Jaringan Komunikasi Kepada-Nya

Suatu ketika, jaringan komunikasi error. Lebih tepatnya pasca gempa yang mengguncang kawasan Padang pada September 2009 lalu. Komunikasi via telepon menjadi sangat tak efektif. Kadang-kadang nyambung kadang-kadang tidak. Sering kali SMS yang dikirim hari ini, nyampenya baru besok malam. Siapa coba yang ga’ bete.

Maka di suatu sore setelah beberapa waktu berselang, aku tidak menerima satu pun pesan maupun telpon. Tiba-tiba saja SMS datang beruntun. Masya Allah, 19 messeges received. Sembilan belas! Jarang-jarang aku dapat SMS beruntun semacam itu kecuali di hari lebaran. Isinya mulai dari jarkom (jaringan komunikasi) perkuliahan, hingga yang nanyain prosedur lab. Ada jugah taujih. Ada pemberitahuan kuliah. Ada SMS gokil.

Hoho, baru aja sehari jaringan error, sudah segitu peliknya permasalahan komunikasi. Bahkan jadwal kuliah pun jadi kacau karena jarkom yang tidak sampai. Itu baru sehari!

Sekarang, kita sedikit memandang dari sudut pandang yang berbeda. Jika, komunikasi sama manusia saja yang sedikit error, sudah banyak yang kelimpungan, lalu bagaimana dengan komunikasi dengan Allah? Sholat adalah salah satu bentu “komunikasi” antara hamba dengan Rabb-Nya. Tapi, yang amat mengherankan, kenapa masihh banyak yang membiarkan komunikasinya dengan Allah terputus dalam jangka yang sangat lama? mengapa masih banyak orang yang dengan entengnya meninggalkan sholat?

Ketika ada telepon dan SMS yang masuk, dengan segera di-“istijabah” alias direspon. Tapi, pas giliran adzan, ogah-ogahan, bahkan dicuekin! Na’udzubillah… Dengan entengnya meninggalkan sebuah “komunikasi” yang jauh lebih indah ketimbang telepon-teleponan or SMS-SMS-an! Kenapa orang-orang tak sholat menjadi pemandangan yang biasa? Kenapa kalo diingatkan, jawabnya “ntar deeh” melulu? Huff…

Mengingat ini, aku teringat pada suatu perjalanan. Jadi, perjalanan itu start sebelum subuh. Supirnya tidak berhenti kecuali setelah jam 07.00 pagi. Nah, orang-orang yang di dalamnya, koq entengnya ninggalin subuh? Ada yang berdalih dengan “husnudzon” sama Allah, “aaah…, Allah kan ngerti, kalo kita lagi di jalan. Allah kan Maha Tahu. Allah kan Maha Pemaaf. Mudah-mudahan kali ini dimaafkan deh.” Ck…ck…ck…. Na’udzubillah.

Padahal, Allah kan sudah memberikan kemudahan dengan cukup ber-tayamum saja dan sholat dengan kondisi duduk saja dan menghadap ke mana kendaraannya melaju. Bukankah Allah sudah ngasi rukhsokh? Dan yang lebih mengherankan lagi, justru yang ngelakuin sholat subuh dengan tayamum malah dipandang aneh! Padahal sejak sekolah dasar hingga tingkat perguruan tinggi sudah diajarkan tentang hal ini. Apakah hanya sekedar teori sajakah? Kenapa lebih mengherankan orang yang sholat dengan tayamum dari pada orang yang tidak melaksanakan sholat?

www.fathelvi.blogspot.com