Kisah bermakna ini adalah guratan cerita kawan sekantor yang sedang bersemangat untuk menumbuhkan kebersamaan. Rasa lelah dan lapar seolah terlupakan sibuk belanja untuk perlengkapan perlombaan mewarnai bagi anak-anak di bawah 5 tahun dalam acara family gathering.
Seolah teriknya matahari siang itu seperti sentuhan mesra Sang Khalik sehingga kepenatan relatif menjadi tidak terasa padahal tangan kiri dan kanan penuh dengan belanjaan sudah dibayangkan bahwa pasti sangat merepotkan.
Ditambah lagi saat tawar menawar dengan sopir taksi soal ongkos seharga 50 ribu dengan sistem borongan dari Asemka sampai Harmoni melalui Roxy. Sopir taksi itu memaksa tidak mau lewat Glodok karena macet, padahal biasanya ongkos taksi dengan jurusan yang sama tidak lebih dari 20 ribuan. Ditawar 30 ribu pun tidak digubris. Entah bagaimana atau karena diburu-buru oleh sang sopir sehingga harga 50 ribu itu menjadi tidak masalah.
Dalam taksi di tengah perjalanan entah mengapa rekan sekantor tersebut begitu memperhatikan seorang pria bertangan buntung dan lusuh sedang menawarkan buku gambar untuk diwarnai yang tadi waktu di asemka banyak dijual meskipun sudah lihat sana lihat sini namun tidak juga berniat untuk membeli, sedikit keraguan untuk membeli namun akhirnya dibelinya juga padahal tidak butuh-butuh amat, bahkan si pria penjaja buku gambar minta ditambah seribu rupiah tidak jadi masalah, seribu rupiah digelontorkan juga tanpa beban dan tanpa pikir-pikir.
Kitapun barangkali berpikir uang seribu untuk apa, hitung-hitung sadaqah sehingga memberinya pun dengan ikhlas meskipun hanya seribu rupiah dan setelah itu tidak ada lagi pembicaraan tentang seribu rupiah tersebut, pasti memang tidak krusial untuk dibicarakan.
Saat turun dari taksi rekan sekantor tersebut segera turun dan menurunkan barang belanjaan serta langsung membayar ongkos taksi sesuai dengan kesepakatan. Sambil melihat barang belanjaan kembali khawatir ada yang ketinggalan, ada ganjalan ko kenapa sopir taksi tersebut belum pergi malah seolah sibuk karena sesuatu di belakang kemudinya.
Saat ditanya ”ada apa ya pak” eh malah menyodorkan uang seribu rupiah tanpa berkata-kata hanya menggunakan bahasa tubuh seolah-olah berkata bahwa uang seribu rupiah itu adalah pembayaran ongkos taksi namun bukan seribu rupiah seharusnya lima puluh ribu rupiah, barang kali demikian maksud bahasa tubuh sang sopir taksi.
Melihat demikian dengan tegas rekan sekantorku menyatakan bahwa ia sudah memberikan uang sebagai ongkos taksi dan mempersilahkan sang sopir taksi untuk memeriksa kantongnya sendiri. Melihat demikian sang sopir berkata ”itu uang kembalian bu” sambil bergegas hendak pergi, mendengar ucapan sang sopir taksi demikian dengan nada keheranan rekan sekantorkupun berucap ”ya pak semoga rizkinya siang ini melimpah” sambil tetap dengan keheranannya.
Kemarin ia bercerita dan baru menyadari bahwa mungkin karena uang seribu rupiah yang ia berikan kepada seorang pedagang dijalan bertangan buntung yang ia beli kemarin sehingga Alloh menyelamatkan dirinya dari sang sopir taksi yang mencoba-coba mengelabuinya saat sedang gerasa gerusu mengecek barang belanjaan, sehingga ia tidak membayar ongkos taksi dua kali dan bahkan uang yang disadaqahkan diperolehnya kembali sebesar seribu rupiah dari sang sopir taksi dan dilindungi dari akal-akalan sang sopir taksi.
