Indonesia dan negara kepulauan lainnya “sangat beruntung”, dicurahi matahari sepanjang tahun, keindahan alam mempesona, dan lautan luas menjadi sumber daya alami, kekayaan-Nya sungguh tiada bandingan. Bagi negeri Indonesia, garam mudah didapat, pantai kita ada dimana-mana.
Saya pernah mengingat sebuah acara televisi di negeri kita yang mengisahkan tentang anak nelayan yang sering membantu ayahnya mencari ikan, membuat ikan asin, juga melakukan cara tradisional “menambang garam” di pantai. Dan teman-teman Poland biasanya begitu terpesona mendengarkan ceritaku tentang wilayah nusantara, terutama laut dan pantai, hal itu sangat “hebat dan istimewa” bagi mereka. Terutama di Krakow, tak ada pantai—imbasnya harga ikan dan makanan laut lainnya tentu mahal, empat musim “bagi mereka serba susah” harus dilewati. Musim Panas yang banyak debu, musim gugur yang harus menyapu dedaunan terus-menerus. Musim Semi yang penuh serangga dan ulat. Musim Dingin yang bertumpuk salju dan angin dingin menusuk tulang. Matahari di musim dingin “hanya muncul sesekali” maksimal 6 jam dalam sehari.
Namun bagi kaum yang berfikir, berbeda lokasi, berbeda musim, perbedaan waktu kita di muka bumi ini merupakan secuil hal dari tanda-tanda kekuasaanNYA,
“Sesungguhnya pada penciptaan langit dan bumi, silih bergantinya malam dan siang, bahtera (kapal) yang belayar di laut (dengan muatan) membawa apa yang berguna bagi manusia, dan apa yang Allah turunkan dari langit berupa air, lalu dengan air itu Dia hidupkan bumi sesudah mati (kering) –nya dan Dia tebarkan di bumi itu segala macam jenis hewan, dan pengisaran angin dan awan yang dikendalikan antara langit dan bumi; (semua itu) Sungguh (terdapat) tanda-tanda (keesaan dan kebesaran Allah) bagi kaum yang memikirkan.” (QS. al-Baqarah : 164)
Seminggu lalu kami cukup takjub melihat Wieliczka (baca : Vie-licz-ka), Tambang Garam yang terletak di pinggiran tenggara Kota Krakow, 40 menit perjalanan bus dari pusat kota tua, telah berfungsi selama 900 tahun. The Wieliczka Salt Mine bagi para penduduk adalah “sebuah keajaiban dari Tuhan”, kemegahannya tak kalah dengan Piramida dari mesir. Jangan bayangkan mereka menggunakan teknologi canggih yang dibeli dari USA (seperti tambang emas di negara kita).
Tambang garam ini telah bekerja dengan peralatan kuno yang keren, berabad-abad telah sukses “menghidupi” rakyat sendiri. Jutaan pengunjung setiap tahun, termasuk para raja dan kaum selebritis mengobati rasa penasaran mereka di dalamnya. Semua pengunjung diwajibkan masuk dengan ditemani pemandu wisata, & semua pemandu wisata adalah orang lokal. Untuk wanita hamil atau yang mudah lelah, sebaiknya tidak ikut masuk ke dalamnya. Karena dalam sesi kunjungan di tambang garam itu, turis wajib mengikuti perjalanan wisata di tambang bawah tanah, sekitar dua kilometer berjalan kaki dengan ratusan anak tangga.
Rute wisata dimulai pada kedalaman 64 m, sesekali berhenti di galeri-galeri, banyak patung dari garam, miniature bangunan tua dari garam, kumpulan patung garam kenangan para raja, misalnya saat France I dan permaisurinya berkunjung ke sana. Tokoh lainnya yang pernah “mengobok-obok ilmu” disana adalah Nicolaus Copernicus, Johann Wolfgang von Goethe, Alexander von Humboldt, Dmitri Mendeleyev, Bolesław Prus, Ignacy Paderewski, Robert Baden-Powell, Jacob Bronowski, dll.
Dalam penjelajahan dunia bagian labirin bawah tanah itu, pengunjung akan merasa syahdu saat melangkah, melewati semua galeri, gua-gua raksasa, bangunan kapel, danau bawah tanah, jembatan kecil, kesemuanya berornamen cantik, kristal garam terlihat indah, dan boleh dijilat-jilat : semuanya garam! Sembilan abad pertambangan di Wieliczka menghasilkan total sekitar 200 kilometer dari bagian-bagian tambang serta lebih dari dua ribu gua yang ukurannya bervariasi.
