Kupandangi padang rumput hijau di dekat taman bermain anak-anak itu, lama. Mungkin kalian bingung, kenapa barisan rumput itu begitu menarik perhatianku.
Tapi begitulah kenyataannya, merasakan sesuatu yang sangat istimewa tatkala melihat keindahan rumput hijau nan segar menyejukkan mata, dan beberapa minggu lagi hijau itu akan berubah warna, mengering.
Sesekali hujan datang dan tanah becek. Serta sekian minggu berikutnya si padang rumput akan berubah menjadi padang salju, putih dan beku.
Memiliki pengalaman berbeda di belahan eropa adalah salah satu anugerah-Nya buat kami. Ketika mata menjadi saksi, hati berucap dzikrulloh, melihat perputaran empat musim yang tidak kita temui di negeri-negeri sekitar khatulistiwa.
Terasa cepat sekali perjalanan sang waktu, padahal siang dan malam yang hadir setiap hari merupakan hal yang dianggap ‘sangat biasa’ bagi kebanyakan orang. Melakukan rutinitas normal, kegiatan sehari-hari dan mungkin ada banyak orang yang berkeluh kesah menyatakan kejenuhan.
Sedangkan bagi seorang hamba-Nya yang wajib senantiasa bersyukur, di masa apa pun, musim apa pun, kala kondisi lapang maupun sempit, tentu inovasi kegiatan bisa dilakukan.
Masa jenuh atau bosan itu tak akan hadir dalam diri, kecuali sejenak jeda mengatur nafas dan memperbaiki kelurusan langkah. Allah ta’ala mengingatkan kita dalam ayat-Nya yang bermakna,
“Sesungguhnya dalam penciptaan langit dan bumi, dan silih bergantinya malam dan siang terdapat tanda-tanda (kebesaran Allah) bagi orang-orang yang berakal; (yaitu) orang-orang yang mengingat Allah sambil berdiri atau duduk atau dalam keadaan berbaring dan mereka memikirkan tentang penciptaan langit dan bumi (seraya berkata): "Ya Tuhan kami, tiadalah Engkau menciptakan ini dengan sia-sia. Maha Suci Engkau, lindungilah kami dari azab neraka.” (QS. Ali-‘Imran[3] : 190-191)
Ramadhan ini adalah ramadhan kelima dalam hidup sister Zaynab. Yang ia rasakan tatkala telah memeluk Islam adalah kesegaran iman dan ketenangan dalam tujuan hidup dengan segala cita-citanya.
Disini pula letak perbedaan antara sosok seorang muslim dengan non muslim, kegiatan dalam mempelajari dan memperdalam agama-Nya merupakan ilmu dan hikmah yang amat besar. Mendekatkan diri dalam kedisiplinan belajar Al-Qur’an adalah point penting yang menjauhkan diri dari kejenuhan.
Sister Zaynab merupakan salah satu hamba-Nya yang terpilih ketika memasuki gerbang hidayah Islam, diawali dengan ketertarikan dengan Al-Qur’an. Apalagi di bulan ramadhan nan penuh dengan segala bonus-Nya, biasanya semangat belajar dan terus menggali ilmu akan makin bertambah.
"Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasalammengatakan, “Siapa yang ingin berdialog dengan Rabbnya, maka hendaklah dia membaca Al-Quran.” (HR. Adailami dan Al-Baihaqi)
Jejak pijakan kaki terasa ringan melangkah ke majelis-majelis ilmu, pikiran jernih dan tenang, karena jaminan dari Allah ta’ala. Bahkan beliau yang baru mengenal islam malah mengetahui hadits rasul-Nya bahwa,
“Orang yang dalam dadanya tidak ada sedikit pun dari Alqur’an, ibarat rumah yang bobrok.” (HR. At-Tirmidzi)
Bagaimana dengan kalbu kita hari ini, terasakah begitu cepatnya hari-hari ramadhan? tautan ilmu-Nya masih terus diraba-raba, target pribadi masih belum tercapai, hal itu pun amat dirasakan oleh sister Zaynab.
Padahal, ramadhan syahdu ini amat berharga, bonus-bonus-Nya sepanjang waktu terhampar buat memudahkan setiap mukmin untuk menggapai ketakwaan.
Dalam tausiyah ramadhan banyak da’i-da’iyah mengingatkan kita bahwa Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasalam bersabda,
"Umatku diberi lima keistimewaan pada bulan Ramadhan yang tidak diberikan kepada umat sebelum mereka : Bau mulutnya orang-orang puasa lebih wangi di sisi Allah dibandingkan bau minyak kasturi, setiap hari malaikat memintakan ampunan bagi mereka saat berpuasa sampai berbuka, Allah menghiasi surga untuk mereka kemudian berfirman, "Hamba-hamba-Ku yang saleh tengah melepaskan beban dan kesulitan maka berhiaslah”, setan-setan dibelenggu sehingga tidak bisa menggoda dan orang-orang puasa diampuni dosa-dosa mereka pada malam terakhir bulan Ramadhan." (HR. Ahmad, al-Bazzar, al-Baihaqi)
Subhanalloh… Namun tamu mulia itu selalu terasa hanya sebentar, oh ramadhan, janganlah cepat berlalu.
Duhai Ilahi, kami malu… Ramadhan indah yang Engkau curahkan samudera kenikmatan beserta bergulung reward-MU di dalamnya ternyata masih harus berlalu begitu saja. Kami masih tenggelam dalam kehinaan, bercoreng aib dan berlumur dosa, ampunilah kami, duhai Robbi…
Satu hal yang kusebut ‘amazing’ detik-detik ramadhan ini adalah tatkala diri ini berjumpa dengan para muallaf yang tinggal di Krakow, malah beberapa di antaranya, saya saksikan sendiri sebuah momen dahsyat tatkala syahadat yang mereka lafadzkan mengalir lancar dalam bermacam dialek yang sangat berbeda dengan kita.
Lantas saya berpikir, “Inilah salah satu hikmah ketika garis hidup dilalui, ‘terdamparnya’ kami di sudut eropa timur ini. Allah ingin mempertemukan saya dengan mereka…”. Insya Allah kisah beberapa di antaranya akan saya utarakan di artikel berbeda.
Selamat menggapai segala cita dalam kesempatan memaknai ramadhan kali ini, jika ini ramadhan terakhir kita, semoga inilah ramadhan terbaik yang kita capai.
(bidadari_Azzam, @Krakow, 19 Ramadhan 1432 H)