Seorang wanita terbaring lemas di atas sebuah tempat tidur, nampak keringat bercucuran mengalir dari sela-sela rambutnya, lalu membasahi wajahnya yang terlihat pucat dan lemas.
Ia seakan baru saja usai melakukan pertempuran yang teramat dahsyat, sehingga menguras seluruh tenaganya. Namun, kelelahan itu beranjak sirna saat seorang wanita berpakaian dinas putih memperlihatkan seorang bayi mungil yang masih merah, sembari berkata, “Alhamdulillah anak ibu lahir dengan selamat dan sempurna ibu…”. Ia pun tersenyum lembut bersama aliran air mata di pipinya, “Alhamdulillah ya Allah….alhamdulillah…., terima kasih ibu bidan”.
Seketika itu pula terasa lenyaplah rasa sakit dan lemas ditubuhnya.
Saudaraku,…
Itulah sekilas gambaran perjuangan keras seorang ibu saat melahirkan kita. Bukan sekedar gambaran perjuangan, namun juga gambaran cinta yang tulus tanpa pamrih dan gambaran cinta pertama tanpa akhir.
Maka tak berlebihan jika Rasulullah ketika suatu hari ditanya oleh seorang sahabat tentang orang yang pertama kali berhak mendapat penghormatan maka jawaban Rasulullah adalah ibumu, hingga sampai sahabat itu menanyakan tiga kali dengan pertanyaan yang sama, maka Rasulullah tetap menjawabnya dengan jawaban yang sama, lalu baru dikatakan bapakmu.
Dari Abu Hurairah Radhiyallahu ‘anhu ia berkata, “Datang seseorang kpd Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa sallam dan berkata, ‘Wahai Rasulullah, kpd siapakah aku hrs berbakti pertama kali ?’ Nabi Shallallahu ‘alaihi wa sallam menjawab, ‘Ibumu!’ Orang tersebut kembali bertanya, ‘Kemudian siapa lagi ?’ Nabi Shallallahu ‘alaihi wa sallam menjawab, ‘Ibumu!’ Ia berta lagi, ‘Kemudian siapa lagi?’ Nabi Shallallahu ‘alaihi wa sallam menjawab, ‘Ibumu!’, Orang tersebut berta kembali, ‘Kemudian siapa lagi, ‘Nabi Shallallahu ‘alaihi wa sallam menjawab, ‘Bapakmu’ “[Hadits Riwayat Bukhari (AL-Ftah 10/401) No. 5971, Muslim 2548]
Saudaraku yang dirahmati oleh Allah…
Di sela-sela kesibukan yang seakan tak berujung dan di sela-sela rutinitas yang juga seakan tak mempunyai batas, marilah kita sejenak merenung dan menjawab pertanyaan ini dengan sejujurnya. Seberapa besar perhatian kita saat ini kepada seorang wanita yang telah susah payah mengandung dan melahirkan kita?
Mungkin kita lupa bahwa dalam tumbuh besarnya kita sampai saat ini ada perasan keringatnya. Mungkin kita lupa, dalam berhasilnya kita duduk di tempat kerja saat ini adalah karena untaian do’a dan tangisnya.
Saudaraku, setiap hari kita terus larut dalam kesibukan mencari penghasilan memenuhi kebutuhan keluarga kita, menyapa rekan kerja dengan hormat dan lembut. Adakah sapa hangat dan hormat kepada ibu kita, walau hanya sekadar menelpon beberapa saat ketika itu? Saudaraku, setiap hari kita mungkin sering kita menanyakan kabar dan keadaan kepada rekan atau teman spesial kita walau harus sering mengisi pulsa di handpone kita.
Adakah ketika itu kita mengkhususkan membeli dan menghabiskan pulsa semata-mata untuk menanyakan kabar dan keadaan ibu tercinta kita?
Saudaraku yang dirahmati oleh Allah,…
Betapa mudahnya terkadang kita melupakan cinta pertama kita dengan kehadiran orang lain di sisi kita, baik itu istri maupun anak kita.
Betapa mudahnya dengan alasan kesibukan pekerjaan kita, kita lupakan perasan keringat dan air mata dari seorang wanita lemah yang semata-mata ia keluarkan untuk kita. Padahal Allah pun telah menyatakan…
“Kami perintahkan kpd manusia supaya beruntuk baik kpd kedua orang tuanya, ibu mengandung dgn susah payah, dan melahirkan dgn susah payah (pula)……(QS. Al-Ahqaf : 15).
