“Dan pada sebagian malam, lakukanlah shalat tahajud (sebagai suatu ibadah) tambahan bagimu, mudah-mudahan Tuhan mengangkatmu ke tempat yang terpuji .” (QS. Al-Isra 79)
Mendadak aku terjaga dari tidurku di tengah malam buta itu. Mataku terbelalak seolah-olah ada kekuatan ghaib yang memaksaku untuk melek dan segera bangun. Aku lihat jam weker di atas meja belajar masih menunjukkan waktu pukul dua malam. Lantunan ayat-ayat suci Al Quran lewat suara imam kondang dari Arab Saudi Syeikh As-Sudais yang biasa aku putar lewat kaset di radio tape usang milik kawanku pun tidak mampu membuaiku untuk kembali memejamkan mata. Biasanya ketika kaset itu berhenti berputar dan meminta untuk dibalik dari sisi A ke sisi B aku secara otomatis akan terbangun dari tidur dan akan kembali tidur setelah selesai membalik dan membuat kaset itu kembali membunyikan alunan merdu “pesan-pesan dari Langit”. Namun, malam ini sungguh tidak biasa.
Entahlah kenapa malam itu suasana di kamar kos yang aku tempati ini sedikit aneh. Kabarnya memang ada beberapa tempat kos di daerah ini yang memiliki cerita-cerita mistik tersendiri, dan diantaranya adalah tempat kos sahabatku ini. Kebetulan sahabat sejak aku kuliah dulu ini kos seorang diri dan saat itu ia sedang melakukan perjalanan dinas dari kantornya keluar daerah selama beberapa minggu. Ia pun tidak keberatan ketika aku berniat menginap selama beberapa malam di kamar kosnya, hitung-hitung sekalian sebagai penjaga barang-barang berharga miliknya.
Hampir setengah jam lamanya aku mencoba memejamkan mata sambil pikiranku menerawang kemana-kemana, terutama teringat akan cerita-cerita horor dari pengalaman pribadi teman-teman kuliah dulu. Di tengah kesunyian malam dan saat aku dijangkiti penyakit paranoid, hanya Syeikh As-Sudais, sahabat terbaik pengantar tidurku, yang mampu menghiburku dengan bacaan ayat-ayat Qurannya yang menggetarkan jiwa dan dapat membuat siapa saja yang mendengarnya ikut-ikutan menangis. Benar-benar luar biasa.
Tiba-tiba, terlintas dalam pikiranku: “Kenapa tidak melaksanakan shalat malam saja sambil mencoba menenangkan kegelisahanku malam ini? Siapa tahu Allah akan mempercepat pengabulan semua doa dan harapanku yang tertunda.”
Shalat malam, suatu kegiatan yang sudah sangat lama sekali tidak aku kerjakan. Iya, seingatku terakhir kali aku rajin mengerjakan shalat malam adalah ketika aku kepengen sekali lulus UMPTN dan masuk UI. Setelah semua doaku dijabah oleh Allah, rasanya hampir tidak pernah aku melaksanakan lagi shalat yang istimewa ini. Sungguh durhaka memang mahluk yang namanya manusia, ketika menderita mereka merengek-rengek kepada Allah, namun setelah permintaannya dikabulkan mereka seolah-olah tidak kenal lagi dengan Tuhannya. Dan akupun mungkin bagian dari kaum ini. Tolong ampuni kami ya Allah..!
Malam itu, setelah selesai “berkomunikasi” dan bermunajat kepada Allah, aku kembali ke pembaringan untuk melanjutkan istirahatku. Namun, belum beberapa lama aku merebahkan diri , tiba-tiba terdengar suara “gemelitik” aneh dari kaca jendela yang berada tepat di samping tempatku berbaring. Kaca jendela itu tidak berteralis besi dan kadang-kadang juga berfungsi sebagai pintu darurat apabila kunci pintu kamar kos itu tidak bisa terbuka. Makin lama suara itu semakin kerap terdengar ditambah lagi dengan suara “klotek-klotek” aneh. Aku berpikir mungkin kucing tetangga kos kawanku yang baru saja beranak yang iseng menggaruk-garuk kaca jendela karena ingin masuk dan dibukakan pintu. Tapi, apa iya itu perbuatan si kucing, kalau bukan bagaimana?
Hatiku jadi gundah ketika terlintas pikiran paranoid kalau-kalau itu adalah perbuatan demit-demit iseng yang kabarnya pernah menyambangi kamar demi kamar di kosan kawanku ini hanya untuk pamer bahwa mereka masih eksis di tempat itu. Tapi akan lebih gawat lagi kalau itu adalah perbuatan maling yang kabarnya punya jadual tetap menyatroni kosan demi kosan di wilayah itu. Kalau itu benar adalah hantu, aku bisa merapal semua ayat-ayat suci yang aku hapal untuk mengusir jin dan sebangsanya, tapi kalau itu adalah gerombolan rampok, apa dayaku? Celakanya, senjata yang tersedia di kamar ini hanyalah gagang sapu ijuk rombeng dan beberapa garpu makan yang ujung sudah tidak harmonis lagi. Tidak ada golok, martil, ataupun linggis yang bisa aku gunakan untuk membela diri.
