Ada pertemuan maka ada perpisahan, namun kadang pertemuan lebih di senangi dari pada perpisahan. Hal ini bukan saja berlaku pada orang dewasa, anak2 pun demikian adanya. Bila sudah saling bertemu bermain bersama, bercanda bersama, maka ketika waktunya pulang anak-anak sering merajuk dan meminta lebih lama lagi tinggal, karena mereka merasa belum puas dengan pertemuan tadi, walaupun mungkin tidak seharian, namun lebih dari 3 atau 4 jam mereka bermain dan bercengkrama, tetap saja merasa belum lama.
Namun ada perpisahan yang sangat menyedihkan, misalkan sebuah perceraian, dimana rumah tangga yang di bina selama lebih dari 5 tahun, terkoyak hanya karna tidak adanya saling memahami dan masalah kecil yang timbul sering di ungkit dan dibesar-besarkan, yang mungkin bisa di selesaikan dengan baik, tanpa harus mengeluarkan kata cerai. Namun mereka lebih memilih mengorbankan anak2-anak dan mementingkan diri sendiri, semua karena yang di pakai adalah logika yang salah dan egoisme, bukan lagi kecintaan dan kasih sayang serta saling memaafkan. Namun dalam perpisahan ini, kedua belah fihak masih suka saling berjumpa, misalkan bila mereka mempunyai anak yang masih perlu pengasuhan orang tuanya, maka mereka akan mengusahakan untuk tetap bertemu, demi untuk anak-anak mereka.
Namun ada sebuah Perpisahan yang membuat kita lebih sedih lagi yaitu, pada saat orang yang kita cintai berpulang ke Rahmatullah, sedih karena tak bisa memeluknya lagi, sedih karena tak bisa memandang wajahnya lagi dan sedih karena tidak akan pernah berjumpa lagi untuk selamanya.
Allah telah mentakdirkan semua berpasang pasangan, ada laki-laki dan perempuan, ada sedih dan gembira, ada suka dan duka, ada datang dan pergi, ada pertemuan dan ada perpisahan. Semua Allah jadikan Indah di muka Bumi ini, bagi orang-orang yang mengharap ridhonya. Dan bagi orang-orang yang senantiasa bersyukur kepada-Nya.
Semenjak saya tinggal di Jerman, sudah berapa banyak saya dapatkan kabar, orang-orang yang saya kenal dan saya kasihi berpulang ke Hadirat Allah SWT, sedih ketika mendengarnya, namun saya tak dapat memungkiri, semua pasti akan terjadi. Ketika saya utarakan kesedihan saya pada suami, suami saya berkata :
” yah…itulah Takdir, karena kalau tidak dia yang meninggalkan kita, ya kita yang meninggalkan dia “
Sungguh dalam maknanya, karena memang demikianlah adanya. Dunia ini hanya sementara, bukan untuk tempat berpijak selamanya, Alam akhirat adalah yang kekal, dan kesanalah kita akan kembali, dengan membawa bekal yang kita persiapkan selama hidup di dunia. Tak perlu pakai koper membawanya, cukup di simpan di badan kita dan hati kita, serta catatan semua di bawakan oleh malaikat yang setiap hari mengiringi kita dan mencatat amal baik dan buruk kita. Beda bukan, ketika kita hendak pulang kampung, barang yang kita bawa bukan saja baju-baju untuk ganti, melainkan oleh-oleh pun tak akan ketinggalan kita bawa.
Saya punya teman, beliau sudah lebih tua dari saya dan saya biasa memanggilnya dengan sebutan Tante, karena pautan umur saya dengan beliau sangatlah jauh, saya sudah seperti anaknya dan anak-anak saya seperti cucunya, bahkan beliau senang sekali ketika anak-anak saya memanggilnya Oma. Belum lama ini saya mendapat kabar bahwa Ibunya yang memang sudah berumur lanjut meninggal dunia, terbayang saya wajah beliau yang juga sudah sepuh sedang menangis sendirian, karena beliau sudah lama berpisah dari suaminya, sedangkan anaknya yang pertama sudah menikah dan tinggal jauh di luar kota, dan
anaknya yang ke dua, punya kesibukan sendiri, maklum beliau menikah dengan orang Jerman, jadi kemungkinan besar anak-anaknya pun meniru gaya Jerman.
