Bulan depan insyaAllah pernikahan kami menginjak umur empat tahun. Empat tahun yang indah, masa-masa yang ‘seru’, masa-masa pengenalan pribadi masing-masing sebagai suami-isteri, dan masa-masa yang tak akan saya tukar dengan apapun, walau kadang ada saatnya saya dikecewakan dan tak jarang pula saya yang mengecewakan.
Banyak teman yang dalam empat tahun pernikahan sudah dikaruniai satu, dua, atau bahkan tiga anak, namun ada juga yang belum dikaruniai titipan oleh Allah sang pencipta, kami salah satunya. Buah hati adalah dambaan hati penyejuk jiwa, setidaknya itulah yang saya dengar meskipun saya belum merasakannya. Ada teman yang sangat gundah karena belum dikaruniai keturunan, bahkan ada yang sampai sedih dan tertekan. Bagaimana dengan saya?
Ah… Alhamdulillah saya mempunyai suami yang sangat baik, santai, dan tidak banyak menuntut. Rumah tangga kami yang belum dianugerahi anak oleh Allah SWT insyaAllah tak menjadikan keharmonisan kami sebagai suami isteri berkurang. Saya dan suami menikah tanpa didahului pacaran, mungkin Allah ingin kami ‘berpacaran’ dulu, dan selama menikah empat tahun ini saya sangat menikmati kebersamaan kami sebagai suami isteri sehingga kami bisa lebih intens mengenali sifat dan kebiasaan masing-masing.
Ada teman yang bilang anak adalah hak prerogatif Allah, kita hanya bisa berusaha sekuat tenaga, tapi keputusan tetap ditangan Allah. Rasanya kemuliaan seseorang dihadapan Allah pun tidak ditentukan oleh ada atau tidaknya anak. Satu hal yang pasti, saya selalu yakin akan rencana Allah terhadap hamba-Nya. Allah is the best planner, itu yang selalu saya percayai. Dan Allah adalah seperti sangkaan hamba-Nya, jadi dalam hal ini saya mencoba untuk selalu berprasangka baik terhadap Allah, bahwa keadaan kami sekarang adalah yang terbaik bagi kami.
Banyak pula yang bilang, “Nanti kan kalau tidak ada anak, tidak akan ada yang mendoakan kita”. Tapi bukankah pahala yang mengalir tidak hanya doa anak yang shalih? Masih ada amal jariyah dan ilmu yang bermanfaat. Bagaimana kalau ternyata kita punya anak, tapi ternyata anak kita tidak shalih? (Naudzubillah min dzaalik…), sementara kita sudah di alam kubur, apakah masih bisa mengalir do’a-do’a yang kita harapkan menjadi penerang kubur kita? Dan seperti halnya harta, anakpun bisa menjadi fitnah atau cobaan kita didunia. Mudah-mudahan Allah menjauhkan kita dari hal-hal tersebut…
Mungkin salah satu hal yang penting bagi pasangan yang belum dikaruniai momongan adalah komunikasi, terutama antar suami isteri. Masing-masing harus mengetahui bagaimana perasaan pasangannya dengan belum adanya buah hati di tengah-tengah mereka. Masing-masing harus saling menguatkan bahwa bagaimanapun keadaannya insyaAllah itu adalah yang terbaik dari Allah, dan jangan lupa untuk selalu menikmati kehidupan ini dengan berproses untuk menjadi individu muslim yang lebih baik, apapun hasil dari proses itu.
Kebenaran hanya milik Allah, bila ada kesalahanmohon dimaafkan…