Oleh : Anna Nur F ( Ibu Rumah Tangga )
Dalam hitungan hari, insyaAllah ramadhan menyapa kita. Bulan istimewa yang datangnya satu tahun sekali dan amat berarti bagi mereka yang beriman. Suatu bulan penuh ampunan dan maghfirah Allah, yang di dalamnya terdapat bulan seribu bulan.
Banyak hal yang bisa kita lakukan untuk mempersiapkan kedatangan ramadhan, agar kita menjadi manusia beruntung yang semakin mencintai dan dicintai Allah. Diantaranya adalah dengan kita melakukan evaluasi dan introspeksi diri. Tak ada manusia yang sempurna. Semua tak luput dari salah dan dosa. Yang ada adalah manusia yang secara sadar memilih berbuat atau tidak berbuat dosa. Manusia yang dengan sukarela berbuat maksiat atau meninggalkannya. Manusia yang menang menguasai hawa nafsunya atau justru manusia yang menjadi budak dan tunggangan hawa nafsunya sendiri.
Bila setiap diri mau jujur, sesungguhnya dalam hidup banyak ibroh, pelajaran dan hikmah yang Allah karuniakan yang bisa dipetik agar setiap manusia menjadi jauh lebih baik dari hari kemarin dan hari ini. Lihatlah di sekeliling kita atau pada kita sendiri. Banyak hal yang telah berubah dibandingkan waktu yang sama menjelang dan saat ramadhan tahun lalu. Mungkin telah ada orang orang yang kita cintai, ayah ibu, adik kakak, anak, saudara, sahabat, tetangga, teman, ataupun orang yang kita kenal tak lagi ada bersama kita. Tak lagi ada senyuman, gurauan, dan nasihat mereka mengisi hari-hari.
Bersyukurlah jika kita masih hidup dan diberi Allah waktu untuk menjalani ramadhan tahun ini. Bersyukur bukan hanya dalam kata, tapi dalam bentuk perbuatan menaatiNya dalam segala hal secara total tanpa syarat.
Sesungguhnya bila saat ini jantung kita masih berdetak, nafas masih di kandung badan, semua adalah anugerahNya. Bukan karena kita hebat menjaga diri, mengatur gaya hidup dan pola makan, rajin berolahraga atau segala macam upaya untuk sehat. Namun semata karena Allah menetapkan demikian. Belum sampai ajal kita seperti yang tertulis dalam lauhul mahfudz. Betapa banyak orang yang sehat, muda dan gagah, mendadak pergi meninggalkan dunia. Mungkin kecelakaan, atau sebab lain. Sebaliknya betapa banyak pula orang yang sakit -sakitan, renta dan lemah tetapi belum juga mati. Ini semua semata karena kehidupan dan kematian jalan dan ketentuannya memang telah Allah tetapkan. Manusia hanya tinggal menjalani takdir dan tak punya daya kekuatan apapun untuk mengubahnya.
Demikian juga jika kita kaya harta, pandai, chakep, punya jabatan dan kedudukan, sudah menikah, memiliki banyak anak, itu bukan karena kita hebat! Bukan karena kita smart! Itu bukan suatu prestasi yang bisa dibanggakan dan disombongkan. Semua itu hanyalah anugerah Allah semata. Bukankah rizqi, ajal, jodoh telah ditetapkanNya jauh sebelum penciptaan kita? Bukankah Allah memandang seseorang hanya dari ketaqwaannya?
So, hebat itu adalah jika kita taqwa, Smart itu adalah jika kita memilih menaati segala perintahNya dan menjauhi seluruh laranganNya tanpa kecuali! Seperti sabda rasul, manusia cerdas adalah yang memikirkan kehidupan setelah kematian. Karena kita pasti akan mati, suatu hari nanti, cepat atau lambat.
Manusia yang memikirkan kehidupan setelah kematian, pasti takut untuk menyalahi perintahNya, pasti berpikir ribuan kali untuk menyelisihi aturanNya.