Saat mendengar berita duka itu, ingin rasanya saya berada di sana menemaninya dan memeluknya, sekedar untuk memberi kekuatan padanya dan menjadi pendengar ceritanya.
Ketika saya menelpunnya, saya mendengar suaranya yang parau dan tersendat, sedih hati saya saat itu, mengapakah ketika hal ini terjadi, saya jauh darinya, padahal dulu beliau pernah bertanya pada saya,
” Kalian masih berapa lama lagi tinggal di sini (Jerman) “
” kira2 masih lima tahun lagi kali Tante,soalnya sayakan masih harus kontrol terus ke ortopedi “
Terlihat di wajah beliau senang sekali mendengar jawaban saya itu. Lalu saya balik bertanya ” memangnya kenapa Tante..? “
” Yah…aku pun masih agak lama di sini, aku sekarang sudah tua dan sering sakit2 an, aku takut kalau tidak ada umur, tidak ada yang mengurus aku nanti, tapi kalau kalian masih lama di sini, aku agak tenang juga. Memang aku memohon sama Allah supaya meninggal di Indonseia saja, makanya kalau aku merasa, sakit ku agak parah, lebih baik aku segera pulang. “
begitu panjang ceritanya dan penuh keyakinan, beliau menjawab pertanyaan saya. Memang Tante saya yang satu ini, sangat ta´at dalam agama, Beliau bercerai dari suaminya karna suaminya itu tidak mau masuk Islam. Subhanallah…bila ingat kata2 nya lagi, membuat saya semakin sedih, karena di saat beliau sedang dalam kedukaan, saya tidak lagi berada di sisih nya. Padahal pada saat berbicara di telfun, beliau bilang ke saya :
” Memang aku sudah lama berdo´a untuk kebaikan ibu ku, karena ibu ku sudah tua sekali, jadi aku memohon pada Allah, agar di berikan yang terbaik, supaya tidak berlama-lama sakitnya dan juga tidak menyusahkan yang hidup, tapi pada saat kejadian ini aku sedih juga. “
” Sabar ya Tante, semoga Ibunda Tante mendapat tempat yang terbaik di sisih Allah SWT, dan memang sedih Tante karena inikan perpisahan untuk selamanya, semoga Tante di pertemukan lagi dengan Ibunda tante nanti di syurga. Amiin “
Hanya itu yang dapat saya katakan, karena tak terasa air mata saya pun mengalir tak terbendung, saya benar-benar sedih tidak bisa berada di sampingnya. Saya sudah menganggap beliau seperti ibu saya sendiri.
” Ya Allah izinkanlah aku memohon, berikan kekuatan dan kesabaran untuk Tante ku ini, dan beri kelapangan kubur serta cahaya Indah di alam kubur Ibundanya tercinta di Jalan Mu ya Robbi. Amiin ya Robbal a´lamiin.
Tiada kehidupan yang kekal kecuali alam Akhirat dan akan ada kehidupan baru di akhirat nanti. Karena semua yang berjiwa akan merasakan mati
Seperti Firman Allah SWT dalam surat Al Ankabuut (29) : 57
Yang artinya :
” tiap -tiap yang berjiwa akan merasakan mati. Kemudian hanya kepada Kamilah kamu kembali. “
Inilah perpisahan yang menyedihkan, karena kita tidak akan pernah
bertemu lagi dengannya, dan kegembiraan bersamanya telah berakhir ketika orang yang kita sayangi harus kembali keharibaan Allah swt.
Entah kapan kita akan meyusulnya hanya Allah sajalah yang
mengetahuinya. Namun sudahkah kita siapkan perbekalan kita untuk menuju penginapan kita yang baru…?
Semoga saja bekal kita cukup, agar kita dapat di pertemukan kembali oleh Allah dengan orang-orang yang kita cintai di syurga-Nya sana. Amiin.
Untuk Tante ku tercinta di jalan Allah,semoga kesabaran menemani Tante selamanya.
Walaupun kami sekeluarga sudah tidak tinggal lagi satu kota dengan Tante, namun hati kami senantiasa dekat dengan Tante.
HDH 6 juni 2008 (mengangkat kisah lama) sebagai Ibroh (pelajaran).