Syekh Solah Karim-nama samaran-adalah seorang Dosen di sebuah Universitas Islam terkemuka. Beliau telah menekuni bidang Sejarah Islam selama belasan tahun. Bisa dikatakan beliau adalah pakar dalam bidang Sejarah Islam dan Sunnah Rasulullah Shallallahu `alahi wa sallam.
Disamping kesibukan sebagai Dosen beliau juga sering diminta menjadi pembicara dalam berbagai acara seminar, dialog, bedah buku, dan setiap minggu mengisi acara Sirah Nabawiyah disalah satu stasiun radio islam. Beliau juga aktif dan produktif menulis tentang Sirah dan Sunnah Rasulullah Shallallahu `alaihi wa sallam.
Suatu ketika beberapa orang anak muda datang ke rumah beliau. Anak-anak muda tersebut biasa mengadakan kunjungan mingguan ke rumah-rumah kaum muslimin dalam rangka silaturahmi dan berdakwah pada Allah `azza wa jalla. Kedatangan mereka disambut hangat oleh Syekh Solah.
Setelah sedikit bercengkrama, para pemuda tersebut mengutarakan maksud kedatangan mereka, yakni ingin mengundang syekh Solah untuk menjadi pembicara di mesjid tempat biasa mereka beraktifitas. Syekh Solah menyambut baik permintaan mereka.
Dalam hal ilmu beliau memang tipe seorang dermawan. Beliau tak pernah minta imbalan setiap usai mengisi sebuah acara. Ketika ditanya sebab penolakan tersebut beliau menjawab, “Saya ingin berbuat karena Allah ta`ala, saya ingin mengikuti jejak pendahulu saya sebagaimana para Rasul dan Nabi.”
Acara hari itu berlangsung dari setelah ashar sampai maghrib . Dan seperti biasa usai penyampaian materi keutamaan berdakwah di jalan Allah mereka mengadakan silaturahmi ke rumah-rumah kaum muslimin. Menjelang berangkat mereka menentukan siapa yang akan menjadi penunjuk jalan, yang akan ikut keluar, dan pembicara.
Untuk menjadi pembicara mereka selalu memilih orang-orang yang alim diantara mereka. Pada waktu itu, Syekh Solah diminta untuk menjadi pembicara. Beliau pun dengan senang hati menerima permohonan mereka.
Ketika telah sampai di sebuah rumah yang akan mereka kunjungi, salah seorang dari para pemuda mengetok pintu rumah tersebut. Setelah beberapa lama menunggu, keluarlah seorang laki-laki, kemudian dia bertanya, “Ada perlu apa kalian datang kesini?”.
Salah seorang dari mereka berkata, “Kami datang dengan maksud untuk silaturahmi dengan anda.”
Dengan nada marah dan kesal laki-laki itu berkata, "Saya tidak sudi menerima kedatangan orang-orang seperti kalian, pergi dari sini!". Ia berkata sambil menyemburkan air ludahnya, dan air ludah tersebut tepat mengenai muka syekh Solah.
Para pemuda merasa sangat bersalah pada syekh Solah. Mereka membantu syekh Solah membersihkan air ludah yang berserakan di wajah beliau. Mereka meminta ma`af pada beliau, karena sebab merekalah beliau diludahi oleh laki-laki tadi. Mereka menjelaskan bahwa laki-laki tersebut adalah seorang preman dan gemar berjudi, mereka datang padanya dengan harapan bisa mengajaknya kembali ke jalan yang benar.
Syekh Solah hanya tersenyum, kemudian beliau berkata, “Anak-anakku, terima kasih kalian telah mengajarkan satu hal penting untuk saya saat ini. Pada hari ini saya telah menyadari dan merasakan bagaimana berat, susah, dan sulitnya perjuangan Rasulullah Shallallahu `alahi wa sallam dalam menyerukan dakwah islam. Selama ini saya hanya menulis dan sering berbicara dihadapan orang banyak tentang Sirah dan Sunnah Rasulullah. Saya hampir tidak pernah terjun langsung ke lapangan.”
“Dan hari ini telah tersingkap hakikat dihadapan saya, betapa dakwah bilqalam (dengan pena) begitu mudah dan betapa dakwah bilqadam (dengan berjalan kaki, mendatangi objek dakwah) begitu berat. Ya, betapa menulis di atas lembaran kertas sangatlah gampang sedangkan menulis di dalam lembaran amal sangatlah berat, butuh kesabaran, serta perjuangan tangguh.”
Semoga kisah diatas bisa menjadi renungan kita bersama, insya Allah.
Salam,
[email protected]
http://marifassalman.multiply.com/