Temanku menulis sms singkat, “wah ada bom di bandara Russia, untunglah tidak jadi kesana…”, sekilas nampaknya sederhana. Sama seperti rasa syukurku, “Alhamdulillah, training kemarin ke swiss, bukan ke Russia”, ada skenario penyelamatan dariNYA agar tidak menjadi korban dalam peristiwa tersebut, puluhan orang telah ditemukan tewas dan ratusan lainnya luka-luka. Kami menonton berita dan membaca surat kabar kota beberapa hari ini tentang hal itu.
Ada-ada saja hal lain yang kalau kita renungkan, disitulah letak “waktu yang tepat” saat Allah SWT memiliki ketetapan dalam menyelamatkan kita. Saat kami ke Alexander Platz, Berlin beberapa bulan lalu, tiba-tiba di depanku ada orang berkursi roda yang menghalangi jalan, dia lamban sekali, Saya dan anak-anak kedinginan, makanya ingin jalan cepat-cepat agar segera tiba di hotel. Namun karena terhalang kursi rodanya itu, akhirnya lift penuh, kami antrian menanti lift naik kembali. Satu, dua, lima menit berlalu, lift itu tak bergerak, tidak bisa turun, tidak bisa terbuka pula. Oalah, ternyata seisi lift berteriak-teriak (dan kami yang di luar tak mendengarnya), lift itu stuck, kasian, setengah jam lebih mereka di dalam lift. Sinyal gawat daruratnya tak berfungsi. Suamiku berlari menuju pasukan berseragam dan dengan bahasa Jerman yang sedikit campur bahasa Inggris, ia jelaskan bahwa ada lift yang tak berfungsi sementara sekitar tujuh orang terperangkap di dalamnya. Karena salju masih turun lebat, jadi tim keamanan itu memang sulit dicari, tidak duduk di posko informasi misalnya, dan gerakan mereka juga agak lambat karena ramainya masyarakat dan turis yang sedang berada di area itu.
Memang dalam hatiku, ada sedikit kesal karena makin lama untuk berbaring di hotel, dan saat itu dingin sekali, namun ada rasa bersyukur yang amat sangat, untungnya bukan kami sekeluarga yang berada di dalam lift tersebut. Alhamdulillah, Kami akhirnya perlahan-lahan menuruni eskalator (yang macet) dengan bersama-sama memegang kereta bayi dan travel bag.
Pengalaman Fifi beda lagi, tahun lalu saat badai salju membuat semua maskapai penerbangan harus mengubah jadwalnya, saat gundukan salju membuat euro star stuck, semua traveler yang sedang berada di Eropa harus bersabar. Ada yang pesawatnya diubah jadwal 3 hari kemudian, ada yang tiduran di bandara dan menumpang berbaring di mal-mal terdekat, ada yang terpaksa menyewa kamar hotel karena jadwal perjalanan masih belum bisa ditentukan. Sedangkan Fifi terselamatkan dari keadaan itu, tadinya ia akan ikut paket hemat “travel bareng” teman-temannya ke beberapa negara uni eropa, namun ternyata sehari sebelum berangkat, ia mengalami kecelakaan lalu lintas dan harus dirawat di rumah sakit. Alhamdulillah lukanya tidak parah, bahkan tak separah orang-orang yang mati beku, kedinginan dalam gundukan badai salju tahun itu.
Seorang sahabat lamaku bercerita pula, saat Allah SWT menyelamatkan dirinya dan keluarga tatkala tsunami 2004 yang mengiris hati kita semua. Mereka hanya berlibur disana, dan saat kejadian itu, mereka sedang menikmati pemandangan masjid terbesar di Aceh. Kala itu, baru saja akan mencari menu sarapan pagi dan ingin melaksanakan sholat dhuha. Ternyata aktivitas mereka di masjid itu adalah sebuah jalan selamat, atas ketetapan Allah SWT.
Dalam hiburan dari-Nya, “Apakah kamu mengira bahwa kamu akan masuk surga, padahal belum datang kepadamu (cobaan) sebagaimana halnya orang-orang terdahulu sebelum kamu?
Mereka ditimpa kemelaratan, penderitaan, serta digoncangkan (dengan berbagai macam cobaan) sehingga berkatalah Rasul dan orang-orang yang beriman bersamanya : ‘Kapankah datangnya pertolongan Allah?’
Ingatlah, sesungguhnya pertolongan Allah itu amat dekat.” (QS. Al-Baqoroh :214)
Dan hari-hari yang kita jalani, jika sebelum tidur kita sempat “mereviewnya”, sebagai bahan muhasabah diri dan menggali hikmahNYA, maka kita akan simpulkan bahwa jutaan bahkan milyaran pertolongan Allah SWT telah kita terima hari ini. Kita bernafas tak perlu membayar udara, kita memperoleh kehangatan mentari, kita merasakan senang dapat bersenda gurau bersama keluarga, panca indera berfungsi dengan baik, kesehatan lahir batin dan keimanan padaNYA adalah harta terindah. Apabila kita menghitung nikmat Allah, niscaya kita tidak akan sanggup untuk menghitungnya. Maka, nikmat Allah manakah lagi yang kita dustakan?
Semoga aktivitas kebaikan apapun yang kita lakukan sehari-hari, baik itu mengajar mengaji anak-anak, membaca, shadaqah, shaum sunah, sholat malam, shalat dhuha, silaturrahim, dll, semuanya dalam rangka bersyukur atas berbagai nikmat serta pertolongan yang telah Allah SWT berikan kepada kita. Sebagaimana Rasulullah menjawab, tidakkah boleh jika Aku menjadi manusia yang senantiasa mensyukuri berbagai nikmat yang telah Allah berikan Kepadaku, Rasulullah mengatakannya ketika sedang melakukan shalat malam dengan kaki yang bengkak, sambil menangis ketika membaca surat Ali Imran : 190 sampai akhir.
“Sesungguhnya dalam penciptaan langit dan bumi serta silih bergantinya malam dan siang terdapat tanda-tanda kebesaran Allah bagi kaum yang berakal, (yakni) mereka yang selalu mengingat Allah dalam keadaan berdiri, duduk, atau berbaring seraya berfikir tentang penciptaan langit dan bumi (kemudian berkata): Ya Rabb kami, tidaklah Engkau ciptakan segala sesuatu dengan sia-sia. Maha Suci Engkau, lindungilah kami dari adzab api neraka”.(QS. Ali-Imran:190-191).
Suatu saat ketika Rasulullah SAW tengah shalat tahajjud, turunlah ayat ini dan beliaupun menangis. Bilal yang berada di dekat Rasulullah SAW melihat beliau menangis bertanya: “Mengapa engkau menangis, ya Rasulullah?” “Celakalah orang yang membaca ayat-ayat ini namun tidak juga mengambil pelajaran darinya”.
Mari syukuri hadiah hari ini, kita masih bisa saling mengingatkan untuk tetap menjaga rasa optimis dalam bimbinganNya, walhamdulillah. Wallohu ‘alam bisshowab.
(bidadari_Azzam, Krakow, 28 jan 2011)