Buat Apa Ikut Miss Universe?

Sungguh agung ciptaan Allah SWT. Jagat raya dan seisinya ini diciptakan sebagai pertanda kebesaran-Nya. Allah juga memberikan anugerah besar pada diri hamba-hamba-Nya. Yakni, akal dan nurani. Akal digunakan untuk berpikir, sedangkan nurani menjadikan manusia memiliki rasa sosial. Muaranya satu, yaitu ibadah kepada Allah. Karena itu, sudah sepatutnya kita mensyukuri nikmat yang diberikan Allah.

Saat ini sedang gencar pemilihan Miss Universe atau pemilihan ratu kecantikan sejagat. Indonesia tiap tahun tak pernah absen mengirimkan wakilnya pada kontes tersebut. Dimulai lewat seleksi ajang Puteri Indonesia, juara yang terpilih otomatis mengikuti Miss Universe. Tak hanya bermodal wajah cantik, para peserta Miss Universe harus memsmart. Namun, adakah manfaat mengikuti kontes kecantikan tersebut? Saya kira tidak!

Kontes-kontes seperti itu sama saja merendahkan kaum perempuan. Budaya ketimuran kita tidak cocok dengan kontes yang memperolok-olok kaum hawa itu. Memperolok? Ya, bayangkan saja para kontestan pada satu sesi diwajibkan untuk memakai bikini atau busana yang sangat minim.

Seusai kerja, saya menyempatkan baca berita tentang Miss Universe. Final perhelatan kontes kecantikan sedunia itu pada 2008 diresmikan di Kota Nha Trang, Vietnam. Saya bertanya-tanya dalam hati, ”Berapa juta dolar dikeluarkan untuk sebuah kontes-kontesan semacam itu?” Pertanyaan lainnya juga menyelinap di benak saya, ”Apa manfaatnya kegiatan-kegiatan semacam itu?”

Meskipun acara seperti tersebut dikemas dengan melewati tes kecerdasan dan kepribadian serta bakti sosial, saya tak melihat sisi positifnya. Alasannya, ya itu tadi, salah satu kegiatan yang wajib mereka ikuti adalah sesi pemotretan. Nah, pada saat itulah, mereka diharuskan memakai busana minim yang menonjolkan aurat-aurat mereka. Astaghfirullah.

Yang memprihatinkan, negara kita tak pernah absen dalam kontes kecantikan tersebut. Bahkan, pemerintah pun mendukungnya. Bayangkan, berapa banyak uang yang dikeluarkan untuk mengikuti kontes-kontes semacam itu? Tidak sedikit! Di luar sana, masih banyak bayi gizi buruk menunggu uluran tangan kita, sementara di tempat lain kontes kecantikan mendapat dukungan istimewa. Seolah, sekarang ini, orang miskin benar-benar terpinggirkan. Kepekaan sosial di negara ini masih begitu rendah meski gaungnya bergema di mana-mana. Apakah menjadi duta negara harus dengan mengumbar aurat?

Saya merinding ketika wakil Indonesia di Miss Universe 2007 saat acara busana pantai dibilang masih ”sopan.” Astaghfirullah. Betapa kerdil jiwa kita jika mengatakan memakai bikini itu sopan, apalagi diperlihatkan di depan umum dalam suatu sesi pemotretan. Di negeri ini, sesuatu yang instan lebih disukai. Menjadi terkenal tanpa melewati proses panjang sekian tahun bisa diraih dengan mudah. Caranya, mengikuti ajang adu bakat yang sedang marak di Indonesia. Misalnya, kontes idol-idol-an, kontes dangdut, dan lain-lain.

Padahal, itu sama sekali tidak memiliki manfaat bagi mereka sedikit pun! Jebolan kontes itu tak akan bisa bertahan lama jika hanya bermodal wajah atau skill menyanyi saja. Pasalnya, mereka meraihnya secara instan. Diraih begitu cepat, jatuh pun bisa sekejab. Anehnya, tidak sedikit yang mengikuti kontes-kontes semacam itu untuk mencoba peruntungan mereka dengan modal wajah atau suara. Tiap tahun bukan berkurang, malah bertambah. Ketika lapangan kerja semakin sempit, persaingan pun semakin tinggi, maka jalan pintaslah yang dipilih dengan mengikuti ajang-ajang semacam itu.

Padahal, mereka tidak sadar bahwa sebenarnya merekalah yang sedang dieksploitasi demi meraup keuntungan suatu pihak. Iming-iming uang jutaan dan ketenaran sekejap lebih menggiurkan. Generasi muda sekarang seolah mencoba diracuni dengan materi dan duniawi. Masya Allah. Soal Miss Universe, saya sangat prihatin karena disadari atau tidak sesungguhnya wanita itu dieksplotasi dalam ajang tersebut. Suguhan kecantikan, kecerdasan, dan kemolekan tubuh menjadi sasaran empuk bagi pihak tertentu untuk meraup keuntungan. Mereka memamerkan kecantikan dengan balutan kain yang masih menyingkap lekuk-lekuk tubuh.

Rasulullah SAW bersabda: ”Ada dua golongan penghuni neraka yang aku belum pernah melihatnya. Yakni, laki-laki yang tangan mereka menggenggam cambuk yang mirip ekor sapi untuk memukuli orang lain dan wanita-wanita yang berpakaian namun telanjang dan berlenggak lenggok. Kepalanya bergoyang-goyang bak punuk onta. Mereka itu tidak masuk surga dan tidak pula mencium baunya. Padahal, sesungguhnya bau surga itu bisa tercium dari jarak sekian dan sekian.” (HR Muslim)

Jelaslah bahwa ancaman bagi wanita-wanita yang membuka dan memamerkan auratnya. Yakni, siksaan api neraka. Hal tersebut menunjukkan bahwa pamer aurat dan ”buka-bukaan” adalah dosa besar. Sebab, perbuatan-perbuatan yang dilaknat oleh Allah atau Rasul-Nya dan yang diancam dengan hukuman duniawi atau azab neraka adalah dosa besar. [email protected]