita tidak sadar bahwa kita telah dijejali aleh teori – teori barat tentang kemajuan. Kita tergiur oleh gaya hidup mereka, karena mungkin merekalah yang lebih maju.
Tetapi ingatlah bahwa hal ini adalah memang misi mereka untuk menjauhkan ummat Islam dari ajaran agamanya. Al – Qur’an telah mengatakan walan tardla ‘ankal yahudu walan nashoro hatta tattabi’a millatahum. Ini jelas mereka tidak akan rela melihat kita ummat Islam sehingga kita ikut dan berpaling pada ajaran kita.
Akankah kita masih akan berbaik hati dengan mereka, sementara mereka telah menampakkan permusuhan kepada kita? Akankah kita gunakan pemikiran dan idialisme mereka, sementara kita memiliki idialisme dan gaya hidup yang lebih mulia, yakni Islam.
Oleh karena itu marilah kita satukan langkah dan tekad yang kuat dengan menumbuhkan kesadaran untuk menjalankan syariat agama dan masuk ke dalam Islam secara sempurna agar idialisme Islam tidak hanya besar dalam ritual seremonial saja.
Melainkan Islam telah menjadi sebuah landasan normatif dan etis, bagaimana dalam hidup, beraktifitas sehari-hari, dan kita bisa membedakan yang haq dan yang bathil. Inilah gaya hidup Islam.
(Hidayatullah)