Dalam kelanjutan firmaNya, Allah menjelaskan bahwa jika Uqaib masih merintih sampai ketiga kali, maka Dia berjanji akan memberikan siksaan kepada mereka.
PernyataanNya itu membuat Uqaib mau tidak mau untuk bersabar dan tidak merintih. Ia kasihan kapada kaumnya. Tak ingin mereka mendapat siksa dari Allah SWT. Subhanallah.
Kisah di atas tertulis dalam kitab ‘Uyun al-Hikayat karya Ibnu Jauzi. Lewat kisah di atas kita bisa belajar banyak hal. Salah satunya adalah kasih sayang. Seorang pendakwah hendaknya memiliki sifat welas asih yang besar.
Di satu sisi, ia memang memiliki kewajiban untuk mengajak orang lain untuk taat kepada Allah SWT. Namun di sisi lain, ia hendaknya juga menghindarkan mereka dari siksaNya.
Memang berat. Namun di sanalah tantangannya. Ia dituntut untuk tidak emosian dan tersinggungan.
Nabi Muhammad SAW bersabda:
الرَّاحِمُونَ يَرْحَمُهُمُ الرَّحْمَنُ ارْحَمُوا مَنْ فِى الأَرْضِ يَرْحَمْكُمْ مَنْ فِى السَّمَاءِ
“Orang yang pengasih akan dikasihi oleh Sang Maha Pengasih. Kasihilah mereka yang di bumi. Maka mereka yang ada di langit akan mengasihimu” (HR. Baihaki)
Walhasil, seorang juru dakwah hendaknya memiliki kasih sayang yang tinggi. Tidak saja kepada obyek dakwahnya, namun kepada semua makhluk. Jangan sedikit-sedikit melibatkan Allah SWT. untuk memberikan siksaan. Soalnya, yang bersalah dan akan disiksa bisa jadi hanya satu/beberapa orang saja. Namun yang terdampak siksa itu bisa siapa saja. Wallahu a’lam.
Sumber:
Al-Baihaki, Abu Bakar Ahmad bin al-Husain. Sunan al-Baihaki al-Kubra. Mekkah: Maktabah Dar al-Baz, 1994.
Ibn al-Jauzi, Jamaluddin Abi al-Farj bin. ’Uyun al-Hikayat. Beirut: Dar al-Kutub al-‘Ilmiyah, 2019.
[Islami]