Prangkkk….!! semua berhamburan, piring-piring dan gelas pecah berserakan.
Plakk…!! kembali tamparan mendarat dipipiku, aku hanya bisa meringis menahan sakit, pipiku lebam. Mungkin sudah tak bisa lagi dihitung dengan jari saking seringnya aku dapat hadiah tamparan dari suamiku jika dia sedang marah.
Dia tak peduli dengan sakit yang aku rasakan, dia tak pernah menghiraukan ngilunya sendiku setelah dia membanting tubuhku ke lantai, ceceran darah dipipiku dia anggap biasa saja.
Sifatnya itu tak pernah ku temui sewaktu kami masih berpacaran dahulu. Sungguh berbeda.
Kemarahannnya sungguh tak beralasan, hanya karena rasa cemburu yang membakar hatinya.
Sifat cemburunya tak dapat lagi diterima akal sehat. Jika aku pergi kewarung untuk sekedar membeli keperluan dapur, dia akan menghujaniku dengan berbagai pertanyaan, “ Habis dari mana, tadi bertemu dengan siapa saja, kamu bicara dengan siapa saja, laki-laki mana saja yang ajak kamu ngobrol, kamu berbicara tentang apa saja..? dan banyak lagi.
Ya Allah…… aku sungguh tak tahan dengan keadaan ini. aku sungguh lelah…, aku merasa tepasung dalam istanaku sendiri…..
Jika dia berangkat kerja, aku selalu dikurung di rumah, jendela dan pintu selalu di tutup, aku sama sekali tidak diizinkan bergaul dengan lingkunganku. Terkadang aku malu dengan tetangga.
Hampir setiap hari kami bertengkar walau itu hanya masalah sepele. Dia selalu mengutamakan egonya.
Apalagi jika sa’at di panggil aku agak telat merespon, dia langsung marah.
Yang makin membuat hatiku sakit….tatkala malam tiba, dia seperti menganggap tak pernah terjadi apapun pada kami disiang hari, meski dia masih bisa melihat bekas tamparan tangan kekar nya dipipiku, dia dengan leluasanya menikmati “ sajian malam” nya tanpa rasa bersalah ataupun mengluarkan sebait kata ma’af karena telah menyakitiku. Terkadang aku bertanya dalam hati “ sebenarnya hati suamiku terbuat dari apa..”? Astaghfirulllah!..
Pernah suatu hari Ikhsan anak kami melihat pertengkaran kami. Dia sangat ketakutan tatkala suamiku memukul serta membanting tubuhku kelantai hingga pelipisku berdarah yang menyebabkan pendengaranku agak sedikit terganggu.
Anakku gemetar dan ketakutan hingga dia pipis dicelananya, anakku yang semula periang berubah menjadi pendiam, dia selalu ketakutan jika ada orang asing yang menyapanya, dia sangat susah didekati, dia tak mau lagi datang kesekolah. Dia selalu menangis jika disuruh kesekolah, hingga akhirnya aku terpaksa menitipkan dia untuk sementara di rumah orang tuaku, agar mentalnya kembali stabil. Dia mengalami depresi berat. Aku kasihan jika dia terus-menerus menyaksikan kami bertengkar..
Aku berusaha sekuat tenagaku mempertahankan pernikahanku, walau sejujurnya aku sudah tidak kuat diperlakukan seperti itu oleh suamiku. Dalam hati aku masih sangat menyayangi suamiku meski sikapnya seperti itu.
Aku sangat sedih dengan sikap suamiku..Bukankah seorang suami harus memperlakukan istrinya dengan lembut dan penuh kasih sayang…. ? Jikalaupun si istri melakukan kesalahan apa mesti di tegur dengan tamparan dan pukulan…?
Sabda Nabi shallallaahu ‘alaihi wasallam,
إِنَّ اللَّهَ رَفِيقٌ يُحِبُّ الرِّفْقَ وَيُعْطِي عَلَى الرِّفْقِ مَا لَا يُعْطِي عَلَى الْعُنْفِ
“Sesungguhnya Allah Mahalembut, menyukai orang yang lembut. Dan sesungguhnya Allah memberikan kepada kelembutan apa yang tidak diberikannya kepada sikap kasar.” (HR. Muslim
Aku teringat lirik lagu yang pernah aku putar sewaktu aku belum menikah dulu.
“Ia ibarat kaca yang berdebu jangan terlalu keras membersihkannya Nanti ia mudah retak dan pecah…
Ia ibarat kaca yang berdebu jangan terlalu lembut membersihkannya… Nanti ia mudah keruh dan ternoda…
Ia bagai permata keindahan… Sentuhlah hatinya dengan kelembutan
ia sehalus sutera di awan… jagalah hatinya dengan kesabaran…
Lemah lembutlah kepadanya namun jangan terlalau .. Tegurlah bila ia bersalah namun jangan lukai hatinya. “
Wanita diciptakan dari tulang rusuk laki-laki yang bengkok, ketika dibiarkan dia akan makin bengkok namun ketika ditarik dengan keras dia akan patah.
RASULULLAH Shalallahu ‘Alaihi Wasallam adalah sosok pria yang ketika beliau dengan kesabaranya menghadapi banyak sikap dari para istri beliau. Beliau adalah seorang suami yang rela berdiri berjam-jam untuk menjadi sandaran istrinya (‘Aisyah) ketika ia ingin melihat suatu pertunjukan olah raga pedang para sahabat. Padahal waktu itu usia beliau sudah masuk usia senja.
Beliau juga tidak serta merta memarahi istrinya (‘Aisyah) ketika ia salah memasukkan sesuatu kedalam minuman Rasulullah , yang seharusnya ia masukkan gula namun garam yang tercampur didalamnya. Namun dengan bijaknya beliau tersenyum dan berkata wahai Istriku minuman yang kau buat sangatlah nikmat, Aisyah pun menjawab benarkah Ya…Rasulullah?” Kemudian Aisyah mencicipi minuman tersebut dan….Wajahnya memerah karena sangat malu juga khawatir kalau kalau Rasulullah marah.
Namun Rasulullah sudah dapat membaca kekhawatiran tersebut dan tersenyum pada istrinya dengan penuh sayang.
Firman Allah Ta‘ala, “Dan bergaullah dengan mereka dengan cara yang baik.” (An-Nisa’: 19).
Setiap sujud malamku.. aku selalu ber do’a agar Allah melunakkan hatimu suamiku. Aku hanya bisa memohon kepada yang Maha membolak balikkan hati manusia agar engkau berubah , Aku tak ingin pernikahan ini hancur…, bagaimanapun aku sangat mencintaimu karena Allah, karena aku yakin Allah Maha Pemurah. Sehingga kuat keyakinanku bahwa kita akan memetik buah yang indah dan manis pada akhirnya ,
Kembalillah ke jalan Allah suamiku, simpan tangan dan kekuatanmu untuk menegakkan kalimat Allah, bukan untuk meremukkan tulang rusukmu sendiri. Simpan amarahmu untuk musuh – musuh Allah yang kita wajib bersikap keras terhadapnya, bukan kepadaku yang selalu mendampingimu. Kami merindukan imam yang tegas dalam hal yang Allah mengharuskan kita tegas terhadapnya dan lemah lembut terhadap keluarga dan sesame muslim .
Buat suamiku… semoga kau membaca note’sku ini..
Cece ([email protected] )