Beberapa tahun lalu, Saya melihat seorang ibu tengah mengomeli anaknya, “nih nyebelin banget! Makan mulu gak brenti-brenti… kalo minum, airnya tumpah mulu… emaknya gak bisa istirahat…”, bla..bla, dan seterusnya.
Sang ibu memang sering “blak-blakan” bahwa pusing menghadapi situasi ekonomi, uang belanja yang setiap hari terasa makin tidak mencukupi sebab kebutuhan yang kian meningkat, padahal konsumsi anak-anak cukup banyak, terutama di masa pertumbuhan.
Belum lagi biaya listrik, air, dan kebutuhan lain yang terus menjulang. Hal tersebut ternyata bisa meningkatkan emosi, mengurangi ungkapan dan kata-kata sayang kepada keluarga.
Di lain masa, ada ibu yang mudah sekali menjadi beringas dengan (menampar) memukul pipi, menarik telinga atau menjambak anak di saat emosi meninggi, latar belakang masalah tentu berbeda, emosi bisa naik gara-gara hari itu belum gajian, tidak dapat diskon belanja di pasar, atau bahan masakan sudah habis namun kantong menipis, ada pula gara-gara ibu sibuk mengurus skripsi karena masih kuliah, dll (seperti pengalaman pribadiku tentunya), astaghfirrulloh…
Suatu ketika di lain waktu, Saya mengunjungi rumah seorang ustadzah di dekat kampusku, selama beberapa jam bercakap-cakap disana, diskusi dan mendengarkan tausiyah beliau, dua anaknya sedang pergi bersekolah, tiga anak kecil di dekat tempat kami duduk yang ternyata anak-anak beliau sedang konsentrasi menyusun puzzle, permainan yang sangat disukai anak-anak.
Ada saatnya bosan, salah satu anak menuju dapur, mengambil segelas air, lalu meminumnya, namun tertumpah di baju dan lantai. Segera sang bunda mendekat seraya berkata, “wah pintarnya…mengambil minuman sendiri, hebat anak bunda!”, lalu dengan cekatan mengelap air di lantai dan membuka baju si anak yang basah, anaknya berlari ke arah kamar, mengambil baju ganti, saat keluar ruangan, telah berpakaian rapi kembali.
Sedangkan dua anak lain, ikut menuju dapur, sibuk mencari makanan lalu bersuapan gorengan dan buah yang mereka temukan di atas meja. Kemudian ada seseorang yang mengetuk pintu rumah, ternyata seorang petugas yang biasanya menagih iuran listrik dan air, sang ustadzah pamit sebentar dari hadapan kami, lalu membayar iuran tersebut, ia lebihkan dananya seraya berkata perlahan, “kembaliannya buat bapak yah…”, pak tua penagih iuran itu mengucap terima kasih.
Saat duduk bersama kami kembali, sang ustadzah berkata, “bulan ini iuran listrik dan air naik lagi lho…”, seraya tersenyum. Saya teringat bahwa banyak ibu-ibu yang saling curhat mengenai sekelumit dana rumah tangga, apalagi inflasi yang begitu cepat. Sehingga tergelitik untuk bertanya, “tapi koq tenang-tenang aja yah,ummu? Padahal banyak orang yang ngedumel, kesal, apalagi Saya lihat ummu tenang dan nyantai aja sikapnya, sama anak-anak pun tetap penuh kasih sayang, di tengah kepenatan dan kondisi finansial yang juga membuat kepala pusing…”.
“Saya juga punya masalah, neng…pusing juga urusan dana keluarga yang harus diatur dengan baik, kebutuhan terus bertambah, sedangkan pemasukan tetap gak jauh berbeda…”, beliau menjawab jujur.
“Namun…kalau kita terus-terusan memikirkan hal itu, tanpa ikhtiar untuk lebih memanage-nya, maksudnya menata hati, emosi, mengatur keuangan dengan lebih baik dll…makanya bisa jadi lebih mudah marah, kesal, dan keluarlah omelan-omelan terutama korban omelan adalah anak-anak…Padahal, anak-anak adalah amanahNYA, titipan harta yang paling berharga yang harus dijaga, dirawat dan dididik agar selalu menjadi penyejuk hati….”, lanjutnya.
“seorang ibu adalah sosok yang paling cepat diteladani anak-anaknya, sehingga sadar atau tidak sadar, saat anak mudah memukul teman, mudah memarahi orang sekitarnya, bisa jadi hal itu karena dia terbiasa melihat prilaku sang orang tua, terutama ibu yang memiliki waktu lebih lama bersama anak-anak…”, urainya.
Sungguh menyejukkan nurani, jikalau kita memiliki problema kemudian meminta saran atau nasehat kepada saudara/saudari yang sholeh, yang mengetahui perihal problema tersebut, terutama bila dikaitkan dengan dua pegangan kita : Qur’an dan Sunnah Rasulullah SAW. Dengan berbagi kepada orang yang tepat, bertukar pikiran dengan berbagai sudut pandang berbeda, saat itulah kita makin terlatih menemukan solusi atas permasalahan yang dihadapi. Insya Allah.
