Galau? Kata ini biasanya keluar kalau seseorang mendapat hinaan atau kritikan yang tajam dari pihak lain. Ada saat saat dalam pergaulan, kau mungkin merasa direndahkan, merasa terhina atau merasa diremehkan karena kedudukan, status sosial atau jenis pekerjaanmu. Lalu kau merasa direndahkan sedemikian rupa, hingga kau merasa dikucilkan atau merasa tak dianggap sama sekali atau bahkan tak “diorangkan” oleh orang lain, sabarlah dan ucapkan: Alhamdulillah!
Loh gimana sih, lagi dihina orang kok alhamdulillah? Ya, karena pada saat kau merasa dihina atau memang betul-betul dihina atau bahkan mungkin dicaci maki dihadapan orang banyak, katakan “alhamdulillah” mengapa ? Karena pada saat itu sedang terjadi transfer yang luar biasa cepatnya, dimana pahalamu sedang bertambah dari orang yang menghinamu, sedangkan dosa-dosamu sedang diambil orang yang sedang menghinamu. Nah bukankah itu membahagiakan, mendapat pahala gratis dan terhapus dosamu tanpa usaha.
Susah memang pada awalnya, dihina kok alhamdulillah? Yang jelas, tak perlu merasa terhina saat dihina orang lain, karena orang yang mudah menghina orang lain adalah bukan orang yang mulia. Jangan-jangan lebih hina dari orang yang sedang dihina. Lagi pula, Tuhan dalam firmanNya mengatakan” Hai orang-orang yang beriman, janganlah suatu kaum mengolok-olokan kaum yang lain ( karena ) boleh jadi mereka ( yang diolok-olokan ) lebih baik dari mereka yang mengolok-olokan ” (QS Al Hujurot, 49:11).
Jelas sekali kan firmanNya itu. Jadi mengapa perlu bersedih atau sakit hati bila dihina orang lain ? EGP aja, Emangnya Gue Pikirin! Lagi pula hinaan itu ibarat kawah candradimuka, hati itu digodok sedemikian rupa, agar tak mudah goyah, tabah dan sabar. Jadilah ilalang yang diinjak-injak orang masih tetap hidup atau jadilah seperti baja yang makin di tempa, makin di palu makin kuat.
Kita sudah sama-sama mengetahui bahwa orang yang mulia sangat menghargai orang lain dan mudah memaafkan orang lain yang bersalah kepadanya. Jika terjadi sebalikknya itulah orang yang hina. Memang dalam kehidupan, orang begitu merasa sakit di hati bila mendapat penghinaan dari orang lain, sampai-sampai mungkin tidak bisa tidur karenanya, boleh jadi menimbulkan dendam yang membara hingga ada niat untuk membalas rasa sakit hati tersebut pada orang yang telah menghinannya.
Namun bila dihadapi dengan hati yang jernih, saat di hina, justru “alhamdulillah” karena saat itulah kita dapat mengetahui kualitas akhlak orang lain, saat itulah kita dapat mengetahui siapa sesungguhnya orang yang sedang menghina itu. Dan jangan lupa, orang yang suka sekali menghina orang lain, sebenarnya sedang menghina dirinya sendiri, satu telunjuk dia arahkan pada orang lain, ke empat jarinya yang lain sedang mengarah pada dirinya sendiri.
Dan boleh jadi saat dihina kita segera dapat mengintropeksi diri, jangan-jangan kita memang pantas untuk dihina, karena kelakuan, perkataan atau perbuatan kita sendiri. Jika memang hinaan itu benar, kata “alhamdulillah”pun masih tepat, karena secara tidak langsung, orang yang sedang menghina itu telah menunjuki kesalahan kita.
Alhamdulillah, ada “konsultan” gratis yang tanpa diminta telah menunjukan kesalahan kita. Dengan demikian, kita akan segera memperbaiki diri. Nah bukankah hinaan itu membawa hikmah? Nah bukankah kalau kita mendapat hikmah, kita bersyukur? Sedangkan kata yang paling tepat untuk bersyukur adalah alhamdulillah.
