“Sesungguhnya kecepatan kita untuk menerima kenyataan, yang musti terjadi, hasilnya sangat menakjubkan. Karena itu akan segera merelakan kenyataan itu dan kemudian melupakannya selama-lamanya,” ujar pakar psikologi terkenal, Dale Carnegie.
Kebanyakan orang menjadi lemah karena musibah yang menimpanya. Bahkan, sudah tidak aneh juga kita mendengar orang yang kehilangan akal sehatnya lantaran mengalami tekanan akibat musibah. Beban hidup yang terlalu berat dapat mengakibatkan tekanan batin yang hebat. Dalam ilmu psikologi, disebut depresi. Ungkapan Dale Carnegie di atas, mengajak orang membatasi kesulitannya dengan menghadapi kenyataan dan bersiap menerimanya. Sebab, semakin seseorang larut dalam kesedihan, maka ia dapat kehilangan kontrol atas dirinya sendiri, dan menjadi seperti orang sakit jiwa.
Diceritakan tatkala anak-anak Nabi Ya’qub alaihissalam, datang menemui beliau sambil berpura-pura nangis karena kehilangan puteranya, Yusuf Alaihi salam, yang dikatakkan mati dimakan serigala. Nabi Ya’qub tidak mempercayai apa yang dikatakan anak-anaknya itu, dan ia mengeluarkan kalimat yang diabadikan dalam Al-Qur`an, “Kesabaran yang baik itulah (kesabaranku). Dan Allah sajalah yang dimohon pertolongannya terhadap apa yang kamu ceritakan.” (QS. Yusuf : 83)
Nabi Ya’qubpun tetap menanti kembalinya Yusuf yang hilang antara hidup dan mati. Haripun berlalu, masapun bertukar. Tapi ia tak kunjung putus harapan. Sebagaimana ucapannya yang juga disebutkan dalam al-Quran: “Kesabaran yang baik itulah (kesabaranku). Mudah-mudahan Allah mendatangkan mereka semuanya kepadaku, sesungguhnya Dialah yang Maha Mengetahui lagi Maha Bijaksana.” (QS. Yusuf : 83)
Ternyata, musibah itu telah menambah kebaikan yang sangat besar pada diri Nabi Ya’qub as.
Ada analogi yang baik kita renungkan. “Seorang pekerja pada proyek bangunan memanjat ke atas tembok yang sangat tinggi. Pada suatu saat ia harus menyampaikan pesan penting kepada teman kerjanya yang ada di bawahnya. Pekerja itu berteriak-teriak tetapi temannya tdk bisa mendengarnya karena suara bising dari mesin-mesin dan orang-orang yang bekerja, sehingga usahanya sia-sia saja. Oleh karena itu untuk menarik perhatian orang yang ada dibawahnya, ia mencoba melemparkan uang logam di depan temannya. Temannya berhenti bekerja, mengambil uang itu lalu bekerja kembali.
Pekerja itu mencoba lagi, tetapi usahanya yang keduapun memperoleh hasil yg sama. Tiba-tiba ia mendapat ide. Ia mengambil batu kecil lalu melemparkannya ke arah org itu. Batu itu tepat mengenai kepala temannya, dan karena merasa sakit temannya menengadah ke atas. Sekarang pekerja itu dapat menjatuhkan catatan yg berisi pesannya. Tuhan kadang-kadang menggunakan pengalaman-pengalaman yang menyakitkan untuk membuat kita menengadah kepada-Nya, Seringkali Tuhan memberi berkah, tetapi itu tidak cukup untuk membuat kita menengadah kepada-Nya. Karena itu memang lebih tepat jika Tuhan menjatuhkan “batu” kepada kita.”
Karena itu, bersyukurlah bila masih diuji…