Jika saja penembak massal itu seorang Muslim.
Jika saja ia berteriak “Allahu Akbar” sebelum membunuh.
Jika saja ada jejak fotonya memegang Al-Quran.
Jika saja terlacak ia berkomunikasi dengan ISIS atau Al Qaedah, atau sejenisnya.
Jika saja ia dari Timur Tengah,
Reaksi dunia akan beda,
walau jumlah yang mati sama.
Jika saja penembak massal seorang Muslim,
Segera muncul dimana- mana: Save Las Vegas.”
Atau “Las Vegas adalah Saya.”
Social media akan jauh lebih heboh, rumput kering terbakar.
Handphone lebih menggeliat, meronta, berlomba suara.
Team hore lebih birahi, sahut-sahutan.
Para cerdik adu pandai menafsir ayat.
Jika saja penembak massal itu seorang Muslim.
Para politisi segera bersidang soal revisi UU teroris.
Anggaran belanja negara ditata ulang untuk tahun depan.
Para aktivis siapkan proposal soal deradikalisasi agama.
Menjadi sibuk merancang seminar.
TV akan beda bunyi.
Koran akan beda cerita.
Jika saja penembak massal itu seorang Muslim.
Para pendongeng lebih berimajinasi.
Bulanpun disulap matahari.
Tapi pembunuh Massal itu bukan seorang Muslim.
Walau jumlah yang mati sama.
Walau pembunuh sama gila.
Dunia tak seheboh.
Terdiam Darta di pojok sana.
Dunia yang gila tak lagi terbuka mata:
Siapapun bisa gila,
apapun agama.
Oktober 2017