Carilah makna dalam kata-kata ini
Nafas manisku adalah sergapanNya
Karena nama-nama identik
dengan yang diberi nama
Adam melihat hakikat lewat nama-nama
(J. Rumi)
Nama anak sekarang bagus-bagus dan indah. Saya suka mencermati nama-nama anak para mantan aktivis dakwah kampus. Mereka kebanyakan memberi nama-nama anaknya yang diambil dari bahasa Arab. Artinya sungguh bermakna. Misalnya Azzam (kebulatan tekad), Azmi (keteguhan hati), Faiz (menang) atau Zahra (bunga), Alia (tinggi), Hasna (cantik), Huwaida (yang lemah lembut) dan sebagainya.
Saya yakin, mereka memberi nama anaknya tentunya juga punya harap. Agar anaknya mempunyai sifat atau seperti makna yang terkandung dibalik arti nama-nama itu. Ini merupakan sebuah awalan yang bagus untuk pembelajaran. Artinya, ketika mereka (anak-anak itu) berbuat yang tidak baik, mereka akan dibenturkan dengan hakikat nama yang dimilikinya. Dengan demikian akan merasa malu ketika seorang anak melakukan perbuatan yang tidak baik, atau tidak pantas dilakukan.
Tapi ini belumlah cukup.
Justru, yang terpenting adalah mengikutinya dengan pendidikan yang cukup untuk anak-anak itu. Agar kelak di kemudian hari, seorang anak tidak akan terjerumus melakukan berbagai tindakan menyimpang yang digariskan oleh Islam. Akan sangat disayangkan ketika mempunyai nama Muhammad misalnya, dia justru terlibat krimimalitas tingkat tinggi, tukang mabuk-mabukan atau pengguna obat-obatan terlarang. Dengan demikian, sama sekali tak mencerminkan nama mulia yang disematkannya.
Di balik nama adalah doa.
Ya, ketika kita memberikan nama, harapannya memang begitu. Kita berdoa agar Tuhan, Allah SWT bisa memberikan anugerah atas sifat-sifat yang disematkan pada nama-nama itu. Tapi sekali lagi, seperti yang telah saya singgung di atas, hal itu belum cukup. Allah SWT tentunya akan memberikan anugerah sesuai dengan usaha dan persangkaan hambanya. Nah, usaha tetap harus dilakukan dengan mendidik anak. Tak terkecuali bagi seorang ibu yang misalnya wanita karir sekalipun. Usaha mendidik anak, memberi perhatian, curahan kasih sayang tetap harus dilakukan. Karena memang inilah tugas seorang ibu yang akan berdampak buruk kalau ditinggalkan.
Nah, sekarang saatnya kita bercermin dengan rahasia di balik nama kita.
Setelah kita membicarakan nama-nama anak zaman sekarang. Kinilah saatnya kita sesekali merenungi nama kita sendiri. Apa arti nama kita, kalau belum tahu, cobalah tanyakan ke orang tua kita, atau carilah sampai ketemu tentang arti nama kita. Kalau sudah, bercerminlah, apakah perilaku kita, sifat kita itu sudah sesuai dengan kekuatan makna atas nama kita.
Kalau sudah, bersyukurlah dan melakukan proses lebih baik dan lebih baik lagi tetap harus dilakukan. Kalaupun belum, yah, tak ada kata lain selain kita memperbaiki diri. Mencoba menemukan jalan baru agar kita bisa menuju proses yang lebih baik dalam bimbingan agama kita. Memang demikianlah yang seharusnya dilakukan. Karena hidup adalah sebuah proses yang tiada henti. Proses menuju perbaikan atas diri agar sesuai dengan yang digariskanNya.
Selain itu, yang juga sering kali terjadi. Kita kadang tak sadar memberi julukan atau memanggil nama teman kita dengan sebutan yang tak mengenakkan, misalnya Bolot, Panjul, Si Gendut (Botol), kriting, item dsb. Kalau kita sering melakukan itu, cobalah rasakan apabila orang lain juga melakukan hal yang sama kepada kita. Tentu sakit hati bukan. Untuk itu, karena nama adalah doa. Kita panggil dan sebut saja nama-nama yang baik. Agar, mewujud pribadi-pribadi yang baik juga. Karena pribadi yang baik adalah kunci dari peradabann yang unggul. Semoga. (yon’s revolta)
~Snow Man Alone~
Purwokerto, 23.11.06.