Kata alhamdulillah kelihatanya sederhana, namun mengadung makna yang luar biasa. Bila saat dihina atau merasa dikucilkan saja sudah mampu mengucapkan alhmdulillah, apa lagi bila mendapat rejeki, pujian atau mendapat sesuatu yang baik, sudah sepantasnya kita mengucapkan kata “alhamdulillah”, segala puji bagi Allah, kita kembalikan pujian tersebut kepada Allah SWT yang paling berhak untuk dipuja dan dipuji karena Dia memang Maha Terpuji dan tak ada kata yang mampu mengatasi pujian untukNya yang datang dari diriNya sendiri, kecuali kata: “ alhamdulillah”
Kembali kepada hinaan orang, rumus yang paling sederhana untuk menghadapinya tadi ya dengan kata EGP diatas, Emangnya Gue Pikirin. Ini kalimat sederhana, tapi mampu meredakan kegalauan di hati. Karena dengan tidak memikirkan hinaan orang lain, produktifitas kerja akan terus terjaga, yang penting kerja, kerja dan kerja, tentunya dengan terus menerus meningkatkan kualitas kinerja itu sendiri dan tetap berprinsif: kerja itu ibadah dan amanah. Maka harus tetap dijaga dan dipelihara. Dan kalau mau diuraikan kata EGP, selain Emangnya Gue Piikirin, bisa juga berarti sebagai berikut:
Pertama, hurup” E” empati, merasakan apa yang dirasakan orang lain. Kalau diri sendiri tak mau dihina orang lain, maka jangan menghina orang. Engkau hanya seorang manusia biasa, tak luput dari salah, khilaf dan dosa. Jadi ketika hinaan yang datang padamu, ya biasa saja mengahadapinya. Kecuali kalau hinaan itu sudah menjurus kepada kebencian yang penuh dendan kesumat, sehingga hinaan tadi menghancurkan harga dirimu, ya ada hak untuk melawan untuk memberikan pelajaran bagi orang yang suka menghina itu. Karena yang menghinapun belum tentu lebih baik dari yang dihina! Lihat ayat di atas. Jadi mengapa takut? Tak ada yang perlu ditakuti kecuali Allah SWT, takut yang dapat menyebabkan ketundukan padaNya.
Kedua, hurup” G” giatlah dalam pekerjaan dan usaha, lawan hinaan tersebut dengan kerja giat dan usaha yang terus menerus, jadikan hinaan tersebut semacam obat, pahit tapi menyembuhkan. Atau jadikan hinaan itu semacam racun yang kau rubah menjadi obat yang mujarab. Persis seperti bisa ular yang dijadikan lambang setiap apotik.
Coba perhatikan kenapa ular yang dijadikan lambang di setiap apotik tersebut, bukannya binatang lain? Ya itu tadi, racun dijadikan obat! Kok bisa? Jangan lupa, hinaan yang sering kau terima bisa jadi melatih dirimu atau jiwamu menjadi kebal terhadap hinaan tersebut. Hingga ketika dihina orang tak mudah lagi tersinggung, dengan demikian hati tak mudah menjadi galau, resah, gelisah atau susah. Hati menjadi lapang, ngapain menanggapi hinaan, bolehkan membalas hinaan? Ya boleh saja, kalau mau!
Namun membalas hinaan dengan hinaan juga, itu ibarat api dibalas dengan api, apinya bukan padam, bahkan semakin panas dan membara, iyakan? Bukankah api dapat dipadamkan dengan air, maka lawanlah hinaan tadi dengan kata-kata yang baik, lembut dan bijaksana atau lawanlah hinaan tadi dengan giat bekerja atau meningkatkan kinerja, kalau hinaan itu tentang pekerjaanmu.
Ketiga, hurup” P” pikirkanlah lebih dahulu setiap mendapat hinaan atau kritikan yang merusak, kalau kritikan yang membangun itu sudah tentu baik adanya, tapi kalau kritikan tujuannya hanya untuk merusak atau hanya penghinaan yang terselubung, ya pikirkan juga, jangan-jangan itu sinyal bagimu juga. Untuk menghadapi hinaan yang sudah keterlaluan, perlu berpikir positif atau tetap berpikir positif, agar tak mudah tersulut. Karena biasanya kalau orang mudah tersulut atau terbakar terhadap hinaan yang datang, maka emosinya meluap-luap, meledak-meledak atau bahkan bisa tak terkendali.
Nah yang begini ini akan susah jadinya. Karena kalau emosi yang jalan, bukan pikiran yang bergerak, ya sudah, maka api kemarahan akan berkobar-kobar, maka akan terjadilah bakar-bakaran beneran! Lihat saja betapa banyak orang yang tak mampu mengendalikan emosinya, hatinya terbakar, maka fisiknya ikut membakar, maka benda-bendapun menjadi sasaran pembakaran! Kenapa bisa terjadi? Ya karena tak bijak menghapai hinaan tadi, tak bijak menghadapi kritikan tadi. Hinaan bukan dihadapi dengan pikiran yang tetap positif, tapi emosional.
Jadi singkat kata, hadapi hinaan tadi dengan EGP, Emangnya Gue Pikirin, dalam arti cuekin aja hinaan itu, nanti juga hilang dengan sendirinya. Atau hadapi hinaan tersebut dengan EGP yang lain, yaitu Empati, Giat bekerja atau giat usaha dan Pikiran yang positif. Dengan dua modal EGP tersebut, insya Allah tak mudah goyah, atau rendah diri gara-gara mendapat hinaan atau kritikan orang lain. Belajarlah dari pohon mangga yang sedang berbuah, dilempari batu, yang melempari diberikan buahnya!
Moskow, 19 Juni 2013.