Sekilas membaca judul tersebut mungkin akan terkesan seperti mengada-ada, atau bisa dianggap hanya sebagai kata-kata penghiburan semata. Tapi sesungguhnya, kalimat itu benar adanya. Setidaknya pernah dialami oleh orang yang kukenal.
Sebut saja namanya mba Risna (bukan nama sebenarnya).Kurang lebih, sudah hampir 3 tahun ia menikah dengan mas Ilham (juga bukan nama sebenarnya). Kehadiran seorang anak tentulah sangat diinginkan oleh keduanya. Keinginan itu sama kuatnya dengan rindunya mereka untuk menunaikan rukun Islam ke 5, menjadi tamu Allah di Baitullah.
Pada saat pengumuman nama calon jemaah haji, ternyata nama keduanya tidak tercantum. Pupuslah sudah harapan mereka untuk bisa pergi ke tanah suci saat itu. Meski demikian, mereka tetap bersyukur karena walaupun kerinduan untuk bisa menjadi tamu Allah tertunda, tapi keinginan mereka untuk memiliki keturunan, dikabulkan Allah.
Mba Risna saat itu memang sedang memasuki trimester kedua masa kehamilannya. Mba Risna dan Mas Ilham berpendapat, toh tidak semua hal yang kita inginkan itu bisa kita dapatkan. Syukuri saja apa yang ada, daripada menyesali yang tiada.
Tak ada seorangpun yang bisa menebak skenario Allah. Tak berapa lama kemudian, mba Risna mengalami musibah. Ia keguguran. Ia sempat stres, karena memang ia sangat menginginkan hadirnya buah hati di dalam kehidupan rumah tangganya. Mas Ilham dengan kesabarannya, senantiasa menghibur hati mba Risna, meski dalam hatinya, iapun merasakan kedukaan yang sama dengan istrinya. "Akan selalu ada hikmah dalam setiap musibah. Kita hanya perlu bersabar, menunggu Allah membukakan rahasiaNYA untuk hidup kita". Begitulah kalimat yang selalu diucapkan mas Ilham untuk membesarkan hati mba Risna.
"Boleh jadi kamu membenci sesuatu, padahal ia amat baik bagimu, dan boleh jadi (pula) kamu menyukai sesuatu, padahal ia amat buruk bagimu, Allah mengetahui, sedang kamu tidak mengetahui. "
(Al Baqarah ayat 216)
Mungkin -pada awalnya- musibah itu terasa melukai hati keluarga mas Ilham. Tapi Allah selalu punya rencana indah untuk umatNYA. Sebulan setelah mba Risna mengalami keguguran, ternyata ada pengumuman penambahan quota haji untuk daerah mereka. Dan nama mereka berdua, termasuk didalamnya. Subhanallah. Ternyata itulah anugrah Allah untuk cobaan yang telah mereka lalui. Seandainya mba Risna tidak mengalami keguguran, sekalipun namanya keluar dalam quota haji yang pertama kali, tetap saja ia tidak bisa ikut, karena kehamilan mba Risna mengharuskannya banyak istirahat, dan terkadang ia harus bedrest.
Sebuah musibah yang semula membuat hati berduka, ternyata tersembunyi anugrah yang luar biasa.
Begitulah Allah mengatur kehidupan hamba-hambaNYA. Hanya saja terkadang kita slalu terlambat untuk menarik hikmah dari setiap musibah, mengambil pelajaran dari setiap cobaan, atau memetik anugrah dari masalah-masalah yang kita hadapi. Kita terbawa emosi saat musibah itu datang menyapa. Sibuk bertanya….."mengapa ini terjadi padaku ya Allah, padahal aku slalu beribadah kepadaMU …". Seolah kita adalah manusia yang tanpa cacat dosa hingga tak layak menerima cobaan dariNYA. Astaghfirullah.
Berbaik sangka lah kepada Allah terhadap apapun yang terjadi dalam hidup kita. Dalam sebuah Hadis Qudsi, Allah berfirman bahwa "AKU ini menurut prasangka hambaKU,dan AKU bersamanya selama dia ingat kepadaKU."
Biarkan Allah yang Maha Sempurna lagi Maha Mengetahui, yang mengatur apa yang terbaik untuk hidup kita. Semoga kita bisa menjadi umatNYA yang selalu menempatkan fase "berserah diri kepadaNYA", diatas fase ikhtiar kita. Amin.