Dicari Pemimpin Adil yang Berani Mati..!

siapaeramuslim.com – Kerinduan masyarakat terhadap pemimpin adil sama dengan kerinduan mereka terhadap tanah lapang yang hijau dan sejuk. Tempat mata meraih keindahannya. Tempat nafas menarik dalam kesejukannya. Tempat hati melepas kepenatannya. Atau bahkan lebih dari itu semua.

Apalagi hari ini. Ketika pencarian masyarakat terbentur tembok keputusasaan. Dicerminkan pada sikap apatis terhadap semua bentuk pemilihan pemimpin. Karena mereka telah kecewa. Harapan yang muncul seperti tunas yang baru tumbuh, dihantam oleh badai dusta. Tak tersisa.

Kemunculan pemimpin adil ini harus diusahakan terus. Dicari di tumpukan jerami, walau hanya sekecil jarum.

Siapapun yang akan muncul menjadi pemimpin adil, apalagi di tengah kumuhnya sistim dan kepemimpinan, tulisan ini memberikan rambu sejarah yang akan terulang di sepanjang sejarah.

Khulafaur Rasyidin (Abu Bakar, Umar, Utsman, Ali) adalah contoh para pemimpin teradil di muka bumi ini, setelah Rasulullah shallallahu alaihi wasallam. Merekalah para pemimpin yang disebut oleh Nabi sebagai pemimpin yang mendapatkan bimbingan Allah. Pemimpin yang menerapkan syariat Islam dengan utuh dan adil terhadap rakyatnya. Keadilannya, tidak pernah dijumpai dalam sejarah hidup pemimpin manapun di muka bumi ini.

Tetapi mereka semua meninggal dengan cara yang tragis!

Inilah kematian mereka satu per satu dalam rekaman sejarah Islam. Setelah mereka mempersembahkan kepemimpinan yang membuat langit memuji mereka.

 

Abu Bakar Diracun oleh Yahudi?

Para ulama berbeda pendapat tentang penyebab kematian Abu Bakar. Ada yang berpendapat bahwa sebab kematian Abu Bakar adalah sakit yang disebabkan oleh karena beliau mandi pada cuaca yang sangat dingin.

Tetapi ada yang berpendapat bahwa Abu Bakar meninggal karena diracun oleh Yahudi setahun sebelum wafatnya. Sebagaimana yang bisa kita baca dalam kitab tarikh al-Khulafa’ (1/74, MS) karangan Imam as-Suyuthi dan tarikh ath-Thabari.

As-Suyuthi berkata, “Ibnu Sa’ad dan al-Hakim meriwayatkan dengan sanad shahih dari Ibnu Syihab bahwa Abu Bakar dan al-Harits bin Kildah makan makanan yang dihadiahkan kepada Abu Bakar. al-Harits berkata: Angkat tanganmu wahai khalifah Rasulillah. Demi Allah di makanan ini ada racun yang membunuh dalam setahun. Saya dan Anda akan mati pada satu hari yang sama.

Abu Bakar berhenti memakannya. Keduanya terus sakit hingga meninggal pada satu hari yang sama dengan berakhirnya hitungan satu tahun.”

Untuk menguatkan riwayat ini, as-Suyuthi menukil pernyataan ulama ternama asy-Sya’bi. As-Suyuthi berkata: Al-Hakim meriwayatkan dari Sya’bi, dia berkata, “Apa yang kita harapkan dari dunia yang hina ini. Telah diracun Rasulullah, demikian pula Abu Bakar.”

Setelah itu, as-Suyuthi menyebutkan pendapat kedua. Di mana al-Waqidi dan al-Hakim meriwayatkan dari Aisyah yang berkata, “Permulaan sakitnya Abu Bakar yaitu dia mandi pada Hari Senin 7 Jumadil Akhir. Saat itu cuaca sangat dingin. Hal itu menyebabkannya demam selama 15 hari. Sehingga tidak bisa keluar untuk shalat. Dan wafat pada malam Selasa 8 malam yang terakhir di Bulan Jumadil Akhir tahun 13 dalam usia 63 tahun.”

Para ulama sejarah memperbincangkan kedua penyebab ini. Masing-masing mencoba mengambil yang dianggapnya lebih kuat. Atau seperti as-Suyuthi yang menyebutkan kedua pendapat sekaligus.

Jika kita mengambil pendapat pertama yaitu sebab diracun, maka ini semakin menambah panjang daftar kematian pemimpin adil dengan cara mengenaskan. Kalau kita mengambil pendapat yang kedua yaitu sebab sakit, maka seakan sejarah Abu Bakar ingin mengatakan bahwa hanya dia dari 4 khulafaur rasyidin yang meninggal karena sakit. Tetapi 3 pemimpin adil lainnya harus mengakhiri hidupnya dengan cara yang tragis.