Saya menulis tulisan ini setelah tiga bulan berinteraksi dengan facebook. Saya amati hampir semua orang di facebook beramai-ramai memajang status dirinya. Tentang keadaan dirinya saat itu, perasaannya, dan lain sebagainya. Hampir semua orang beramai-ramai, berlomba-lomba memajang status, foto dan aktivitasnya di depan umum dan berharap semua orang yang ada di list friend mereka melihat kegiatan mereka. Harapan itu tak sekedar ingin dilihat tapi juga ingin dikomentari. Semua orang ramai-ramai mencari perhatian. Semua orang mendadak ingin terlihat populer. Ada yang bangga karena facebooknya mendapat komentar terbanyak dari rekan-rekannya. Ada yang bangga karena foto-fotonya ter-update setiap saat. Ada yang bangga karena statusnya banyak yang mengomentari, ada yang bangga karena punya teman orang-orang terkenal, dll, dsb, dlsb. Saya melihat ternyata makin kurang rasa malu seseorang dengan sering berinteraksi dengan facebook. Setiap orang ramai-ramai mengumbar tentang keadaan dirinya yang terbaru. Apalagi dengan adanya kuis2 yang tidak jelas terpampang di facebook, makin membuat orang transparan untuk dilihat oleh orang lain. Tidak ingatkah mereka dengan hadits nabi
“Diriwayatkan oleh Abu Hurairah r.a. : Nabi Saw. Pernah bersabda ; “Iman meliputi lebih dari enam puluh cabang atau bagian. Dan Al haya’ (rasa malu) adalah sebuah cabang dari iman.” (HR Al Bukhari).
Malu itu sebagian dari iman… dan jika setiap orang mulai berkurang rasa malunya maka apakah itu pertanda bahwa banyak orang juga yang mulai kehilangan imannya? Astaghfirullah.. apakah kita juga termasuk didalamnya? Na’udzubillah.
Dengan maraknya facebook ternyata cukup mengganggu porduktifitas dan kinerja para karyawan yang dalam pekerjaannya melibatkan computer dan internet. Saat ini sudah ada beberapa perusahaan yang memblokir situs tersebut. Saya tidak tahu berapa tepat jumlahnya, tapi sepertinya situs ini cukup mempengaruhi pencapaian target perusahaan karena para karyawannya lebih sibuk mengutak-atik facebook daripada mengutak-atik pekerjaannya.
Pada beberapa orang mungkin facebook tersebut kini sudah menjadi candu yang melenakan, sehingga hal-hal lain jadi terbengkalai karena sibuk melihat facebook. Saya juga mengamati ternyata facebook tidak hanya menjangkiti para karyawan saja, namun melibatkan banyak elemen masyarakat yang lain. Dari anak sekolah, mahasiswa, dosen, sampai dengan aktivis dakwah. Semua terlibat di facebook. Awalnya mungkin hanya sekedar menyambung silaturahim dengan teman-teman lama, namun lama kelamaan tergoda untuk menonjolkan diri sendiri. Berlomba-lomba mengupdate facebook masing-masing. Hingga tanpa sadar sudah membeberkan tentang seluk beluk dirinya dengan sangat transparan. Habislah waktu di depan komputer dengan hanya mengerjakan sesuatu yang kurang ada manfaatnya untuk tabungan di akhirat. Padahal Allah telah berfirman dalam Qur’an Surah Al ‘Asr
“Demi Masa. Sungguh, manusia berada dalam kerugian, kecuali orang-orang yang beriman dan mengerjakan kebajikan serta saling menasihati untuk kebenaran dan saling menasihati untuk kesabaran” (QS Al’Asr:1-3)
Interaksi dalam facebook bisa menjadi positif jika diisi dengan saling menasihati dalam kebaikan dan kesabaran. Dan akan lebih baik lagi jika nasihat-nasihat tersebut adalah agar meningkatkan keimanan dan ketaqwaan kita pada Allah. Ada beberapa orang yang memanfaatkan status di facebook untuk menyebarkan mutiara-mutiara hikmah dalam rangka mengingatkan kita pada Allah. Namun status-status yang terlalu ‘berat’ tersebut lebih sering sepi pengunjung. Entah karena si pemilik status jarang mengunjungi orang lain atau karena tulisannya dinilai terlalu panjang dan terlalu ‘berat’ sehingga orang tidak berani untuk mengomentari. Yang sering mendapat komentar adalah status yang berisi: curahan hati si pemilik status, keluhan-keluhan, peristiwa yang baru saja dialami, dll, dsb, dlsb. Hal ini sebenarnya bisa jadi peluang bagi para aktivis da’wah untuk berbagi ilmunya dalam rangka saling menasehati di dalam kebaikan. Namun sepertinya jarang sekali komentar yang bernada mengingatkan kita pada Allah.
Saya melihat sebuah video dari www.youtube.com di salah satu teman saya di facebook. Penampilan Serafina Ophelia dengan puisi "Ibu & Facebook" dalam "Pertunjukan Pantomisasi Puisi" bertema Mari Tertawa hasil kerja sama CCF Jakarta dan Komunitas
Bunga Matahari, di hari Sabtu 14 Maret 2009. Serafina menceritakan bahwa ada hubungan yang erat antara Ibunya dengan facebook. Setiap hari Ibunya berada di depan notebook untuk melihat facebook. Sampai-sampai dia mengatakan bahwa mungkin hubungan ibunya dengan facebook akan sampai akhir hayatnya. Dan dia menutup puisinya dengan kalimat “Notebooknya akan dibawa ke surga”. Mungkin ini akan membuat tertawa bagi setiap orang yang menontonnya, tapi jika kita cermati lebih dalam ternyata facebook membuat orang jadi kurang berinteraksi dengan lingkungan sekitarnya. Seorang Ibu jadi lebih sering berinteraksi dengan facebooknya daripada dengan anaknya. Lama-lama komunikasi secara personal mungkin akan berkurang karena tergantikan dengan komunikasi ‘secara massal’ di facebook. Orang lebih sering berinteraksi dalam dunia maya (internet) daripada dengan dunia nyata.
Menurut saya, facebook memang melenakan. Tapi akan sangat disayangkan jika karena facebook maka ibadah-ibadah sunnah kita menjadi terkurangi. Interaksi kita dengan lingkungan terabaikan. Saling menasehati di dalam kebenaran dan kesabaran tidak teroptimalkan. Sayang sekali waktu kita yang hanya sedikit ini tidak bisa kita isi dengan aktivitas yang akan memberatkan timbangan amal kita saat dipertemukan dengan Allah nanti. Karena itu bagi para pemakai facebook atau bagi yang berniat untuk bergabung dengan facebook, mari luruskan niat kita. Niatkan segala sesuatunya hanya karena Allah. Semoga karena selalu merasa diawasi oleh Allah maka kita akan bisa mensiasati waktu kita agar tidak kecanduan dengan facebook. Selamat menikmati interaksi dengan dunia maya… ^_^