Postur tubuh dengan tinggi semampai namun tidak bisa dikatakan ideal dengan berat badannya yang sedikit kurang. Sekilas tak ada yang menarik dari sosoknya, ya…itulah kesan pertama aku bertemu dengannya.
Pagi menjelang siang yang cukup menyengat, ku lihat sosok itu kembali. Tapi kali ini berbeda, ada yang menarik darinya. Dia dan sepeda ontelnya tersenyum ramah menghapus kesan wajah letihnya, menghampiri kami yang sudah berkumpul menunggu keberangkatan ke kota lain untuk mengikuti acara training dan dia juga termasuk salah satu pesertanya.
Suasana terlihat akrab walau pun ada beberapa yang belum saling mengenal, termasuk aku dan dia. Dari obrolan itu aku pun tahu sedikit banyak tentangnya. Dia yang asli kota ini, pekerjaanya, bahkan yang cukup mengagetkanku rumahnya yang cukup jauh dari tempat ini dia tempuh dengan ontelnya. Sesuatu yang subhanallah bagi ku. Semenjak itu aku pun sering bertemu dengannya dalam satu aktifitas, mulai dari rapat hingga latihan.
Pasca training itu kami dituntut untuk mengadakan suatu acara yang mencakup satu kabupaten. Hal ini membuat kami harus sering bertemu, karena kebetulan kita sama-sama peserta satu kabupaten.
Di sela-sela kerja HP ku berdering, ada telpon rumah yang masuk. Di sebrang sana mengajak ku untuk membuat janji rapat pembentukan panitia acara itu. Akhirnya kami sepakati rapat sabtu siang jam 1 dan latihan rutin ahad jam 6 pagi, suara disebrang sana pun mengucapakn salam menutup pembicaraan. Sejenak aku berfikir dan bergumam dalam hati “mmmm…tempat rapat dan latihannya jauh juga nih, pinjam motor siapa ya?”.
Keterbatasan inilah kadang selalu menghalangi aku untuk beraktifitas dan dijadikan alasan untuk tidak hadir dalam suatu acara. Aku sering mengeluhkan “iya nih kl di Yogya susah mobile waktunya habis di jalan dan kalau udah ba’da maghrib gak ada lagi bis, enaknya kalau punya motor”.
Hari sabtu pun tiba, hari ini jam 1 siang saya ada rapat. Tapi ada pekerjaan kantor yang harus aku selesaikan terlebih dahulu padahal jam menunjukkan pukul 1 dan akhirnya aku meng sms dia untuk memberitahukan kalau saya terlambat. Sms pun berbalas “ aku sudah sampe tapi karena belum ada orang aku ke tempat tmenku dulu tapi sekarang udah mau ke sana lagi”.
Setelah pekerjaan selesai akupun segera meluncur ke lokasi rapat kami menggunakan bis. Akhirnya rapat pun kita mulai dengan orang seadanya. Di pertengahan rapat berjalan dia pun meminta izin untuk kerja karena kebetulan dia dapat shif sore. Aku pun bertanya “masuk jam berapa?” Dia menjawab “jam 4 jadi jam 3 aku harus izin”. Jawaban itu menimbulkan pertanyaan dari ku. Sekali lagi aq melontarkan pertanyaan kepadanya “ emang kerja Mbak di mana? Wah jawaban yang membuat aku terheran-heran, ya..aku tahu tempat yang cukup jauh dan dia bilang dengan santainya “satu jam menggunakan ontel menuju tempat kerja ku”.
Lagi-lagi aku terperanjak heran, “Subhanallah Beliau adalah sosok yang tangguh, sederhana dan bersahaja dengan berkendaraan ontel yang aku tahu butuh waktu dan tenaga ekstra untuk sekedar menghadiri rapat yang hanya efektif 1, 5 jam ini dengan tepat waktu.
Rapat pun selesai kita akhiri dengan sholat ashar berjamaah, karena selepas ini kita ada acara masing-masing yang intinya acara sama namun di bedakan berdasarkan kecamatan masing-masing sehingga waktunya sama namun tempatnya berbeda.
Akhirnya kami pulang, namun karena lokasi rapat yang cukup pinggiran dan hanya di lalui beberapa jalur bis, akhirnya aku dan kedua temanku pulang dengan bis yang sama. Awalnya kita sempat membicarakan tujuan masing-masing yang kebetulan aku tidak tahu tempat acara yang akan aku tuju, aku pun dikasih tahu naik bis apa dan turun di mana untuk sampai ke lokasi itu. Tapi, akhirnya setelah aku menimbang-nimbang dan berfikir sejenak aku mengatakan untuk membatalkan ikut acara itu dengan alasan selesainya maghrib dan sudah tidak ada bis lagi.
Alhamdulillah Ahad pagi aku berhasil mendapat pinjaman motor sehingga bisa berangkat latihan outbond persiapan acara itu. Aku pun menjemput temanku yang kebetulan rumahnya aku lewati menuju ke lokasi latihan. Wah lokasi yang cukup jauh ku tempuh dengan waktu 40 menit dengan kecepatan rata-rata 70 km/jam.
Sesampainya di sana hanya beberapa orang yang sudah datang, akhirnya sambil menungu kami bermain-main menggunakan fasilitas-fasilitas permainan di SD alam ini. Di sela-sela keasikan kita bermain terlihat sesosok wanita berjilbab dengan ontelnya menuju ke arah kami, ya…dia sang militan itu.
Awalnya aku tak mengira kalau semua aktifitasnya dilalui bersama ontelnya ke mana pun dia pergi, ke tempat sejauh ini pun. Tapi kini aku tahu dia adalah sesosok wanita yang tangguh, gesit, lincah dan sederhana yang sangat jarang aku temui saat ini, apalagi dikalangan teman-temanku yang mayoritas adalah mahasiswa yang berasal dari berbagai pelosok Indonesia.
Dengan penuh kesahajaannya dan semangatnya membuat aku malu. Teringat masa-masa dulu waktu aku masih di bangku kuliah.
Acara kampus yang berjibun menuntut kita untuk selalu siap mobile. Kadang kala aku selalu sibuk dengan diri ku sendiri ketika panggilan tiba. Mulai dari menghubungi temen satu aktifitas untuk cari tebengan hinga meminjam motor sering aku lakukan ketika aktifitas itu tidak bisa aku tempuh dengan jalan kaki. Tak jarang ketika usaha ku tak membuahkan hasil ku batalkan ikut acara itu. Bahkan aku masih ingat betapa manjanya aku dulu ketika untuk ke acara rutin mingguan pun aku selalu meminta jemput teman-temanku (untung semuanya selalu setia..he..he.. jadi kangen nih).
Sosok itu memberiku kekuatan untuk selalu berusaha melakukan segala hal dengan ke ikhlasan dan apa adanya. Menggunakan semua potensi yang ada pada diri ku tanpa harus mengeluh dan beralasan karena keterbatasan-keterbatasan yang ada. Apalagi organisasi yang aku ikuti menuntut kita semua selalu siap dan mampu.
Buat si Dia yang selalu siap kapan dan di mana pun, semoga selalu menularkan ini semua kepada diri ku dan teman-teman yang lain. Ontelmu kan menjadi saksi kelak di hadapan-Nya atas semua aktifitas dan perjuanganmu dalam mencari RidhoNya.
Semangat…….Allahu Akbar!