Cerita ini berawal dari sebuah pesan singkat yang saya terima dari ponsel. Pesan singkat itu datang ternyata di kirim dari seorang wanita yang saya kenal melaui di dunia maya. Lagi-lagi hanya melalui via on-line. Sama sekali kami berdua belum bertatap muka secara live baik saya maupun wanita itu.
Mungkin. Ya, mungkin ia sudah sudah kenal saya. Tahu tampang saya (yang menurut keponakan-keponakan saya—yang mungkin matanya sedang kelilipan debu bilang saya ini tampang mirip aktor Bollywood. Sutralah!). Rupa saya. Bentuk saya. Maupun senyum close-up saya. Tapi bukan hati saya…Senyumlah untuk semua orang tapi hatimu jangan…1*) Ia bisa mengetahui saya seperti apa!
Dan lagi-lagi itu semua hanya dilihat dari fasilitas tekhnologi moden bernama dunia maya. (Ingat, bukan dunia Luna Maya!). Entah, bisa itu fasilitas via facebook, blog maupun chat Yahoo Messenger.
Pun dengan saya melihat dirinya melalui fasilitas itu pula. Jadi kami berdua benar-benar hanya kenal melalui via dunia maya. Mungkin karena kami berdua menjalani sistem “silaturahmi” memakai fasilita ini adem ayem saja. Bahkan sampai via SMS pun kami berdua juga melakukannya pula. Benar-benar tak seorang pun yang mengetahui hal itu. Memang saya akui hubungan seperti ini tak baik. Mungkin saya bisa terjangkit virus yang tidak ada obatnya. Obatnya hanya satu dan tak bisa dijual di apotik apalagi di warung kelontong. Tak lain menjaga izzah dan azzam itulah obatnya. Obat yang bisa melawan dan menghalau virus yang bernama virus merah jambu agar tidak sampai menjalar ke seluruh pembuluh darah saya. Bisa berabe nantinya memproteks-nya!
Mungkin. Ya, mungkin karena menurut saya hubungan ini tak baik dan Tuhan masih sayang maka dalam hubungan ini saya diberi cobaan. Cobaan itu adalah dalam bentuk kesalahpahaman kami berdua hingga mengakibatkan efek yang sangat besar. Hingga akhirnya kami berdua memutuskan tak akan menyapa lagi—saat itu.
Saya kira kami berdua satu sama lain cocok dan saling mengisi jiwa-jiwa yang kosong ini. Ternyata itu hanya mimpi. Jiwa-jiwa kami tak bisa disatukan. Ada partikel-partikel negatif yang menyelubungi tubuh kami berdua. Hingga jiwa-jiwa kami tak bersih.
Mungkin garis tangan Tuhan menggariskan saya bahwa dirinya bukan jodoh saya dan takdir mengatakan lain. Kami berdaua memang sudah tak lagi cocok. Baik sifat, kepribadian maupun prinsip. Dan hingga saya menulis kisah sentimentil ini saya sudah tak berhubungan lagi. Baik memakai fasilitas dunia maya maupun ber-sms-an ria saling memberikan support maupun attention. Kini kami berdua benar-benar tak bisa seperti yang dahulu lagi. Kami benar-benar tak berhubungan lagi.
Begitu dosakah sampai tidak memaafkan saya…Sudah kalau begitu saya pamit…Bye.
Itulah kurang lebih pesan singkat yang saya terima dari ponsel. Cukup membuat saya terkejut bahkan tak percaya bahwa ia mengirimkan pesan singkat seperti itu kepada saya. Tapi saya tak membalas pesan singkat itu langsung melainkan saya merenungi apa yang saya lakuakn selama ini. Terlebih saat itu ponsel saya tak bernyawa. Tak ada pulsa! Padahal kami berdua tak ikatan sakral apalagi janji sehidup-semati.
Saya lagi-lagi hanya bisa tawwakal dan berpositif thinking saja tentang pesan singkat yang saya terima dari ponsel yang dikirim wanita itu. Nothing to lose sajalah. Atau, jangan-jangan ia hanya mengetes kesetiaan saya? Atau, juga mungkin ini sifat wanita ketika sedang bete dan sedang kedatangan tamu. Entahlah. Tapi apakah saya patut menerima itu semua? Jadian juga belum kok sudah seperti itu. Wanita-wanita sungguh engkau makluk yang susah dimengerti!(fy)
Ciputat—Tangerang, Penghujung Juni 2009
Masih tetap di kost kawan di temani tembang Jangan Pernah Berubahnya—ST12 bukan eSTeh Maniez 12 Gelas!
Teruntuk seseorang yang merasa dan dirasa. Jangan Pernah Berubah. Tetaplah engkau seperti melati harum semerbak. Karena melati tak akan pernah berubah menjadi mawar berduri tajam.
Note:
*) Lirik lagu Dangdut “Senyum dan Hatimu”-nya Ikke Nurjanah
Penulis adalah penulis buku Bela Diri for Muslimah: Permpuan Bukan Maklhuk Yang Lemah. Ingin silaturahim kunjungi: fb/imel:[email protected]/ http://sebuahrisalah.multiply.com.