Sering sekali kita terngiang nasyid Bimbo, “berbuat baik janganlah ditunda-tunda…”, sungguh dalam maknanya. Jika hati kita diibaratkan benteng teguh dalam menjaga iman, maka setan terus menerus ingin menembus si benteng ini.
Sebagai contoh saat Saya sendiri pernah memiliki tabungan khusus untuk membeli sesuatu, anggaplah sesuatu itu memang yang telah lama saya inginkan. Namun kemudian ada perubahan niat yang lebih baik, uang tabungan itu ingin kuberikan untuk saudara yang sedang sangat membutuhkan.
Lalu karena rasa malas yang amat sangat, Saya menunda-nunda mentransfer-nya, dan pada saat itu hadirlah iklan “barang yang saya idamkan tadi”, dengan harga diskon spesial, waduh! Jika saya tak menunda-menunda, pastilah tak ada persimpangan di hati ini.
Begitulah contoh nyata kekhilafan diri ini sebagai hambaNya yang banyak dosa. Selalu ada-ada saja godaan saat kita menunda-nunda berbuat kebajikan.
Tergesa-gesa dalam bertindak dan menunda-nunda kebaikan adalah godaan setan. Dahulu, Iblis telah terusir dari surga dan rahmat Allah SWT, sehingga berhak mendapatkan jatah laknat dan tergolong makhluk yang hina selama-lamanya.
Tetapi memang dasar iblis setan tidak mau melupakan Adam alaihissalam, yang telah menjadi penyebab ia terusir dan terkutuk, sehingga ia tidak mau tinggal diam tanpa balas dendam dan dendam itu dilampiaskan sesuai dengan tabiat jahatnya sebisa mungkin.
Allah SWT berfirman.
"Iblis menjawab, Beri tangguhlah saya sampai waktu mereka dibangkitkan. Allah berfirman Sesungguhnya kamu termasuk mereka yang diberi tangguh. Iblis menjawab : ‘Karena Engkau menghukum saya tersesat, saya benar-benar akan (menghalang-halangi) mereka dari jalan Engkau yang lurus kemudian saya akan mendatangi mereka dari muka dan dari belakang mereka,dari kanan dan dari kiri mereka dan Engkau tidak akan mendapati kebanyakan mereka bersyukur (taat)." (QS. Al A’raaf [7] : 14-17)
Berkacalah diri kita, menunda-nunda sedekah, menunda pernikahan dengan alasan “tradisi tukar cincin, dsb” atau alasan tidak syar’i lainnya, menunda kunjungan silaturrahim pada saudara, bahkan menunda-nunda taubat adalah hal yang sering kita lakukan. Yang tersenyum senang dan tertawa tentulah setan.
Contoh paling akrab di akhir tahun ini adalah godaan “diskon gila-gilaan”, sale 70% di akhir tahun, padahal barang-barang yang ditawarkan dan (kebanyakan dari kita) langsung membelinya—ternyata adalah barang yang tidak urgen saat ini, lagi-lagi kita tertipu “kreativitas” para iblis penggoda iman.
Jika uang ‘buat ngeborong sale’ itu kita hamburkan untuk keperluan ummat misalnya di”tanamkan pada saham akhirat” buat saudara-saudari kita yang terkena bencana alam, atau yang masih tertindas di gaza, tentulah “hasilnya” bisa kita petik kelak di hari depan. Sebagai pemberat amal baik di Yaumil Hisab.
Juga hadiah dari perusahaan tempat suamiku bekerja tak kalah menggoda, hadiah tahun baru adalah uang jajan buat liburan serta satu bingkisan kecil berisi Sekotak coklat, sekotak besar kopi, serta sebotol khamr —tulisannya adalah Wine— campuran anggur Spanyol dan Russia.
Beberapa tahun lalu sebut saja si Fulan, sosok muslim KTP dari negara tetangga juga memperoleh bingkisan yang sama. Karena wine yang diperoleh memang mahal harganya, nilai nominalnya mungkin sama dengan harga motor termodern di Indonesia, maka si Fulan sangat sayang membuangnya. Padahal dia tak pernah mabuk-mabukan sebelumnya, namun dengan wine-gratisan itu, akhirnya hidupnya memburuk.
