Diantara Jurang Pemisah

Dalam surat Al Hujurat ayat 13, Allah berfirman : “Wahai manusia! Sungguh Kami telah menciptakan Kamu dari seorang laki-laki dan perempuan, kemudian Kami jadikan berbangsa-bangsa dan bersuku-suku agar Kamu saling mengenal……” Firman Allah tersebut mengisyaratkan kepada Kita bahwa di bumi ini hidup manusia dari berbagai macam suku dan Bangsa yang memiliki ciri khas dan karakter yang berbeda-beda. Ada yang berkulit hitam ada juga yang putih, ada yang berfostur tinggi besar ada juga yang sedang bahkan ada yang imut banget. Karakter pun berbeda-beda, ada yang kasar, lembut, introfet, ekstrofet. Perbedaan-perbedaan tersebut Allah tegaskan supaya Kita saling mengenal, dengan kata lain Kita diajarkan untuk hidup bersama-sama saling berdampingan dalam damai. Dan tentunya bukan dalam permusuhan dan pertentangan.

Dari kecil hingga dewasa saya tinggal di daerah asal, hingga tidak merasakan bergaul dengan yang berlainan suku dan etnis. Sehingga tidak merasakan warna berbeda dalam pergaulan. Baru ketika merantau ke Malaysia, Saya merasakan nuansa yang berbeda. Negeri Malaysia penduduknya terdiri dari tiga etnis yaitu Melayu, Cina dan India. Ketika tinggal di kolej kampus tidak begitu terasa suasana social mereka, baru ketika pindah ke perumahan di luar kampus Saya bisa merasakan perbedaan itu. Kebetulan Kami sekeluarga menempati rumah yang berada di lingkungan perumahan campuran alias semua etnis ada. Kami merasakan dinding tebal membatasi pergaulan mereka, walaupun bertetangga biasa tidak saling kenal, apalagi tegur sapa. Kami yang biasa tinggal di Indonesia dengan penduduk yang ramah, merasa agak tersiksa apalagi Saya dan anak-anak yang lebih banyak menghabiskan waktu di rumah.

Suatu hari Saya sengaja rihlah sendiri dengan menggunakan bus umum, begitu naik saya langsung celingukan cari tempat duduk, Alhamdulillah ada kursi kosong. Tanpa fikir panjang Saya langsung duduk. Enak juga ternyata naik bus umum di Malaysia nyaman banget, full AC, tidak berdesakan, tidak ada yang merokok. Tak berapa lama Saya merasa teman sebelah seperti gelisah, seperti mau turun. Otomatis Saya meliriknya, ternyata seorang perempuan beretnis India, Saya pun manggut dan tersenyum, Dianya sendiri melongo saja.

Ketika bus berhenti, dia pun turun dari tempat duduk, saya kira mau turun, ternyata Cuma pindah tempat duduk ke kursi persis di depan Saya. Lho ada apa ya? Saya sedikit heran. Lebih heran lagi ternyata hampir semua orang menatap Saya, dengan tatapan keheranan dan penuh Tanya, ihhh apa yang salah dengan diri ini. Saya sibuk membetulkan jilbab dan lihat-lihat baju dan sandal takut ada yang salah. Sejurus kemudian saya yang melongo heran, di depan Saya berdiri seorang wanita beretnis Cina tapi tidak mau duduk di sebelah saya, Saya persilahkan tapi menolak dengan halus. Saya baru sadar ternyata semua orang di bus itu duduk berdasarkan etnisnya, Ya Allah betul-betul Saya heran. Sekarang giliran Saya yang menatap semua orang dengan takjub, kok bisa ya. Jadi perempuan sebelah Saya itu pindah karena Saya berbeda Etnis, dan dia kaget Saya langsung duduk di sebelahnya, jadinya tadi Saya jadi tontonan.

Pengalaman tidak mengenakan tidak hanya sampai disitu, waktu Saya menjemput anak sulung Saya dari sekolah dengan berjalan kaki. Saya yang terbiasa menyapa atau sekedar tersenyum pada tetangga pun melakukan hal yang sama ketika berpapasan atau lewat rumah tetangga Saya yang berbeda etnis. Ternyata responnya sungguh mengecewakan, jangankan membalas senyuman Saya, rata-rata mereka melongo heran, bahkan ada juga yang menatap penuh curiga. Bahkan ibu saya yang super ramah mengalami pengalaman yang hampir sama. Ketika keluar rumah, kebetulan tetangga sebelah (india) sedang di luar, ibu spontan tersenyum dan menegur. Boro-boro dapat jawaban, tetangga itu malah melengos dan langsung masuk, ibu sampai kaget.

Walaupun seringkali dibuat heran dan kecewa, Saya tetap berusaha ramah kepada semua tetangga termasuk yang berbeda etnis dan Agama. Saya ingin menunjukan ajaran Islam itu sangat indah dalam mengatur hidup bermasyarakat. Kalau ada kesempatan bertemu atau satu ruangan dengan mereka Saya berusaha untuk menegur atau sekedar memberikan perhatian. Misalnya ketika di klinik awam (Puskesmas), mereka duduk berdasarkan Etnis, Saya suka sengaja duduk dekat orang Cina atau india. Awalnya mereka kaget sampai ada juga yang langsung pindah. Atau Saya Tanya-tanya tentang anaknya, biasanya mereka suka dan langsung memberikan respon positif.

Dengan tetangga rumah pun Saya tidak bosan untuk menyapa dan tersenyum. Lama kelamaan usaha Saya tidak sia-sia, Saya sering lewat ke depan rumah tetangga yang beretnis Cina ini, asalnya cuek saja kalo Saya senyum. Alhamdulilah saking seringnya Saya lewat dan tersenyum Dia mau juga menyapa. Setiap ketemu Saya sempatkan untuk ngobrol, ternyata orangnya baik sekali. Ketika Kami cari kontrakan baru tanpa diminta Dia ikut mencarikan no telpon yang punya rumah sampai akhirnya Saya bisa mendapatkan kontrakan baru. Ketika Kami sibuk memperbaiki pipa yang bocor segera Dia dan suaminya membantu tanpa Kami minta. Saya pun tak segan untuk berbagi makanan dengannya terutama yang khas Indonesia, ketika Kami pulang kampung Kami titipkan rumah padanya. Begitu pula dengan tetangga yang beretnis India, ada satu yang begitu baik pada Kami. Malah Saya dikasih tanaman hias yang bagus-bagus.

Ketika dipenghujung Ramadhan Kami beritikaf di mesjid kampus, suasananya sangat lengang apalagi di ruangan sholat wanita, hanya ada seorang akhwat yang sedang khusyu tilawah. Pertama kali melihatnya Saya pikir Dia saudara dari timur tengah, karena cirri-cirinya hampir sama. Tapi dugaan Saya meleset, Dia menegur Kami dengan bahasa Melayu yang sangat kental. Ternyata Dia seorang Mualaf beretnis India, Dia menuturkan cerita yang sangat indah tentang keislamannya. Sejak masuk Islam Dia memilki seorang ibu angkat beretnis Melayu, Dia diperlakukan begitu baik sudah dianggap seperti anak sendiri. Subhanalloh ikatan Islam mampu menembus jurang pemisah antar Etnis. Wallohu’alam