Ummat Islam di hari-hari belakangan ini sangat dikejutkan dan dibuat marah dengan adanya statement tidak bertanggung jawab dan memicu kekisruhan yang dilontarkan salah satu gubernur non muslim. Pernyataannya yang mengatakan bahwa al-Qur’an adalah bohong, atau menjadi alat kebohongan, sangat mengiris dan melukai hati kaum muslimin di negeri yang gemah ripah loh jinawi ini. Berbondong-bondong para ulama dan ummat Islam berijtihad menuntut segera diadilinya sang penista agama tersebut, namun sayang hingga artikel ini dituliskan, masih saja sang penista bebas melenggang.
Dilihat sekilas memang ini adalah kesalahan sang penista agama tersebut, mulut yang dimilikinya lancang memasuki domain agama lain yang sama sekali bukan urusannya. Akan tetapi di satu sisi, kita perlu instrospeksi diri juga, kita perlu memikirkan mengapa dirinya sampai bisa terpilih menjadi salah seorang pemimpin di provinsi yang terkenal dengan didominasi oleh ummat Islam? Jawabannya, karena hilangnya prinsip wala’ wal bara’ dari kaum muslimin di tempat tersebut dan di negeri zamrud khatulistiwa tersebut.
Karenanya, belajar kembali tentang al-Wala’ wal Bara’ (loyalitas dan berlepas diri) adalah sebuah kebutuhan yang mendesak untuk diketahui oleh ummat ini. Agar ummat ini tahu siapa yang harus mereka bela, siapa yang tidak boleh mereka bela. Agar ummat Islam ini tahu ke mana keberpihakan harus diberikan, dan ke mana ketidakberpihakan harus dilemparkan.
Prinsip-prinsip al-Wala’ wal Bara’ (loyalitas dan berlepas diri) merupakan prinsip penting yang sayangnya tidak diketahui oleh kebanyakan kita. Dikarenakan memang tidak banyak kajian yang membahasnya, dan karena (tentu saja) tidak diajarkan di sekolah-sekolah di negeri subur makmur bertanah subur ini. Nah, apa saja prinsip-prinsip wala’ dan bara’ yang perlu kita ketahui tersebut? Silakan disimak melalui beberapa rekaman kajian seputar al Wala’ wal Bara’ pada link berikut ini.