Bila mati, tak lagi kita mampu mendengarkan adzan, melangkahkan kaki memenuhi panggilanNya untuk sholat. Bila mati, tak lagi kita mampu bangun di sepertiga malam terakhir untuk mengadu segala hal padaNya. Bila mati, tak lagi kita mampu menahan lapar dahaga karenaNya. Bila mati, tak lagi kita bisa mengenakan jilbab dan kerudung menutup aurat. Bila mati, tak lagi kita mampu memandang wajah lugu dan ceria anak-anak, tak lagi kita bisa mengasuh, membimbing, mendidik dan membesarkan mereka. Bila mati, tak lagi kita mampu melihat senyum dan airmata ibu saat mendoakan buah hatinya. Bila mati,.tak lagi kita mampu mohon ampunan dan meneteskan airmata atas dosa-dosa., tak lagi bisa tersenyum kala bahagia. Bila mati, tak lagi kita mampu menatap indahnya alam ciptaanNya, tak bisa lagi kita menikmati sejuknya angin saat menyusuri jalan persawahan. Bila mati, tak lagi kita bisa merasakan dinginnya hujan rahmatNya. Bila mati, tak lagi kita mampu melakukan segala bentuk ketaatan padaNya. Pupus sudah kesempatan untuk Dia cintai, berakhir sudah segala nikmat duniawi, hanya kain kafan yang menutupi, hanya amal yang menemani, tak ada ayah ibu, pasangan hidup, anak-anak, saudara, kerabat, sahabat yang menemani. Kita sendirian di dalam tanah yang sering kita injak.
Sebelum datang ramadhan, marilah kita evaluasi diri dan jadikan sebagai aktifitas yang selalu kita lakukan setiap hari, terus menerus hingga denyut nadi berhenti. Kematian itu begitu dekat, kita tak pernah tahu kapan ia datang, bisa nanti, besok, lusa tanpa pernah kita duga. Mari kita sama-sama introspeksi diri, perbaiki diri untuk menjemput khusnul khotimah. Bertanyalah pada diri sendiri, sudahkah segala pikiran dan perilaku kita terpaut pada aturanNya? Sudahkah kita menuntut ilmu sehingga tahu mana yag benar dan salah, halal dan haram. Sudahkah tahu apa hukumya bekerja di berbagai lembaga keuangan, bank dan terlibat riba? Sudahkah tahu cara berjilbab dan berkerudung yang benar? Yang tak ketat, membentuk tubuh, memyerupai laki-laki, tipis dan trasparan? Sudahkah tahu bagaimana pergaulan pria wanita diatur dalam Islam? Yang pasti Islam tak pernah mengajarkan kumpul campur baur, ramai-ramai, makan bersama antar beberapa keluarga yang suami atau istrinya saling berteman seperti tren sosialita saat ini, di restoran atau tempat makan lain sambil nonton bareng. Sudahkah memikirkan kehalalan harta yang kiita peroleh di tengah maraknya kemudahan berhutang dari berbagai lembaga keuangan? Dan masih banyak hal lagi yang harus kita tahu, kita cari hukumnya dengan menuntut ilmu setiap saat sepanjang hidup.
Sebait doa, mari kita panjatkan bersama. “Ya Allah…Sebelum mati…izinkan aku bertaubat…. izinkan hatiku, pikiranku, lisanku, perbuatanku, hanya terikat pada aturanMu… izinkan aku tuk ikhlas beribadah padaMu…izinkan aku tuk ridlo dengan segala ketentuanMu… izinkan aku tuk jatuh hati hanya padaMu…mudahkan aku tuk selalu menaatiMu….Hingga saat mati itu tiba, hanya kerinduanku padaMu yang aku bawa…*. Aamiin
Marhaban ya ramadhan, kami menyambutmu penuh kerinduan.
Catatan kecil :
Selamat beribadah di bulan ramadhan penuh berkah, mohon maaf lahir bathin, dunia akhirat kepada semua kerabat, para sahabat, teman, tetangga dan siapa pun yang mengenalku atas segala kesalahan dan tutur kata yang mungkin tak terjaga.