"Bukankah ia yang menciptakan? Wajar bila ia tahu cara mendeteksi produk Windows yang kita pakai." Ini adalah inti tanggapan saya menimpal ketakjuban istri mendengar bahwa Microsoft bisa mendeteksi keorisinilan Windows yang dipakai saat dihubungkan dengan saluran internet. Melalui jebakan tertentu Microsoft bisa memblok aktifitas komputer yang menggunakan produknya yang bajakan. Setelah mendengar jawaban saya, sang istri tertegun diam. Sepertinya, jawaban saya sangat mengena di hatinya.
Melihat reaksi istri saya pun tertegun. Jawaban yang saya berikan menusuk sanubari sendiri sebelum masuk ke hati istri. Saya teringat dan sadar ternyata jawaban saya itu merupakan inti sari sebuah ayat yang saya hapal dan sering saya baca ketika jadi Imam di Mesjid samping rumah kami.
Pikiran saya menerawang, mengingat surat Al Mulk tempat ayat itu berada. Ayat itu menjelaskan bahwa setiap getaran hati atau perkataan yang keluar diketahui oleh Allah, karena hati dan lisan Dia yang menciptakan. Apakah aneh, jika Dia mengetahui aktifitas semua itu? Tentu tidak. Justru yang aneh, Dia yang menciptakan tapi tidak mengetahui aktifitas dan rahasia ciptaanNya itu.
Arti FirmanNya itu, "Dan rahasiakanlah perkataamu atau zahirkanlah, sesungguhnya Dia Maha Mengetahui segala isi hati. Apakah Dia tidak tahu apa yang Dia ciptakan?! Dan Dia Maha Halus lagi Maha Mengetahui. (QS.67/13-14). Tidak terasa mulut sudah mengucapkan, Subhanallah!
Wa lillaahil matsalul a’la (Bagi Allah perumpamaan yang paling tinggi). Memperbandingkan kecanggihan ilmu Allah dengan kecanggihan Microsoft sangat tidak layak. Kecanggihan Microsoft tidak ada apa-apanya dibanding ilmu Allah swt yang maha luas dan detail.
Nah, Microsoft saja bisa mengetahui siapa yang benar-benar pelanggannya dan siapa yang bukan, siapa yang menggunakan perangkatnya yang asli dan bajakan. Bagaimana dengan Allah? Ilmu dan kuasaNya lebih dari itu.
Jiwa serasa tersengat dan tersindir oleh kejadian ini, bahwa sekian lama diri ini mendua dalam bersikap. Kepada makhluk, hamba gunakan kehati-hatian yang maksimal. Tapi, untuk berhubungan dengan Tuhan sangat jarang kehati-hatian itu digunakan.
Persis seperti politik mendua yang diterapkan Negara Barat terhadap Negara Muslim dan non muslim. Kadang diri ini seenaknya memaksiati Tuhan, seakan menganggap bahwa Dia tak melihat dan mengetahui.
Segala perbuatan yang selama ini dilakukan terbayang satu-persatu. Ketika tangan melakukan dosa ini, ketika mata melihat si anu, ketika kaki melangkah ke tempat ini dan itu. Bulu roma merinding, karena tersadarkan bahwa semua itu disaksikan oleh Allah swt.
Dan sekarang file kesalahan itu sudah tersimpan dengan rapi dalam catatan yang melebihi kecanggihan sistem komputer. Catatan yang tidak bisa dirusak dengan virus dan tidak bisa ditukar dengan yang lain.
Kejadian itu mengingatkan betapa banyak peringatan Allah, baik melalui ayat-ayatNya yang tersurat, maupun yang Dia titipkan di alam dunia. Dia suruh hamba-hambaNya mentadaburi ayat-ayatNya yang tersurat (Al Qur’an). Sebagaimana, Dia perintahkan mereka memperhatikan alam sekitar, seperti langit, bumi, semut, laba-laba, lebah, bahkan diri manusia sendiri, karena pada semua itu terdapat juga ayat dan peringatan dariNya.
Pembicaraan saat itu juga mengajarkan rahasia kenapa Allah mengatakan, "Sesungguhnya yang takut kepada Allah dari hamba-hambaNya hanyalah ulama." (QS.35/28) Ya, hanya orang-orang berilmu saja yang takut kepadaNya.
Rasa takut orang yang tidak berilmu dan tidak mau menggunakan akal pikirannya pada hakikatnya tidak utuh, meskipun ia seorang ahli ibadah. Cobaan yang ringan bisa membuatnya kalah dan dan rasa takutnya kepada Allah sirna.
Sementara orang yang berilmu dan selalu menggunakan akalnya senantiasa dikawal oleh peringatan-peringatan Tuhan, baik pada ayatNya yang tersurat, pada dirinya sendiri ataupun pada alam sekitarnya. Dan juga, karena hanya orang yang berlimulah yang bisa memaknai, "Apakah Dia tidak tahu apa yang Dia ciptakan?!" Wallahua’lam