Mungkin Anda memiliki seorang sahabat atau saudara yang selalu terlihat pantas mengenakan pakaian dengan warna dan motif apapun. Seorang sahabat saya, salah satu yang demikian. Hampir setiap kali saya bertemu dengannya, komentar singkat selalu saya berikan untuk pakaian yang dikenakannya, “Bajunya bagus. Tambah ganteng saja pakai baju itu…”
Orang yang sangat sederhana, setiap kali mendapat komentar itu, ia selalu menjawabnya dengan kalimat standar, “Alhamdulillah, murah kok ini mas… bukan baju mahal”
Nampaknya, ia tahu persis jawaban yang kemudian keluar dari mulut saya selanjutnya. Bahwa saya akan selalu mengatakan, “keindahan pakaian, bukan terletak pada motif dan desainnya. Bukan pula karena harganya, melainkan pada seberapa besar rasa syukur kita saat memiliki dan mengenakannya”
Kemudian ia pun akan terkekeh, bukan menertawakan kalimat saya, melainkan malu mendapatkan kalimat itu ditujukan kepadanya. Tetapi jujur saja, saya memang sangat mengenal sahabat yang satu ini dengan rasa syukurnya yang luar biasa. Setidaknya, ia sangat konsisten untuk senantiasa bersyukur atas setiap nikmat yang didapatnya. Caranya pun beragam, dari ‘sekadar’ ucapan “Alhamdulillaah” hingga bersedekah.
Allah, katanya, akan menambah nikmat untuk setiap nikmat yang kita syukuri. Jangan pernah berharap Allah akan menambah nikmat jika kita belum bisa mensyukuri yang ada. Bukan nikmat, justru adzab yang bakal didapat jika kita mengingkari nikmat dari-Nya.
Kembali ke soal pakaian. Saya pun mengenal seseorang yang cukup dekat. Puji syukur ia diberi kenikmatan oleh Allah mendapatkan kekayaan harta. Namun saya tahu, ia sering meninggalkan shalatnya dengan berbagai alasan. Pakaian-pakaiannya selalu ber-merk terkenal dengan harga di atas 500 ribu rupiah. Tak hanya pakaian, sepatu atau alas kakinya pun tak pernah berharga di bawah 400 ribu sepasang.
Yang cukup mengejutkan, saat saya tahu ia kerap menghabiskan uang dalam jumlah yang banyak hanya untuk membeli pakaian. “Satu baju paling hanya dipakai 2-3 kali saja, selebihnya dibiarkan menggantung rapih di lemari, ” ujar isterinya suatu kali.
Menurut sang isteri, suaminya itu selalu merasa tidak puas dengan pakaian yang dikenakannya. Setiap kali mengenakan pakaiannya, ia sering menggerutu, mengeluhkan kekurangan-kekurangan pakaian yang baru dibelinya itu. Karenanya, setiap pekan selalu ada dua atau tiga kemeja baru yang dibelinya. Begitu pun dengan barang-barang lainnya, dari sepatu hingga kendaraan yang sering gonta-ganti. Sebulan sekali ia ganti sepatu, sedangkan mobil bisa bertukar satu tahun sekali. Beruntung isterinya cukup dermawan, menghibahkan sepatu-sepatu yang tentu saja masih bagus itu, juga pakaian-pakaian sangat layak pakai untuk orang-orang yang lebih membutuhkan.
Jadi, di mana letak keindahan pakaian? Bukan karena harganya yang mahal, bukan pula pada warna, desain atau motif indahnya. Kita senantiasa akan terlihat rapih, pantas dan berseri mengenakan pakaian apapun jika mengiringinya dengan rasa syukur. Tidak peduli berapa harga pakaian tersebut, sebab rasa syukur itu memberikan aura kebahagiaan yang memancarkan pesona bagi siapa saja yang ditemuinya.
Seperti sahabat saya itu, baju seharga 25 ribu rupiah pun tetap membuatnya menyenangkan untuk dilihat dan diajak bergaul. Semoga… (Gaw)