Kecurigaanku bertambah kuat ketika aku dengar “degup” langkah-langkah kaki manusia mendekati jendela kamar itu. Akupun semakin pasti bahwa ini adalah langkah-langkah manusia dan bukannya kucing atau setan-setan kurang kerjaan. Namun, aku masih berbaik sangka bahwa jangan-jangan ini ulah teman-teman tetangga kosku yang kadang iseng mengganggu atau menakut-nakuti para penghuni kos yang lain.
Dengan masih menggunakan celana pendek dan sarung yang aku pakai sehabis shalat tadi, dengan nekad dan membaca bismilllah aku mencoba memberanikan diri membuka tirai yang menutup jendela itu sekalian ingin memberi surprise kepada siapapun yang ada diluar sana. Syukur-syukur kalau itu adalah benar perbuatan kawan tetangga kos sebelah, jadi aku akan membuat mereka malu karena mereka tidak sukses mengerjai aku.
Hal yang membuat aku kaget setengah mati adalah ketika aku menyibakkan tirai jendelanya secara mendadak. Ternyata ada dua sosok mahluk di luar kamar kosan itu, yang satu berbadan pendek namun gempal sedangkan satunya lagi berbadan sedang. Manusia-manusia salah karir itu sedang asyik berjongkok sambil khusyuk mencongkel daun jendela kamar sahabatku. Mataku dan mata mereka saling bertatapan dan sama-sama terkejut bukan kepalang. Secara spontan aku teriak “Maling…!” sekeras-kerasnya dan berulang-ulang untuk mengusir mereka sambil mencoba membangunkan tetangga untuk sama-sama mengejar dan membekuk para penjahat tengik itu.
Dengan lari terbirit-birit karena dikejar-kejar orang sekampung, para bandit kampung itu pontang-panting melewati lorong dan gang sempit sepanjang kampung. Akhirnya para penjahat itu berhasil meloloskan diri dengan membonceng dua unit sepeda motor yang dikemudikan anggota komplotannya yang diparkir tidak jauh dari tempat kos kawanku itu. Ternyata ada sepasang maling lagi yang mengintai pas di depan kamar kos yang ikut lari tunggang-langgang karena kaget kejahatannya ketahuan. Jadi, total maling yang beroperasi malam itu kira-kira ada enam personil.
Setelah para penjahat amatiran itu kabur, barulah aku tahu ternyata pada saat yang sama ada beberapa tempat kos yang sedang disambangi oleh mereka dan malam itu rencana mereka gagal total gara-gara teriakanku sewaktu mengejar kawan sepermalingannya. Menurut orang-orang kampung, biasanya para klub maling yang beroperasi di daerah itu dalam semalam akan menjarah lebih dari dua target operasi dalam sekali operasinya.
Segala kegelisahanku malam itu akhirnya terjawab lunas dengan adanya kejadian kemalingan itu. Saudaraku, apa jadinya kalau saja aku tetap bebal untuk memaksakan diri melanjutkan tidur ketika Allah telah mengutus malaikatNya untuk memberi sinyal tanda bahaya kepadaku dengan membangunkanku dan membuat mataku tiba-tiba terbelalak mirip orang yang sedang tersedak biji salak? Segala sesuatunya atas ijin Allah bisa saja terjadi. Hal yang wajib aku syukuri adalah diriku dan harta benda milik kawanku juga milik kawan-kawan kos yang ada di sekitarnya ikut terselamatkan.
“Subhanallah…! Alhamdulillah..!”, ucapku berkali-kali dalam hati.
Kejadian itu membuat aku memahami lagi salah satu rahasia Allah akan manfaat dan keutamaan shalat malam. Memang berat untuk menjalankan segala perintah Allah baik yang wajib maupun yang sunah apabila kita tidak mengalami sendiri suatu pengalaman spiritual yang menguatkan keimanan kita. Ada orang-orang yang diberi hidayah dan kembali kejalan Allah setelah dirinya diperlihatkan sebuah kejadian yang membuat spirit keimanannya bangkit kembali. Semua proses menjadi seorang muslim dan muslimah yang kaffah memang bukanlah perkara instan yang terjadi dalam semalam. Semua itu adalah hasil dari proses pembelajaran panjang dan lewat dialog bathin yang mungkin melelahkan bagi sebagian orang. Dan semoga kita adalah termasuk diantara manusia-manusia pilihan Allah yang selalu dilimpahkan barokah, diselamatkan dari segala bala, diberi petunjuk, dijaga keimanan dan keislamannya hingga akhir hayat.
Semoga…!
“Seseorang dari ummatku yang berdiri shalat pada sebagian malam telah mengobati jiwanya untuk selalu suci. (Sebab) di atas jiwa itu terdapat simpul-simpul, jika ia membasuh kedua tangannya (berwudhu) lepaslah satu simpul. Jika ia mengusap kepalanya, lepaslah satu simpul. Jika ia membasuh kakinya, lepaslah satu simpul. Kemudian Allah berfirman kepada mahluk yang ada dibalik hijab (Malaikat), “Lihatlah hambaKu ini, ia mengobati jiwanya dan memohon kepadaKu. Apa yang diminta hambaKu kepadaKu, maka untuknya (Ku kabulkan).” (HR. Ahmad & Ibn Hibban)
***
(Sebuah pengalaman spiritual di sebuah tempat kos di Depok, Jawa Barat tahun 2001)
[email protected]