Andaikan Dosa itu Berbau

Siang itu, ada kejadian yang cukup bikin heboh di labor mikrobiologi, tempat aku menyelesaikan penelitian S-1 dulu.

Kejadiannya adalah ketika incubator bakteri pada penuh dengan sampel sehingga tidak memungkinkan untuk memuat sampel baru di dalamnya. Akhirnya diputuskan untuk memindahkan sampel yang berada di dalam Erlenmeyer ke tabung reaksi dengan maksud biar irit tempat. Sebab, Erlenmeyer itu berukuran besar. Sementara kalo’ di tabung reaksi hanya cuma butuh 3 beaker glass ukuran 100 ml yang lebih kurang seukuran lima Erlenmeyer saja.

Masya Allah, sampelnya bauuu… minta ampun! Bau busuk yang menyengat. Sebab, pada prosedur pengerjaannya, sampel tersebut harus diisolasi selama berhari-hari. Bayankanlah, udang yang diekstrak dan dibiarkan berhari-hari. Betapa menyengatnya bau sampel itu!

Akhirnya, kami memindahkan sampel itu di ruang cuci dan kami menutup pintunya dengan maksud biar bau di area lab agak sedikit tereduksi. Walhasil, perut ini serasa diaduk dengan bau yang sangat busuk itu. Huaaaa…, masya Allah, serasa ingin keluar semua komponen yang ada di lambung.

Setelah semuanya selesai dipindahkan, kami memutuskan untuk mendestruksi sampel yang ada di Erlenmeyer. Lalu kami membawa sampel itu keluar labor untuk dibuang isinya dan dimasukkan ke dalam kantong, lalu tinggal erlenmeyernya saja yang didestruksi.

Dan, pada saat itulah ‘tragedi’ itu terjadi. Masya Allah…, ternyata aromanya yang super busuk itu menyebar ke mana-mana dan tercium dari radius kira-kira 10-20 meter. Huaaa…, berapa kali lipat lebih bau dari feses, coba? Pratikan di lab pada berhamburan keluar saking tak tahannya dengan bau itu. Bukan hanya itu, aktivitas di kantin yang berjarak tak jauh dari lab mikro pun juga sempat terganggu dengan bau menyengat itu. (Kalau ada yang sedang makan, barang kali, keluar lagi tuh makanan, hehe).

Hal ini pun mengundang segerombolan lalat hijau datang menyerbu. Huaa…, bayangkan, betapa tidak enaknya dikerubungi lalat hijau. Bunyi “nguiiing….nguiiiiing….” nya berseliwreran di sekitar kepala. Huaahhh…ga’ tahaaaaan. Semua orang memilih untuk menjauh. Tinggallah kami beserta lalat hijau dan tumpukan erlenmeyer. Analis lab langsung memberikan instruksi agar membuang sisa sampel itu sejauh mungkin.

Sambil menenteng sampel, terpikir olehku perkataan yang sebenarnya juga sudah familiar, “Andaikan dosa itu berbau, sungguh, takkan ada orang yang mau dekat denganku.” Iya! Benar! Ambil saja contoh kejadian itu.

Sungguh, bau itu telah berhasil menghebohkan banyak orang. Semua orang memilih untuk menghindar dari bau itu, saking tidak tahannya. Aaah…, sungguh Allah Maha Pengasih, tidak menjadikan dosa itu berbau. Andai saja dosa itu berbau, barangkali memang tak ada orang yang mau dekat denganku, dengan kita.

Sungguh, terkadang kita sering secara sadar atau tidak meremehkan dosa kecil. Terkadang, dengan entengnya berbuat dosa. Rasulullah sendiri telah mensinyalir tentang hal ini :

Dari Anas ra berkata: “Sesungguhnya kamu sekalian sekarang melakukan perbuatan-perbuatan yang kamu anggap sangat enteng padahal pada masa Rasulullah saw perbuatan-perbuatan semacam itu kami anggap termasuk hal-hal yang merusak agama.” (Hadits Riawayat Bukhori)

Semoga kejadian siang ini, kembali mengingatkan kita akan dosa-dosa yang kita perbuat, bahkan—astaghfirullah—kita anggap enteng. Semoga kita termasuk orang-orang yang ingat akan ini, dan mengambil I’tibar dari setiap jenak-jenak yang kita lalui.

Dari Abu Ya’la Syaddad bin Aus ra, dari NAbi SAW., beliau bersabda : “Orang yang cerdas yaitu orang yang selalu menjaga dirinya dan beramal untuk bekal nanti sesudah mati. Dan orang yang kerdil yaitu orang yang hanya menuruti hawa nafsunya tetapi ia mengharapkan berbagai harapan kepada Allah”. (Hadits Riawayat At Tarmudzy)

www.fathelvi.blogspot.com