Imam Adz-Dzhabai dalam kitab Al-Kabair pun berkata :
“Ibumu telah mengandungmu di dalam perut selama sembilan bulan seolah-olah sembilan tahun. Dia bersusah payah ketika melahirkanmu yg hampir saja menghilangkan nyawanya. Dan dia telah menyusuimu dari teteknya, dan ia hilangkan rasa kantuk krn menjagamu. Dan dia cuci kotoranmu dgn tangan kanannya, dia utamakan dirimu atas diri serta atas makanannya. Dia jadikan pangkuan sebagai ayunan bagimu. Dia telah memberikannmu semua kebaikan dan apabila kamu sakit atau mengeluh tampak dari kesusahan yg luar biasa dan panjang sekali kesedihan dan dia keluarkan harta untuk membayar dokter yg mengobatimu dan seandai dipilih antara hidupmu dan kematiannya, maka dia akan meminta supaya kamu hidup dgn suara yg paling keras…..
Saudaraku,..
Sadar atau tidak sadar, di sana ada seorang wanita yang selalu mengkhawatirkan kita, dan selalu bertanya dalam hatinya “bagaimana ya keadaan anakku hari ini?” Ia sangat khawatir dan ingin selalu tahu keadaan anaknya setiap saat. Betapapun di saat itu tak sedikit pun kita teringat akan keadannya.
Saudaraku,.. sadar atau tidak sadar, di sana ada seorang wanita yang selalu melantunkan doanya untuk kita, dan selalu berharap agar kita selalu dalam keberhasilan. Ia sangat khawatir akan sesuatu kegagalan jika menimpa anaknya.
Saudaraku, sadarkah kita akan hal itu? Dan terlantunkah doa untuknya ketika kita meminta kepada Allah agar memberi keberhasilan duniawi?
Saudaraku yang dirahmati oleh Allah,..
Betapa indahnya kehidupan ini apabila setiap hari kita mampu mencium tangan ibu sebagai tanda hormat dan meminta restu sebelum menjalankan rutinitas kita. Dan betapa indahnya perjalanan hidup, apabila kita mampu menelpon dan menanyakan keadaan ibu kita walaupun ia berada nun jauh di sana.
Dan betapa bahagianya ibu kita mendengar kabar anaknya dalam keadaan sehat, betapapun kita belum mampu memberikan harta yang berlimpah kepadanya.
Saudaraku, sesungguhnya tak ada batas untuk kita selalu berbakti dan mencintai orangtua kita. Rasulullah telah mengatakan bahwa walaupun orangtua kita telah tiada, kita masih mampu menunjukkan bakti kita kepada mereka.
Karena kata beliau segala amal manusia akan terputus setelah kematian kecuali salah satunya adalah do’a anak yang sholeh kepada orang tuanya. Do’a kita akan sampai kepada orang tua kita yang telah meninggal dunia, dengan satu syarat yaitu kita menjadi anak yang sholeh.
Maka ada sebuah pertanyaan yang patut dan harus kita jawab, sudahkah kita berusaha menjadi anak sholeh bagi mereka?
Saudaraku yang dirahmati oleh Allah,
Begitulah keagungan Islam mengatur cinta dan kasih sayang, kepada cinta pertama setiap anak manusia, hingga sampai mampu menembus batas antara kehidupan dunia dan akhirat. Maka dari itu, mari kita senantiasa lantunkan do’a yang telah diajarkan Rasulullah,
“Rabbighfirlii…wali waalidaiya warham huma kamaa rabbayani shogiira….
“Ya Tuhanku ampunilah dosaku, dan dosa kedua orang tuaku dan kasih sayangilah mereka, sebagaimana mereka mengasihiku di waktu kecilku.”
Sebagai bukti kasih sayang pada cinta pertama kita, dan bukan dengan cara-cara yang lain seperti Valentine, yang sebenarnya hanyalah sebuah “pelegalan” mengumbar hawa nafsu dan melupakan kepada siapa seharusnya kita mencintai.
Wallahu ‘alam…
Abu Marwa (mujahiddesa.blogspot.com)