Ada beberapa tips agar hati kita tetap terjaga saat dirundung banyak masalah, apalagi saat ini makin perihnya pertiwi dirundung prahara, menata emosi sangat kita perlukan terutama mengenai anak-anak kita yang tengah merajut masa depan gemilang mereka :
1. Senantiasa mengingat Allah SWT,
Semoga dengan rahmat dan karuniaNya, Allah SWT membimbing kita untuk menjadi ahli zikir, memberikan kekuatan lahir dan batin untuk selalu mengingatiNya, memperbaiki ibadah dan membersihkan hati agar dapat menjadi hamba yang baik di hadapanNYA, dan di depan makhlukNya.amiin,
Aisyah Radhiyallahu ‘Anha berkata,
كَانَ رَسُولُ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ يَذْكُرُ اللَّهَ عَزَّ وَجَلَّ عَلَى كُلِّ أَحْيَانِهِ
“Adalah Rasulullah Shallallahu ‘Alaihi wa Sallam senantiasa mengingat Allah ‘Azza wa Jalla di setiap waktunya.” (HR. Muslim dan Abu Dawud)
Kebiasaan dan keadaan Nabi yang senantiasa mengingat Allah ini, berbanding lurus dengan apa yang difirmankan Allah Subhanahu wa Ta’ala dalam Al-Qur‘an,
“… Yaitu orang-orang yang selalu ingat kepada Allah dalam keadaan berdiri, duduk, dan tidurnya.” (Ali Imran: 190-191)
2. Saat hati gundah atu kesal, segeralah berwudhu bersama anak.
Berwudhu dapat meredakan amarah, Rasulullah SAW bersabda, Bila seorang Muslim atau mukmin berwudhu, ketika membasuh muka, maka keluar dari wajahnya dosa-dosa yang pernah dilakukan matanya bersama tetesan air yang terakhir. Ketika membasuh kedua tangannya, maka keluarlah setiap dosa yang pernah dilakukan tangannya bersama tetesan air yang terakhir. Ketika membasuhkakinya, maka keluarlah dosa yang dijalani oleh kakinya bersama tetesanair yang terakhir, sampai ia bersih dari semua dosa. (HR Muslim).
Sebelum tidur pun, tak hanya mengajarkan gosok gigi, berwudhu sangatlah penting dilakukan sebelum tidur, Sebab dengan selalu menjaga wudhu, seseorang akan lebih terjaga perilaku serta kesehatan fisik dan jiwanya. Dari Al Bara’ bin ‘Azid, Rasulullah SAW bersabda, Kapan pun engkau hendak tidur berwudhulah terlebih dahulu sebagaimana engkau hendak mengerjakan shalat, berbaringlah dengan menghadap ke arah kanan dan berdoalah (HR Bukhari).
Hikmahnya, kita mengawali tidur dengan wudhu dan tetap berzikir (mengingatNYA) maka tidur lelap kita bernilai ibadah, anak-anak yang masih kecil terbiasa seperti ini, insyaAllah hingga dewasa akan menjadi sosok muslim yang sholeh, senantiasa menjaga kesucian lahir-bathinnya.
3. Jangan bosan mengulang-ulang kata mesra dalam keluarga.
Seringkali kita merasa jengkel jika anak-anak lupa dan lupa lagi tentang suatu hal atau nasehat orang tua, janganlah bosan mengingatkannya, seraya ditambahkan kata-kata mesra dan penuh rasa sayang dalam tiap momen menasehatinya. Biasanya, saat bermain di taman, sebelum tidur, sebelum berangkat sekolah, usai sholat, atau selagi membereskan piring setelah makan, adalah waktu-waktu “jeda” yang efektif untuk mengungkapkan untaian nasehat terbaik buat anak.
4. Bercerminlah, sambil membaca do’a kepadaNYA,
“ Ya Allah! sebagaimana Engkau telah memberiku rupa yang baik, maka jadikanlah baik pula akhlaqku, Amin” , di depan cermin ada wajah cantik atau tampan bila tersenyum, dan sungguh jelek serta menyeramkan bila sedang marah atau kesal, pikirkan bagaimana “kenangan bagi mujahid kecil kita” saat memandang orang tua yang menyeramkan di depannya,saat amarah membuncah di dada, naudzubillah…
5. Tetap bersyukur dan bersabar sebagai solusi,
Mari kita bersyukur atas permasalahan yang ada, artinya Allah SWT menyayangi kita, percaya bahwa kita dapat menemukan solusinya. Memiliki anak-anak sebagai amanahNya harus selalu disyukuri, masih banyak saudara kita yang diberikan ujian berat dengan tidak dapat melahirkan anak-anak dari rahimnya sendiri, dll. Sedangkan bagi kita yang telah dititipi harta terindah ini, kesabaran adalah kunci sukses untuk tetap menata hati saat merawat dan mendidik mereka. PesanNYA, “Tidakkah kamu memperhatikan bahwa sesungguhnya kapal itu berlayar di laut dengan nikmat Allah, supaya diperlihatkan-Nya kepadamu sebagian dari tanda-tanda (kekuasaan) -Nya. Sesungguhnya pada yang demikian itu benar-benar terdapat tanda-tanda bagi semua orang yang sangat sabar lagi banyak bersyukur”, (QS. Luqman : 31)
Semoga setinggi apapun inflasi dan sesulit apapun kondisi saat ini, kita semua mampu menata kalbu, mengontrol emosi diri, sehingga tetap santun menghadapi semua mujahid kecil, penyejuk mata dan hati kita, sosok anak-anak harapan bangsa dan merupakan generasi yang menjadi penerus cita-cita umat.
(bidadari_Azzam, seorang Ibu yang masih harus lebih banyak belajar, terutama tentang kesabaran& keikhlasan. Krakow, pengalaman pribadi, 4 november 2010)