Wanita dijajah pria sejak dulu
Dijadikan perhiasan sangkar madu
Namun adakala pria tak berdaya
Tekuk lutut dibalik kerling wanita
Lewat pesona, kharisma, dan kepribadian perempuan mampu mengubah dunia. Sepak terjang mereka tidak kalah dengan para kaum Adam bahkan ada—yang kerap dinobatkan menjadi pemimpin dunia.
Begitulah perempuan, membicarakan sosok sesorang perempuan memang tak habisnya dikupas. Hingga sesorang Ismail Marzuki seorang pencipta dan composer lagu di zamannya— itu mampu membuat lagu seperti itu.
Namun sebelum mengenal sosok perempuan itu sendiri yuk mari kita lebih jauh lagi mengetahui arti perempuan itu sesungguhnya?
Sebenarnya kata perempuan itu sendiri diambil dari bahasa sansekerta berasal dari akar kata “empu”—yang memiliki arti ahli atau tukang membuat sesuatu. Biasanya kalau kita mendengar kata ahli atau tukang ini adalah sosok yang suci dan penuh ilmu. Sementara kata lain yang terkait dengan sosok perempuan adalah kata ibu dan mama.
Bukan itu saja menurut asal bahasa kata mama juga diambil dari bahas Latin mamae yang berarti memiliki atau mempunyai kantung susu. Dan dari dua istilah tersebut maka sudah jelas bahwa pengertian perempuan terkait dengan reproduksi dan genitalnya saja.
Maka tak berlebihan kiranya kalau banyak diantara kita dari sudut pandang tugas kodratinya yaitu mengandung, melahirkan dan menyusui. Bukan itu saja kata perempuan sendiri berakar dari kata wani ing toto yang memiliki arti mampu atau dapat diatur. Hal ini juga berkaitan dengan kultur Jawa yang masih menurut paham bahwa perempuan (baca: istri) harus turut manut pada lelaki (baca: suami). Sampai-sampai ada pepatah dalam bahasa Jawa yang berbunyi seperti ini neroko manut swargo katut—yang kurang lebih artinya neraka atau surga istri harus ikut suami.
Entahlah, terkadang asal-usul kehadiran perempuan ditafsirkan agak menyeleneh seperti ungkapan yang mungkin sering kita dengar .Wanita tercipta dari tulang rusuk Adam, tanpa tulang rusuk Adam mungkin makhluk perempuan tak pernah ada” . Sehingga seolah-olah perempuan lahir ke dunia hanya sebagai pelengkap saja. Menyedihkan memang bila mendengarnya. Padahal masih ada perempuan-perempuan yang tidak kalah dibanding kaum Adam. Bahkan sampai-sampai ada yang sangat berpengaruh dan lebih mengejutkan lagi diantara mereka ada pula yang dapat mengubah dunia sesuai tujuan mulia mereka masing-masing.
Seperti di Indonesia sendiri, tokoh perempuan yang mempunyai peran besar dalam emansipasi perempuan diantaranya R. A. Kartini, Cut Nya Dien, Martha Christina Tiahahu dan juga tentunya 30 pejuang yang memprakarsai Kongres Wanita 1 di Jogya pada tanggal 22 Desember 1928 yang sekarang ditetapkan sebagai hari Ibu. Sebenarnya tidak perlu kita berpikir susah mencari tokoh yang namanya tertulis dibuku sejarah ataupun yang fotonya terpampang di majalah-majlah untuk dijadikan sumber panutan, karena sang perempuan (ibu) dengan cinta yang tulus adalah perempuan yang paling patut kita kagumi dalam kehidupan sehari-hari. Bukan begitu?
Sebab ribuan lampau banyak tokoh perempuan yang mengubah sejarah dunia dan meninggalkan nama harum dan kekal. Perjuanganan mereka dimasa lalu telah memberikan dampak positif bagi perempuan modern saat ini. Dimana perempuan selain menjadi ibu dan istri ternyata sekarang bisa memiki property sendiri, menyuarakan pendapatnya dan bahkan mempunyai pendidikan serta karier yang hebat dan mencapai posisi tertinggi di kepemimpinan.
Hal ini pula dirasakan oleh Napoleon Bonaparte saat ditanya,” Benteng manakah di Perancis yang paling kuat?”
Ia menjawab,” Para perempuan (ibu) yang baik.”
Jadi tidak salah jika kita memasuki Al-Khansa binti Amru, Ummul Mujahidin. Perempuan yang semangat juangnya tetap menyala luar bisa disaat usia tidak muda lagi. Seperti gadis belia, masih muda, penuh gairah. Setiap tutur katanya menjadi motivasi dan insipirasi. Dialah penyair dua zaman. Tidak sekedar mahir bersyair tapi juga ahli—dan dalam kerja keras.
Serta nama yang membuat bergetar orang yang mendengarnya. Dia terkenal cantik dan cerdik, pintar dan berakal, popular dikalangan orang Arab saat itu.
Namun segalanya menjadi lebih dahsyat, luar biasa. Yakni setelah dia bergabung dalam kafilah Islam: kepakaran, keberanian dan kepandaiannya bersyair didekasikan untuk menggelorakan jihad para penjuang Islam. salah satunya ia menyemangati ke-4 orang putranya untuk berperang ke medan jihad. Untuk membela Islam pada tahun 14 Hijrah pada masa Kalifah Umar Ibnul Khaththab. Ya, walau dalam peperangan itu dia harus merelakan putra-putra kesayangnya untuk gugur di medan jihad. Hingga dari peristiwa peperangan itu pula wanita penyair itu mendapatkan gelar kehormatan “Ummu Syuhada” Ibu para Syuhada, orang-orang yang mati syahid di jalan Allah.
Dialah Khansa. Ia mempersembahkan ke-empat anaknya yang pemberani untuk membela Islam di medan jihad al-Qadisiyah. Ia bersedih bukan lantaran “kehilangan” buah hatinya, akan tetapi ia sangat sedih karena tidak bisa lagi menyumbang bunga-bunga di tengah kecamuk perang. Sungguh amat-amat mulia jiwanya.
Kalau begitu apakah ibu yang melahirkan kita termasuk diantaranya? Sebagai perempuan? Tentu saja! Bukan hanya mendapatkan julukan pahlawan tetapi juga perempuan hebat disaat memperjuangkan anak-anaknya saat mengadung dan melahirkan hingga ia harus berkorban diri. Baik segala resiko yang diterimanya. Ia tak peduli dengan dirinya hanya satu bagaimana saat itu anaknya lahir dengan selamat dan tak satu pun yang kurang. Karena satu hal betapa bahagia dan senang seorang perempuan bila melahirkan dan menyusui seorang anaknya ( bayi) di pelukannya. Seakan-akan telah menjadi perempuan seutuhnya.
Hingga tak salah bila dalam hadis yang sering kita dengar bahkan familiar di gendang telingan kita. “Syurga itu ada di telapak kaki ibu.”
Untuk itu apakah kita sebagai (seorang anak) yang telah dilahirkan dari rahimnya sudah menjalankan kewajibannya. Dan sudah sepantasnya kita menyematkan tanda untuk sebagai pengharagaan untuk mereka yang telah menjadi seorang ibu serta perempuan yang telah berjasa untuk negerinya maupun untuk anak-anaknya. Dan kita tak salah lagi bila tanda bahwa “Dialah bernama Perempuan.” Layak disematkan untuk mereka. (fy)
Ulujami, 20 April 2009
Untuk para bidadari syurga yang telah menunggu kehadiran putra-putrinya.