Belum lama ini saya berkunjung ke rumah pak Kyai karena ada sebuah keperluan. Tidak lama berada di rumahnya, sekitar kurang lebih 20 menit.. ngobrol-ngobrol santai disana. Dari obrolan itu, ada hal yang menarik ketika sama-sama prihatin melihat kondisi ummat saat ini. Berikut ini kurang lebih obrolannya yang sudah saya kembangkan…
Begini, di sela-sela pembicaraan, spontan saya berkata. Sebenarnya konsep dalam Islam itu bagus, seminggu sekali setiap Jum’at orang-orang Islam di-charge keimanannya dan 1 tahun sekali pada bulan Ramadhan dicharge juga, yang seharusnya itu membuat kondisi ummat Islam keimanannya bagus.
Namun kenyataan yang terjadi di negeri ini dimana ummat Islam menjadi ummat yang mayoritas tapi malah bisa menjadi termasuk salah satu negara terkorup.
Mendengar perkataan saya mengenai konsep tsb di atas, lalu pak Kyai dengan ringan berkomentar “iya di-charge, tapi kalau battrenya soak, gimana ?!
Komentarnya sedikit tapi bagi saya itu sangat dalam dan bila kita maknain mungkin perkataannya itu, menyangkut masalah hati (banyak Muslimin hatinya tidak peka), tidak peka dalam menyerap ilmu dan kurang semangatnya mencari ilmu yang pada akhirnya tidak menjadikan mereka lebih baik.
Menyambung perkataan pak Kyai, hal itu diibaratkan battre, bila battre kondisinya soak, meskipun berkali-kali di-charge, tetap saja tidak akan terisi dan tidak dapat digunakan dengan baik.
Memang fenomena yang terjadi, banyak orang lebih materialistis (mengejar urusan dunia saja), sedangkan untuk urusan akheratnya biasa-biasa saja (tidak terlalu dikejar), padahal abadinya hidup itu bukan di dunia tapi di akherat (pasalnya nanti di akherat akan mempertanggung jawabkan segala perbuatannya).
Perlu kita tau bersama bahwa lamanya hidup di akherat, perhitungannya: (1 hari di Akhirat = 1000 Tahun di Dunia).
Mengenai hal itu, Alloh SWT berfirman di dalam (QS. Al Hajj [22] : 47). “Dan mereka meminta kepadamu agar azab itu disegerakan, padahal Alloh sekali-kali tidak akan menyalahi janji-Nya. Sesungguhnya SEHARI disisi Tuhanmu adalah seperti SERIBU menurut perhitunganmu.”
Seharusnya bila setiap orang peka terhadap apa yang akan terjadi di akherat kelak, tentu mereka di dunia tidak akan sembarangan dalam bertindak ! Selain itu pak Kyai juga berkata, kurang lebih begini : banyak orang dengan mudah berdzikir “Laa ilaha illalloh” tapi tidak mengerti dalam mengilmuinya.
“Maka ketahuilah, sesungguhnya tidak ada yang berhak di sembah kecuali Alloh.” Makna dari ayat tsb dalam sekali dimana kita harus menTauhid-kan Alloh (Taat hanya pada-Nya, tidak pada selain Dia). (QS. Muhammad [47] : 19).
Alloh SWT berfirman dalam (QS. Al-Hujurat [49] : 1) ”Hai orang-orang yang beriman, janganlah kamu mendahului Alloh dan Rasul-Nya dan bertakwalah kepada Alloh. Sesungguhnya Alloh Maha Mendengar lagi Maha Mengetahui.”
Alloh menetapkan, bahwa di antara konsekuensi iman adalah mengembalikan persoalan yang diperselisihkan kepada Alloh dan Rasul-Nya, yakni harus mengacu kepada al-Qur’an dan as-Sunnah. Alloh menjelaskan hal tsb dalam (QS. An-Nisa [4] : 59).
Orang yang telah mengikrarkan kalimat “Laa ilaaha illalloh”, dia adalah orang yang mantap ibadahnya kepada Alloh, tidak punya keinginan sedikitpun untuk beribadah kepada selain- Nya. Dan orang seperti ini, akan di jamin masuk surganya Alloh Subhanahu wa Ta’ala. Rasululloh shollallohu alaihi wa sallam bersabda :
“Barang siapa mengucapkan kalimat Laa ilaaha illalloh, lalu mengingkari apa saja yang di sembah selain Alloh, maka dia akan masuk surga.” (HR. Muslim, Ahmad dan Thabrani).
Lalu pak Kyai menambahkan, “bukan perkara yang mudah mengilmui mengaplikasikan kandungan makna dari kalimat Laa ilaaha illalloh”. Tapi kita usahakan semampunya (mastato’tum). Alloh berfirman: ”Maka bertaqwalah kepada Alloh semampu kalian.”(QS. At Taghobun [64]: 16).
Kemampuan yang dimaksud disini adalah kemampuan yang maksimal. Alloh Ta’ala mempertegas hal itu dalam (QS. Ali Imran [3]: 102) : ”Bertaqwalah kepada Alloh dengan sebenar-benarnya taqwa.”
Penjelasan sederhananya begini. Kita jangan membatasi diri dengan berkata “akh..saya bisanya cuma segini”, sementara berbicara begitu, padahal kalau mau diupayakan masih bisa melakukan lebih dari itu.
Contohnya: dia (ikhwan) ada waktu untuk sholat berjama’ah di masjid, tapi dia banyak alasan untuk tidak pergi ke masjid. Begitu juga sholat sunnah, padahal bisa sholat sunnah, tapi beralasan “akh..sholat sunnah ini, ngga apa-apa ngga dikerjakan.
Lalu contoh yang lain. Banyak orang berkata bahwa sholat tahajud itu susah, tapi disisi lain “bangun malam untuk nonton bola atau begadang nonton wayang, bisa”. Masih ada contoh-contoh yang lain selain itu, tapi saya kira contoh-contoh tsb cukup untuk bisa menjadi bahan intropeksi diri.
Terakhir pembicaraan, pak Kyai menyinggung potongan ayat dari (QS.At-Tahrim : 6), bunyinya “Wahai… orang-orang yang beriman, jagalah diri kalian dan keluarga kalian dari api neraka….”.
Mari kita sama-sama meningkatkan keimanan dan terlebih juga mengajak keluarga – agar hati kita semua semakin hari semakin berkwalitas – peka terhadap kebaikan – bisa menjadi orang beriman yang sesungguhnya.
Semoga ada manfaatnya.
Wallohu a’lam bishowab.