Si Ranid dan Kebon Binatang

Sore itu Si Ranid kembali berpetualang ditemani dengan sepeda motor Jepang-nya (saja), Ranid kali ini berekspedisi ke kebun binatang Ragunan Jakarta. Pemuda biasa itu menghadiri undangan rihlah (jalan-jalan) dari rekan-rekan seperjuangannya pada masa SMA dahulu kala.

Dengan membayar tiket yang hanya beberapa ribu, Ranid memasuki kebun binatang satu-satunya yang ada di Jakarta. Situasi kala itu sedang ramai dikarenakan bertepatan dengan hari libur nasional. Pemuda itu mengamati satu-per-satu satwa-satwa yang tersedia di Bon-Bin (Kebun Binatang) tersebut.

“Ini kebon binatang?! mana binatang yang ditanem, koq malah dilepas gitu aja binatangnya? kalo kebon pisang kan pisang ditanem, kebon mangga, mangga yang ditanem. Kebon Binatang koq binatangnya gak ditanem ya?” gumam Ranid dalam hatinya yang penuh tanya.

Pandangan Ranid langsung menuju ke salah satu satwa yakni monyet. Ranid kembali berkutat dengan pemikirannya. Binatang yang di dalam Al-Qur’an dikatakan sebagai kutukan kepada bangsa Yahudi yang membangkang dari perintah Allah SWT. Binatang yang satu ini sangatlah rakus, jika diberi makanan maka tangannya segera mengambil. Jika makanannya sudah penuh di tangan maka kakinya ikut memainkan peran. Bahkan ketika kaki dan tangannya telah terisi penuh makanan, maka mulutnya pun digunakan demi mendapatkan sebuah makanan.

Ranid melanjutkan analisa berpikirnya. Di balik kejelekan prilaku monyet ternyata ada satu pelajaran dari monyet yang sering dilupakan oleh manusia. Kalau kita perhatikan kenapa anak monyet walaupun masih kecil dapat bergelayutan dari satu pohon ke pohon lain begitu lincahnya. Hal itu tidak lain dan tidak bukan bersumber dari makananannya, yakni pisang.

Kandungan pisang sangat kaya akan kalium yang dapat memperkuat tulang. Setidaknya itu yang pernah didengarnya dari seorang dokter di sebuah seminar. Dan orang-orang tua terdahulu gemar memberikan anak-anaknya buah pisang. Itu sebabnya anak-anak balita zaman dahulu ketika berusia 9-12 bulan sudah lancar berjalan. Tidak seperti sekarang, balita-balita sekarang bahkan ketika berusia 1 tahun lebih masih sulit untuk berjalan. Dikarenakan orang-tua zaman sekarang gemar memberikan mereka (anak-anaknya) dengan makanan yang serba instan. Dari mulai bubur, makanan sereal, serta susu semua serba instan.

Kembali Ranid berpikiran konspiratif. Pisang yang diyakini sebagai makanan monyet, faktanya disebutkan dalam Al-Qur’an. Dalam surat Al-Waqiah Allah SWT berfirman, "Dan golongan kanan, alangkah bahagianya golongan kanan itu. Berada di antara pohon bidara yang tak berduri, dan pohon pisang yang bersusun-susun (buahnya), dan air yang tercurah, dan buah-buahan yang banyak, yang tidak berhenti (berbuah) dan tidak terlarang mengambilnya." (QS. Al-Waqiah [56] : 27-33). Dan Allah juga berfirman bahwa Al-Qur’an dapat dijadikan syifa (obat penyakit lahir) dan rahmat (obat penyakit batin) bagi orang-orang mukmin. Jadi kalau ada orang yang memberikan anda pisang, jangan sekali-kali berpikir bahwa orang itu sedang menyamakan anda dengan seekor monyet. Tapi berpikirlah bahwa orang tersebut sedang mendoakan anda menjadi salah satu penduduk surgaNya Allah kelak. Ranid pun mengakhiri kesimpulannya.

Setelah puas memandangi sang monyet. Ranid kembali mencari lokasi yang dijadikan tempat berkumpul teman-temannya. Pemuda yang tidak mempunyai sesuatu yang istimewa ini kembali menikmati pemandangannya ke arah satwa-satwa yang terdapat di Ragunan.

Ranid kembali berpikir ketika melihat hewan-hewan lucu tersebut. Pria ini memang sering berpikir ketika ia melihat sesuatu hal yang ia rasa ‘aneh’. Dikarenakan hal itu pula ia sering dianggap aneh oleh teman-temannya dikarenakan sering memikirkan sesuatu yang mungkin dianggap tidak penting dan tidak perlu.

Ranid merasa iba ketika melihat hewan-hewan tersebut. Dalam benaknya ia berpikir kenapa hewan-hewan ini mesti ‘dipenjara’ (dikandangkan), padahal manusia-manusia yang merusak habitat hewan-hewan tersebut sampai sekarang masih menghirup udara bebas?! Padahal manusia-manusia yang mengatas namakan eksplorasi-eksplorasi yang menghancurkan ekosistem hewan-hewan tersebut malah meraup keuntungan yang tidak sedikit?!

Malang benar hewan-hewan tersebut. Dipaksa tinggal dalam keadaan yang bukan mereka inginkan. Seharusnya manusia model-model Gayus yang tinggal dalam kebon binatang tersebut. Hal ini dilakukan agar Gayus tidak lagi bisa keluar negeri. Karena dalam ‘kebon tahanan’ tersebut kita dapat mengecek keberadaan dari berbagai tersangka kejahatan di republik ini. Gak perlu-lah petugas lapas yang menjaga para tahanan tersebut. Cukup masyarakat yang mengawasi dengan cara berkunjung tiap pekannya. Hal ini juga dilakukan untuk menghindari praktik joki tahanan yang belakangan mulai ramai diperbincangkan.

Ranid…..!! Nampak temannya memanggil dari kejauhan. Segera Ranid mengakhiri proses berpikirnya dan segera bergabung dengan teman-temannya.

mukminsehat.multiply.com
[email protected]