Hari itu matahari yang bersinar terik. Rasa haus membuatku berulang kali meneguk air kemasan yang aku beli sebelumnya. Tak terasa air di botol itu sudah hampir habis. Berniat untuk membuang botol air kemasan itu, aku mencari-cari tempat sampah di sepanjang trotoar yang aku jalani.
Sebelum niatku terlaksana, aku melihat seorang pria setengah baya yang memanggul satu karung penuh berisi botol plastik bekas air kemasan. Pria yang berprofesi sebagai pemulung itu tampak lelah.
Batinku mengatakan mungkin Bapak ini sudah berjalan tanpa henti untuk memungut botol plastik bekas sedari pagi. Daripada aku buang botol air kemasan yang dari tadi ku pegang, aku pikir lebih baik botol itu aku berikan ke bapak itu. Aku hampiri beliau dan menyapanya. Lalu, aku memasukkan botol plastik itu ke dalam karung yang ia panggul.
´´Terima kasih De´´ ucapnya singkat sambil memandangku. Ucapan itu terasa magis dan membuatku tersentuh karena ucapan terima kasihnya terdengar begitu tulus, tanpa rekayasa.
Botol plastik, barang yang sering kita anggap remeh, bagi sekelompok orang adalah sumber mata pencaharian. Bukan pemandangan yang aneh lagi apabila di jalan-jalan kota Jakarta atau kota besar lainnya, para pemulung tampak menyusurinya untuk mencari botol atau gelas plastik. Mereka kadang mengorek-ngorek tempat pembuangan sampah untuk mencari botol dan gelas plastik. Laksana mencari harta karun yang terpendam, dengan sabar mereka mengais-ngais botol dan gelas plastik di tengah gunungan sampah yang berbau.
Sebuah kesabaran yang bermula dari pilihan mencari nafkah, menyambung kehidupan. Pilihan yang membuat mereka jauh lebih terhormat dibandingkan manusia yang bergelimang harta yang didapat dengan cara yang tidak halal.
Melalui tangan mereka, botol dan gelas plastik yang sudah teronggok menjadi sampah, beredar untuk didaur ulang. Keberadaan mereka yang sering dianggap sebelah mata sedikit banyak membantu pengelolaan limbah plastik. Tanpa mereka yang bersedia untuk mengumpulkan botol dan gelas plastik, kita pasti akan kebingungan menghadapi tumpukan botol dan gelas plastik bekas.
Alangkah indahnya apabila kita bisa membantu para pemulung itu dengan memudahkan pekerjaan mereka. Upaya minimal yang bisa kita lakukan adalah dengan tidak mencampur botol dan gelas plastik bekas dengan tumpukan sampah basah yang berpotensi mengeluarkan bau menusuk.
Di beberapa tempat umum sudah dapat kita temui tempat sampah kering dan basah. Ada baiknya, pembedaan ini kita terapkan di rumah masing-masing. Jadi, setiap botol dan gelas plastik bekas yang kita miliki tidak akan bercampur dengan sampah rumah tangga lainnya. Bayangkan betapa terbantunya bapak dan ibu pemulung dengan upaya kecil kita.
Alangkah indahnya pula apabila tuan rumah acara hajatan atau pesta yang memilih untuk menyajikan air dalam kemasan botol atau gelas plastik untuk bersedia menyisihkan botol dan gelas plastik, mengumpulkannya dan jika diberi kemudahan waktu, memberikannya kepada para pemulung.
Semuanya bisa dimulai dengan langkah sederhana dengan menumbuhkan rasa peduli. Kecil memang bentuknya, tapi pesan rasa kepedulian ini akan sangat bermakna dalam bagi saudara-saudara kita yang dipilihkan jalan nafkahnya melalui botol-botol plastik.
http://ikayuniar.blogspot.com/