Rima seorang Ibu muda yang baru dikaruniai anak satu yang manis dan lucu baru-baru ini mendapat hadiah dari sang suami tercinta sebuah Blackberry keluaran terbaru. Canggih nian, HP layar sentuh yang sarat dengan teknologi terbaru. Terlalu “wah” sebenarnya untuk ukuran seorang Ibu rumah tangga, tapi karena kemampuan dan kecintaaan suami padanya, maka dihadiahkan HP canggih tersebut, “biar bisa search menu masakan atau update penunjang pendidikan untuk buah hatinya dan biar ga kesepian saat ditinggal kerja,” kira-kira itulah pertimbangan Romi sang suami.
Awalnya Rima gaptek (gagap teknologi) luar biasa, akan tetapi tak perlu waktu lama, jari-jemarinya sudah mahir menari-nari di layar HP tersebut, hingga akhirnya Rima berkenalan dengan yang namanya Facebook. Situs jejaring sosial yang bisa mendekatkan yang jauh dan menjauhkan yang dekat.
Mulailah aktivitas Rima sedikit bergeser, “time for facebook” ada jadwal tersendiri untuknya, tapi lama-lama tanpa terasa, Rima sudah punya banyak teman yang masuk daftarnya, dari yang memang benar-benar kenal hingga yang baru kenalpun ada.
Alhasil, “time for facebook” bertambah dan menjadi rutin serta menggeser waktu untuk Rama, anaknya. Semula bangun tidur digunakan Rima untuk bergegas menunaikan shalat sunnah dan tilawah sebelum Rama bangun, namun berubah menjadi “time for facebook”, hingga tak sadar klw Rama sudah bangun dan membutuhkan perhatiannya. Waktu shalat dan tilawah pun hilang dan mulai “tidak cepat” perhatian pada anaknya.
Rama, anak kecil usia 2 tahun itu “ditinggal” bermain sendiri, walau Rima tetap berada di dekatnya, tapi fokusnya bukan Rama lagi, berganti menjadi Facebook. Rima sudah menjadi aktivis Facebook sekarang, sibuk comment, update status dan upload photo.
Lain lagi dengan Salsa, seorang lajang yang sudah bekerja, mulanya Salsa bergabung dengan Facebook untuk bisa silaturrahim dengan teman-temannya, update status yang berbobot, entah tausyiah atau motivasi atau ayat-ayat suci Al-Qur’an dan mendapat ilmu dengan membaca notes yang biasanya dikirimkan oleh teman-temannya.
Lama-kelamaan, “time for facebook” Salsa semakin bertambah dengan kualitas sangat menurun, Salsa pun mulai sama dengan Rima, sibuk lihat status teman, sibuk comment, update status (padahal status yang kurang penting) dan upload foto. Salsa yang hobi membaca buku mulai bergeser waktu membacanya menjadi “time for facebook”. Salsa pun menjadi aktivis Facebook sekarang. Waktu membaca dan tilawahnya mulai berkurang, sangat berkurang dan diisi dengan hal yang kurang manfaat.
Facebook sama halnya dengan situs jejaring sosial lainnya memang dapat dipergunakan untuk banyak hal positif, seperti menjalin silaturrahim, promo barang dagangan, bahkan dakwah sekalipun dengan posting hal-hal yang isinya menyeru pada kebaikan dan kebenaran.
Tapi Facebook juga memiliki banyak dampak yang kurang positif, seperti melalaikan waktu kita untuk mengerjakan hal yang bermanfaat seperti membaca buku, tilawah, belajar, mengurus suami dan bercengkrama dengan anak, alih-alih posting tentang dakwah tapi malah kita sibuk komentar dengan hal-hal yang jauh dari tema yang dipostkan, hal-hal geje (ga jelas) dan kurang berbobot.
Facebook bisa menjadi candu yang kadang orang tak sadar kalau dia sudah menjadi pecandu Facebook. Bisa dilihat dari “time for facebook”-nya, jenis yang di-posting-nya, komentar-komentar kurang berbobot pada status teman-temannya, dan lain sebagainya.
Bahkan ada yang bilang, Facebook itu sendiri sebenarnya merupakan ghozwul fikri (perang pemikiran) yang bisa melalaikan kita dari melakukan amalan-amalan kebaikan di dunia nyata. Kecanggihan teknologi seperti halnya pedang bermata dua, jika kita tidak hati-hati mempergunakannya maka bisa-bisa kita tersayat karenanya.
Sekarang diserahkan kepada pribadi masing-masing, mau menjadi aktivis Facebook dalam tanda kutip banyak melalaikan amalan kebaikan di dunia nyata atau mau menjadi (mantan) aktivis Facebook, jikapun masih memiliki Facebook, lebih digunakan untuk hal yang penting saja seperti menyebarkan notes kebaikan dan kebenaran atau update status isinya Al-Qur’an atau Hadits, atau kalimat motivasi tanpa menghiraukan orang-orang yang komentar di status-nya.
Karena waktu laksana pedang, waktu yang sudah terlampaui tidak akan pernah kembali tapi kita pun tidak dapat memastikan apakah kita mendapat jatah waktu di masa datang.
Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda, ”Ada dua kenikmatan yang banyak dilupakan oleh manusia, yaitu nikmat sehat dan waktu luang.” (HR. Bukhari dan Muslim)
Sabda Rasulullah saw yang diriwayatkan Mu’adz bin Jabal, “Tidak akan tergelincir (binasa) kedua kaki seorang hamba di hari kiamat, hingga ditanyakan kepadanya 4 perkara, usianya untuk apa ia habiskan, masa mudanya bagaimana ia pergunakan, hartanya dari mana ia dapatkan dan pada siapa ia keluarkan, ilmunya dan apa-apa yang ia perbuat dengannya.” (HR. Bazzar dan Thabrani)
Wallahu a’lam…