Dari peristiwa yang dialami karena sadaqah yang sebesar seribu rupiah dengan ikhlas, ia memperoleh balasan langsung dari Alloh minimal sebesar 51 kali, yang pertama uang yang disadaqahkan telah dikembalikan oleh Alloh melalui tangan sang sopir taksi, yang lima puluh kali adalah ia diselamatkan dari tipu daya sang sopir taksi sehingga tidak membayar ongkos taksi dua kali dan balasan yang lain adalah rasa senang hatinya atas hikmah dari peristiwa yang baru saja ia alami serta nikmat yang tak terhingga bahwa karunia yang ia dapat berasal dari Sang Maha Pengasih Alloh Subhanahuwata’ala.
Ternyata energi positif yang ia berikan berupa uang seribu rupiah, langsung dikembalikan bahkan ditambah belipat-lipat dengan terhindar dari akal-akalan sopir yang berupaya mengelabuinya dengan modus uang seribuan yang dikatakan uang kembalian. Benarlah apa yang banyak dikatakan orang bahwa dengan bersadaqah itu bisa dihindarkan dari musibah.
Rasulullah Saw memerintahkan umatnya utk mengeluarkan shadaqah. Beliau memisalkan orang yang mengeluarkan shadaqah seperti orang yang ditawan musuh. Tangan dan lehernya dibelenggu. Ketika dia akan dipenggal lehernya, maka dia berkata, "Aku akan menyerahkan tebusan kepada kalian, dengan nilai yang sedikit atau banyak.." Maka diapun menyerahkan tebusan kepada mereka agar bebas. Demikianlah perumpamaan sadaqah, dia menjadi tebusan bagi yang mengeluarkannya.
Shadaqah mempunyai pengaruh yang sangat aneh dalam menyingkirkan berbagai macam musibah, sekalipun itu dilakukan orang yang berkelakuan buruk dan zalim, bahkan juga orang kafir. Dengan shadaqah itu, Allah menyingkirkan berbagai macam musibah, yang semua orang mengetahuinya dan banyak sekali dialami oleh orang-orang yang mengeluarkan shadaqah.
At-Tirmidzy meriwayatkan dari Anas bin Malik, bahw Nabi SAW bersabda:
"Sesungguhnya sadaqah itu memadamkan murka Rabb dan menolak kematian yangburuk" Sadaqah bermanfaat mencegah adzab dan murka Allah, dan juga bermanfaat menghapuskan dosa dan kesalahan seorang hamba seperti air memadamkan api.
Aku jadi teringat dengan kisah seorang pengemis yang meminta makanan kepada Rosulullah, namun karena beliau tidak punya disarankan pengemis tersebut untuk meminta kepada putrinya Fatimah Azzahra, akan tetapi beliaupun tidak punya kecuali perhiasan satu-satunya. Amat senang sang pengemis memperoleh perhiasan tersebut namun yang dibutuhkan olehnya adalah makanan untuk mengisi perutnya yang kerontang, maka dijuallah emas itu kepada sahabat Abdurrahman bin Auf.
Setelah mengetahui asal muasal perhiasan tersebut sang pengemis diberikan harta yang cukup untuk hidup layak dan selanjutnya beliau memerintahkan budaknya untuk mengantarkan perhiasan yang dibelinya dari pengemis kepada Rosulullah dan sekaligus budak tersebut diberikan kepada Rosulullah. Oleh Rosulullah sang budak diperintahkan untuk pergi ke rumah putrinya karena bukan beliau yang mempunyai perhiasan tersebut.
Sesampainya sang budak ke rumah putri Rosulullah dan telah menyampaikan maksud kedatangannya, Fatimah Azzahra tersenyum membebaskan sang budak dan seraya menjawab keheranan sang budak atas sikapnya, bahwa ia tersenyum karena perjalanan perhiasan milik beliau yang ia sadaqahkan dengan ikhlas dan atas dasar keimanan telah memberikan hikmah pengemis yang menjadi hidup layak, sang budak yang merdeka, Abdurrahman bin Auf oang kaya yang mau berbagi kebahagiaan dan dirinya yang merasakan kalam hikmah atas peristiwa tersebut sehingga putri Rosulullah itupun tersenyum.
Wallohu’alam.
Ejun at eramuslim.com