Ia tergoda mencicipi secuil wine saja, lalu ketagihan… akhirnya sebotol itu dihabiskannya sendiri, dan selanjutnya ia terbiasa meminum khamr. Naudzubillahi min dzaliik… Dan kalian jangan salah duga, tak semua jenis minuman keras berbau “alcohol tajam”, ada jenis minuman keras yang baunya harum seperti roti panggang, ada pula yang warnanya seputih susu dan harum seperti vanilla, kita harus ekstra hati-hati kalau menikmati minuman di café-café Eropa, harus ditanya pada pelayan tentang zat yang terkandung dalam minuman yang dihidangkan, seringkali kopi panas pun ditetesi “minyak surga” istilah mereka untuk jenis minuman beralkohol.
Hadis riwayat Aisyah ra., ia berkata: Rasulullah saw. pernah ditanya tentang arak dari madu. Beliau menjawab: Setiap minuman yang memabukkan adalah haram. (Shahih Muslim No. 3727)
Teringat pula akan kisah sebuah hadits:
Hadits riwayat Anas bin Malik ra., ia berkata: Aku sedang memberi minum para tamu di rumah Abu Thalhah, pada hari itu khamar diharamkan. Minuman mereka hanyalah arak yang terbuat dari buah kurma. Tiba-tiba terdengar seorang penyeru menyerukan sesuatu. Abu Thalhah berkata: Keluar dan lihatlah! Aku pun keluar. Ternyata seorang penyeru sedang mengumumkan: Ketahuilah bahwa khamar telah diharamkan. Arak mengalir di jalan-jalan Madinah. Abu Thalhah berkata kepadaku: Keluarlah dan tumpahkan arak itu! Lalu aku menumpahkannya (membuangnya). Orang-orang berkata: Si Fulan terbunuh. Si Fulan terbunuh! Padahal arak ada dalam perutnya. (Perawi hadits berkata: Aku tidak tahu apakah itu juga termasuk hadits riwayat Anas). Lalu Allah Azza wa Jalla menurunkan ayat: Tidak ada dosa bagi orang-orang yang beriman dan mengerjakan amal saleh karena makanan yang telah mereka makan terdahulu, asal mereka bertakwa serta beriman dan mengerjakan amal-amal saleh. (Shahih Muslim No.3662)
Maka saat memperoleh bingkisan itu, diriku tak ingin terjerumus seperti Fulan, tak kutunda lagi, sebotol wine itu langsung kulempar ke tempat sampah, sedangkan tugas berikutnya adalah menge-cek zat-zat yang terkandung dalam sekotak coklat dan kopi tersebut.
Bagi keluarga yang tinggal di negara yang minoritas muslim seperti kami, Kode-kode zat yang telah pasti keharamannya harus hafal, saat berbelanja, harus maksimal melakukan pengecekan kode tersebut, misalnya E-471 yang biasanya mengandung lemak babi, dll, dan bila ada rasa ragu-ragu saat membeli, biasanya tidak jadi kubeli.
Ini adalah bentuk optimal dalam menjaga diri dan keluarga, ayatNya mengingatkan, "Maka makanlah yang halal lagi baik dari rezeki yang telah diberikan Allah kepadamu; dan syukurilah nikmat Allah, jika kamu hanya menyembah kepada-Nya." (QS. An Nahl [16] : 114).
Teman baikku pun pernah bercerita bahwa ia mendapatkan bingkisan kue berkemasan dari tetangga, ia menunda-nunda untuk mengecek kandungan kue tersebut sampai terlupa beberapa jam dan tertidur.
Lalu anak balitanya melihat kue itu di atas meja, membuka dan langsung memakannya, setelah dicek, alangkah sangat menyesalnya temanku itu, ada kandungan “bacon” (jenis daging babi asap) di dalamnya—telah termakan si anak. Astaghfirrulloh… Ya Allah, lindungilah kami dari tipu daya setan, lindungi kami dari kemalasan dan sikap menunda-nunda, amiin yaa Robb.
Ayat cintaNya telah mengirimkan solusi buat jiwa kita, “Dan katakanlah, ‘Ya Rabbku aku berlindung kepada Engkau dari bisikan-bisikan setan. Dan aku berlindung (pula) kepada Engkau ya Rabbku, agar mereka tidak mendekati aku.” (QS. Al-Mukminuun [] : 97-98)
Wallohu ‘alam bisshowab, semoga meraih manfaat, (bidadari_Azzam, Krakow, 23 desember 2010)