Berkurban Anthurium….

Sebentar lagi Idul Qurban. Setiap kali saya pulang dari tempat kerja dengan mengendarai sepeda motor, saya sengaja melaju pelan-pelan karena saya ingin melihat begitu banyaknya kambing-kambing qurban dan sapi-sapi qurban berjejer di tepi-tepi jalan. Ya Rabb, hamba rindu untuk membelinya, dan kembali berqurban….saya harus mengecek kembali pendanaan saya:

Betapa melihat hewan-hewan qurban itu, di bayangan kepala saya, berjuta-juta kaum dhuafa di Indonesia mengantre untuk meminta dagingnya. Dan senyuman melegakan tersurat saat mereka benar-benar mendapatkannya dari antrean mereka.

Sementara saya menuju belahan Depok lainnya, saya melihat ada ada gerumulan orang-orang. Saya begitu ingin tahu melihat antusias orang-orang itu berdatangan. Saya pikir mereka membeli hewan qurban, ternyata tidak. Tidak ada hewan kurban di sana. Mereka sedang tawar-menawar yang lain, Anthurium, tanaman hias.

Anthurium sekarang rupanya sedang menjadi euphoria dalam bidang hobi tanaman hias. Banyak pecinta tanaman hias memborongnya ibarat kehausan air. Begitu saya mendengar harganya, Ya Rabb, puluhan, ratusan juta, bahkan miliaran, cuma untuk satu pot Anthurium. Dalam pikiran saya terbesit, berapa kambing, ya? Saya yang memang niat sekali berkurban, jadi mengelus dada… Makan pun orang-orang miskin itu belum tentu mampu….pikir saya lagi. Hebat sekali daya tarik Anthurium ini. Selain sekadar memenuhi hobi, mudah-mudahan antusias berkurban juga mereka lakukan.

Saya melihat banyak pecinta membeli Anthurium yang bernama “Gelombang Cinta”. Katanya, tidak mudah layu, indah, membuat tenteram. Harapan saya, semoga gelombang cinta pun muncul tidak saja dari pecinta Anthurim, melainkan dari semua Muslim yang mampu untuk memberi kepada yang membutuhkan. Bukan sekadar untuk memenuhi kebutuhan diri sendiri, atau lebih tepatnya kepuasan diri di saat orang-orang lain menatap terpana. Amin, Ya Rabb.

Depok, 181207 Antiar