Assalamu’alaikum…malam itu pukul 07.00 pm seorang laki2 muda bersama wanita separuh baya mengetuk pintu rumahku.
Wa’alaikumsalam..dari dalam kamar aku menyahut sambil menggendong putriku, Maira yang baru lahir 2 minggu lalu. Ibuku yang kebetulan masih ada di rumah membukakan pintu…
’Mari masuk mba..udah ditunggu…’ ibuku mempersilahkan mereka duduk.
Mbak Mi namanya, dengan diantar adiknya, adalah wanita yang bersedia bekerja membantu aku mengurus pekerjaan rumah dan Maira nanti jika masa cuti melahirkanku sudah habis.
Wanita itu tidak terlalu tua, usianya 40 tahunan mungkin, Mbak Mi berperawakan kecil dan ga banyak bicara.
Paginya Mbak Mi mulai beraktivitas..tanpa aku menunjukkan pekerjaan-pekerjaan yang harus ia lakukan, ia sudah lancar menjalankannya, bangun pagi buta…mengerjakan semua pekerjaan rumah, seketika aku bangun rumahku sudah rapih dan bersih…
Seminggu kemudian Mbak Mi mulai bercerita tentang kehidupannya.
Mbak Mi adalah seorang janda yang menggugat cerai suaminya 8 tahun yang lalu karena suaminya selingkuh tak hanya dengan satu wanita. Ia pernah memiliki 3 orang anak yang telah menjadi tabungan akhiratnya, SEMUA…ya semua telah dipanggil oleh Allah..yang pertama anak perempuan saat usia 7 bulan, yang ke dua laki laki dengan usia 5 bulan dan yang terakhir gugur dalam kandungan saat usia 3 bulan. Mungkin karena itu Mbak Mi sangat menyayangi Maira seperti anak kandungnya sendiri. Sebuah perjalanan hidup yang sangat panjang dan melelahkan rupanya, akan tapi tak kulihat raut sedih sama sekali di wajahnya Mbak Mi tetap tegar menjalani hidup ini.
Ada satu hal lain yang sangat mengejutkanku saat Mbak Mi bercerita bahwa Mbak Mi buta huruf…ya Allah masih ada di saat orang-orang sudah berkelut dengan teknologi internet setiap saat, masih ada orang yang tidak bisa membaca, disini dan sangat dekat denganku. Mbak Mi diminta untuk keluar saat menginjak catur wulan I kelas 1 SD karena tak ada biaya dan harus membantu bekerja orang tuanya.
Entah mengapa aku jadi bingung sendiri.. Aku jadi ingat perintah Allah pada Rasulullah..Iqra’(bacalah)…lalu bagaimana Mbak Mi bekerja, mencari rejeki, menyekolahkan adiknya hingga tamat SMU, menjadi pelayan toko..dan tak pernah meninggalkan sholat 5 waktu jika Mbak Mi tak bisa membaca…Subhanallah..hanya Allah yang tau…
Lalu dengan hati-hati aku menawarkannya untuk mulai belajar membaca…alhamdulillah Mbak Mi menerimanya tanpa rasa canggung.
Aku mulai meminta buku-buku belajar membaca milik keponakanku yang sudah tidak terpakai, lalu aku membelikannya sebuah buku tulis, pensil, penghapus dan rautan. Mbak Mi tampak senang.
Subhanallah semangat belajarnya tetap membara…disaat pekerjaan sudah beres Mbak Mi mulai menghafal abjad dan mengeja. Kadang aku menuntunnya sesekali Mbak Mi kurang benar dalam mengeja. Aku memintanya untuk mencoba membaca apa saja yang ditemuinya, majalah, buku, atau apapun.
Suatu hari aku tertidur karena lelah menjaga Maira semalaman, Mbak Mi menggendong Maira sambil menonton televisi di ruang tengah.
Sesaat kemudian sayup-sayup aku mendengarnya mengeja sesuatu…U….S…us…T.. lalu diulangnya lagi….U..S…us…T…Z hh.. dia menghela nafas.. aku baru ingat aku menaruh sebuah majalah muslim di meja, di cover depan ada tertulis artikel USTADZAHKU..rupanya dia sedang mengejanya…lalu diulangnya lagi…berkali-kali…sampai akhirnya dia berkata pada Maira ’susah ya dik…’
Ya Allah…aku hampir menitikkan air mata, sebegutu besar semangatnya untuk bisa membaca disaat usia sudah menginjak setengah baya. Perjuangan hidup yang menjadi pelajaran berharga bagiku..bagi keluargaku…
Anakku hampir berusia enam bulan dan aku percaya Allah masih mempercayakan amanahNya pada Mbak Mi untuk menjaga anakku. Lalu aku sempat iseng-iseng menulis cerita tentang kisah Mbak Mi di Facebook dan mengirimkannya juga pada beberpa teman sebagai bentuk renungan dan pelajaran berharga. Alhamdulillah banyak respon dan komentar yang mendoakan kebaikan buat Mbak Mi.
Beberapa waktu lalu adalah libur panjang, aku sudah berencana jauh-jauh hari untuk membawa si kecil pulang kampung ke rumah neneknya. Sebelum pulang Mbak Mi yang memang satu kampung denganku memberanikan diri untuk ijin libur kerja dua hari. Saya mengijinkannya karena mungkin dia juga rindu dengan keluarganya.
Sabtu malam itu Mbak Mi datang, lalu dia bercerita…ada seseorang yang melamarnya, seorang laki-laki yang sudah hampir empat tahun ditinggalkan istrinya karena sudah terlebih dahulu menghadap-Nya. Tanpa pernah bertemu sebelumnya, entah mengapa Allah memberikan ketetapan hati untuk menerimanya dan memutuskan untuk menikah dengan laki-laki tersebut bulan depan.
Betapa sangat mengejutkan…begitu cepat Allah menjawab doa hambanya. Doa dari hati yang tulus…walau tak pernah saling kenal Subhanallah…ya rabb…Kau Maha Mendengar….
Delapan tahun Mbak Mi menjalani liku-likunya dengan ikhlas dan kini Engkau menjawab doanya..dan doa kami…
Keluargaku sangat bersyukur…walau kami harus mencari pengganti Mbak Mi. Pasti tidak mudah mencari seseorang yang tulus sepertinya tetapi kami tau Allah pasti akan menjawab doa kami karena kami ikhlas dan berbahagia melepas Mbak Mi menjalani hidup barunya.
Barakallahu laka wa baraka ‘alaika wa jama’a bainakuma fii khoir….
Selamat Menyempurnakan Sebagian dari Islam Mbak Mi..semoga menjadi keluarga Sakinah Mawadah dan Warahmah.
Buat teman-temanku.. terimakasih telah memberikan doakan yang tulus… semoga Allah membalas semua kebaikan teman-teman, Amiin……
Alhamdulillah ya Allah..kini aku tau mengapa kau mengirimnya kepadaku, agar aku menjadi lebih bersyukur pada-Mu.
Berkahi dia ya Allah…Muliakanlah dia… seperti harapanku tuk Kau Muliakan Kedua Orang Tuaku di Dunia dan Akhirat…
—————————-semoga menjadi renungan dan ilmu yang bermanfaat————————–