Berbuat Baik dan Ketentraman Jiwa

Diriwayatkan oleh Wabishah bin Ma’bid ra.; aku menemui rasulullah saw., kemudian beliau berkata kepadaku; Engkau datang ingin bertanya tentang kebaikan? Lalu aku menjawab: ya. Kemudian beliau berkata lagi: Tanyalah pada hatimu, kebaikan adalah sesuatu yang menimbulkan ketenangan diri dan ketentraman Jiwa. Sedangkan kejelekan merupakan hal yang meresahkan diri dan menimbulkan keraguan dalam hati, meskipun kau menanyakan orang lain dan mereka menjawabnya. (HR: Ahmad)

Di tengah kegemerlapan dunia sekarang ini, saat teknologi semakin canggih dan informasi bergulir dengan cepatnya ternyata tidak menjamin masyarakat suatu negara menjadi bahagia. Justru sebaliknya, tidak jarang negara yang kita sebut maju, namun penduduknya banyak yang stress sampai-sampai bunuh diri.

Ketika kemewahan melimpah ruah, mengapa justru kebahagian menjadi sesuatu yang langka untuk diperoleh. Tidak sedikit kita jumpai orang kaya yang mengalami stress dan berakhir sroke yang disebabkan karena kekayaannya. Wal hasil, seluruh jerih payah yang dikerahkannya untuk mecari harta, terpaksa ditinggal karena sang penjemput nyawa datang menemuinya.

Fenomena ini banyak terjadi di kota-kota besar. Sebab di sana solidaritas sosial kurang begitu diindahkan. Seiring dengan sifat individualis yang mengakar, oleh karenanya berbuat baik terhadap sesama adalah barang langka. Sehingga terbentuklah komunitas yang cuek dan hanya peduli pada diri sendiri.

Inilah sebabnya kebahagiaan tidak berpihak pada mereka-mereka yang sibuk mengurusi diri sendiri. Padahal andai mau disadari, peduli dengan orang lain dengan berbuat baik pada sesama bisa menimbulkan kepuasan tersendiri dalam batin. Karena fitrahnya manusia diciptakan tidak hanya menerima tetapi juga memberi. Keduanya mestilah seimbang agar kebahagian bisa diperoleh.

Oleh karena itu, demi terciptanya satu komunitas yang bahagia maka dianjurkan saling tolong menolong, bahu membahu dalam usaha kebaikan tersebut.

Allah swt berfirman: “…Dan tolong-menolonglah kamu dalam (mengerjakan) kebajikan dan taqwa…” (QS. 5:2)

Kebaikan menempati ruang dan waktu yang sama dalam kehidupan fana ini. Selama hayat masih dikandung badan, selama nafas masih berhembus dan nyawa belum sampai kerongkongan, selama itu pula seseorang berpotensi untuk membuat hidupnya bahagia atau sengsara.

Sudah berapa seringkah kita berbuat baik terhadap sesama. Sudah berapa banyak kebahagian yang kita peroleh dalam hidup ini. Lihatlah hari ini apakah kita merasa bahagia dengan berbuat baik walau hanya menyingkirkan duri dari jalanan.