Kasih anak sepanjang galah, kasih ibu sepanjang jalan….
Itu pernah saya dengar ketika saya masih (pertama kali) duduk dibangku SD. Jujur ketika saya mendengarkan lagu itu saya begitu terharunya dan khidmat mendengarkannya. Ya, seperti sebuah air sejuk yang menyegarkan jiwa yang kering saat itu. Begitu sejuk dan tenang saat itu saya rasakan…
Seperti halnya tulisan ini yang saya tulis. Orang yang saya sayangi telah menua. Dimakan oleh usia. Tubuhnya sudah mulai membungkuk. Kulitnya telah mulai keriput. Apalagi parasnya yang dulu ceria kini telah layu. Seperti bunga yang tidak disemai oleh pupuk. Makin lama makin tak tumbuh kembang. Begitulah saat saya melihat orang saya cintai dengan segenap hati saya kini tak lagi seperti dulu. Semangat menghadapi kerasnya hidup!
Iytulah gambaran orang yang telah membesarkan saya hingga sekarang ini. Pun saya sampai sekarang belum bisa membahagiakannya. Apalagi memberikan beliau istana maupun mempergihajikan beliau. Ingin rasanya saya memberikan hal yang berarti untuk beliau. Tapi apa daya anaknya ini belum bisa apa-apa. Hanya bisa mengeluh, mengeluh dan mengeluh. Tak seperti berliau. Selalu tegar!
Ibu…izinkan anakmu ini mencontoh ketulusan cintamu pada anak-nakamu. Di balik matamu ibu saya mendapatkan sejuta jawaban dari seribu pertanyaaan. Di balik matamu ibu…. Ya, di balik matamu saya temukan kebaikan Tuhan yang begitu dalam.
Ibu, engkau layaknya ibu yang mengajarkan cinta kasih. Senyummu layaknya senyuman ibu yang memberikan semangat, menyembuhkan luka hati dan mencurahkan oase kepada jiwa raga anak-anaknya yang gersang.
Ibu adalah ibuku yang tak dapat tergantikan oleh apapun, siapapun dan di mana pun berada. Entah itu apa namanya? Bagiku ibu mencintai segala kehidupanya. Karena ibu adalah jiwaku yang kedua. Tanp beliua apalah artinya hidup saya. Apalagi ketika saya dibawa kenangan lama bersama sewaktu saya masih kecil. Begitu teharunya rasanya saya mengingatnya!
Ibu, ya ibu! Di balik matamu ibu saya ingin menuliskan manamu walau secara mengeja. Ya, walau saya tahu ibu tak kan bisa membaca tulisan saya. Buta dan bisu merngenai aksara. Tapi izikan anakmu memberikan sebuah reward untukmu sebagai tanda bakti saya sebagai anakmu…Ibu?
Inilah ibu reward yang saya berikan kepada ibu. Yakni, berupa tulisan yang saya tulis ini. Sekali lagi walau ibu tak bisa membaca tapi dalam hati kecilmu ibu saya tahu ibu membaca tulisan saya.
Semoga saja Allah yang Maha Tahu akan mengetahui apa yang dilakukan oleh anak-anakmu kepada orangtua yakni ibu! Ibu, ya Ibu aku ingin sekali lagi melihat mata ibu yang begitu teduh. Doakan anakmu ini bisa berbakti kepadamu dan bisa tabah menjalani hidup ini.
http://sebuahrisalah. Multiply. Com