Rute wisata yang memakan waktu sekitar 3 jam berakhir di kedalaman 135 m di bawah permukaan bumi, museum terbesar di dunia pertambangan terletak disini, dengan peralatan yang usianya berabad-abad, unik, serta banyaknya karya seni di antara pameran tersebut. Kadang-kadang konser dan acara lainnya berlangsung di ruang Wieliczka tambang terbesar. Menurut salah satu professor yang dalam catatannya pernah kubaca (The World’s Story: A History of the World in Story, Song and Art, (Boston: Houghton Mifflin, 1914), Vol. VI: Russia, Austria-Hungary, The Balkan States, and Turkey, pp. 370-377), secuil bagian tambang garam itu telah cukup menghasilkan 1 juta garam untuk memasok 40 juta penduduk Austria selama setahun. Kemudian adanya perjanjian pembagian garam antara Poland, Austria dan Rusia, sehingga pendapatan bersih per tahunnya “hanya” sekitar 1 juta US$. Bagi rakyat Krakow, kekayaan garam ini adalah lebih berharga daripada emas.
Seorang sahabatku, muslimah Poland yang muallaf, berkata, “Allah SWT melimpahkan kekayaan garam ini, betapa mudahnya masyarakat memadatkan salju dengan garam, murah meriah di negeri sendiri, betapa mudahnya Allah SWT menunjukkan kekuasaanNYA, negara yang tak ada pantai—ternyata ada tambang garam di bawah permukaan bumi. Semuanya adalah tanda kebesaran Allah SWT…”.
Dahulu kala, tidak diketahui bagaimana deposit indah & megah ini pada awalnya ditemukan. Kita tahu bahwa The Wieliczka Salt Mine itu bekerja di awal abad kedua belas, dan mungkin lebih awal. Di dalam "Sejarah Cracow," menyatakan bahwa seorang Raja Polandia, yang menyukai seorang Elizabeth Putri Hungaria pada abad kesepuluh, bertanya, “Duhai calon permaisuriku, apakah hadiah yang engkau inginkan sebagai mas kawin dariku ?” (kira-kira redaksi kalimatnya begitu). Sang putri menjawab: “Sesuatu yang akan paling menguntungkan rakyatku”. Upacara pernikahan dilakukan di kapel di salah satu tambang garam-dari Transylvania.
Segera setelah dipindahkan ke Bumi Krakow, Elizabeth pergi ke Wieliczka, melakukan survei tanah, dan setelah memilih sebuah tempat disana, ia memerintahkan orang-orang untuk menggali. Dalam perjalanan beberapa hari mereka menemukan garam-kristal, bagi si putri, “ini adalah batu permata!”, menyebabkan diaturlah kristal itu dalam cincin kawinnya, dan sampai hari ini pun kisah itu dikenang : “Sang Putri Meminta Mas Kawin Cincin Bermata (Kristal) Garam”, wow! Salah satu souvenir terlaris dari Wieliczka adalah pajangan kecil berupa garam bertahta sebuah cincin.
Berpuluh tahun lalu, di sini saat komunis memerintah, masyarakat memiliki “budaya sistem barter” sebagai mata uang. Dan yang termahal dalam barter adalah Garam! “Jika kamu punya garam, tandanya kamu orang kaya”, pernyataan itu dielu-elukan. Wow, subhanalloh… lagi-lagi Saya berdecak. Penghargaan terhadap garam sangatlah besar. Benar kata temanku, “kalau tak ada garam, maka apapun yang kamu masak, pasti hambar tak ada rasa, makanya dulu di zaman barter, garam yang paling mahal, lebih mahal dari pada apel, kacang-kacangan dan gandum sebagai makanan pokok”, bahkan katanya, simpanan harta para konglomerat mereka dahulu adalah gudang-gudang yang penuh garam, bongkahan kristal garam itu bernilai tinggi.
Lagi pula The Wieliczka Salt Mine memiliki kesamaan suhu tambang sepanjang tahun, pada 54 ° Fahrenheit, ini menguntungkan bagi para pekerja(buruh), Kudis dan penyakit kulit lainnya tidak menimpa mereka (seperti khasnya para pekerja tambang), hal ini sangat baik pula untuk saluran pernafasan (paru-paru). Ada sebuah sanatorium untuk mereka yang menderita asma dan alergi (biasanya pasien-pasien rumah sakit sekitar melakukan teraphy disini) terletak 135 meter di bawah tanah jauh di dalam terowongan tambang.
Buat masyarakat Indonesia, cobalah periksa dapurmu, adakah garam disana? Yah… jangan remehkan kekayaan itu. Kristal garam itu adalah kekayaanmu, subhanalloh…
Wallohu ‘alam…
(bidadari_Azzam, oleh-oleh dari The Wieliczka Salt Mine, Krakow, malam 23 nov 2010)