Jangan pernah menganggap pertandingan telah usai sebelum peluit panjang berbunyi. Semboyan itulah yang harus selalu dipedomani oleh setiap pemain sepak bola mana pun ketika bertanding. Artinya segala kemungkinan masih bisa terjadi sebelum wasit meniup peluit sebagai tanda pertandingan telah usai. Kemenangan yang telah terbayang di depan mata, bisa lenyap gara-gara tidak waspada pada menit-menit tambahan di akhir waktu pertandingan.
Begitu pula sebaliknya kekalahan yang kelihatannya sudah akan menjadi hasil akhir, bisa berubah menjadi kemenangan yang manis pada akhir pertandingan. Hal ini bisa terjadi jika para pemain dapat memanfaatkan waktu-waktu krusial di akhir pertandingan. Mengapa saat injury time dikatakan sebagai waktu yang sangat krusial?
Karena pada saat-saat tersebut banyak pemain sudah mulai lelah dan kehilangan konsentrasi. Banyak di antara mereka sudah puas dengan hasil yang telah dicapai dan berharap pertandingan segera berakhir. Dalam sepekan ini saja paling tidak ada dua kejadian yang mengubah hasil pertandingan penting terjadi pada saat injury time.
Para pemain kesebelasan Chelsea seperti mendapat anugerah luar biasa ketika Salomon Kalou berhasil mencetak gol dengan kepalanya pada menit ke 92 atau satu menit sebelum pertandingan berakhir sehingga membawa kemenangan bagi Chelsea.
Begitu juga ketika Van Buyten berhasil mencetak gol hanya lima detik sebelum pertandingan berakhir sehingga berhasil membawa Bayern Munchen terhindar dari kekalahan saat bertanding melawan AC Milan pada babak perempat final Liga Champions Eropa.
Sebagai orang yang beriman kepada taqdir Allah SWT tidak boleh berhenti berikhtiar untuk menjadi manusia yang beriman dan bertaqwa hingga ajal menjemput kita. Artinya segala sesuatu masih mungkin terjadi sebelum Allah SWT memanggil kita ke haribaan-Nya. Tak ada satu pun manusia yang dapat memastikan bahwa dirinya akan selamat dan senantiasa berada di jalan Allah hingga Malaikat ‘Izrail menjemputnya, walaupun dalam keseharian seseorang kelihatannya senantiasa beribadah dan taat kepada Allah SWT.
Begitu juga sebaliknya orang yang kelihatannya banyak melakukan kemaksiatan, belum tentu pada saat ajalnya mendapat Su’ul khatimah (kematian yang buruk). Karena bisa saja sebelum ajal sampai di tenggorokan dia benar-benar telah bertaubat dan Allah SWT menerimanya. Oleh karena itu disunnahkan agar kita selalu mendampingi orang yang sedang menghadapi sakaratul maut. Saat itulah diibaratkan sebagai masa injury time bagi kehidupan seseorang. Sakitnya sakaratul maut yang luar biasa ditambah dahsyatnya godaan iblis akan berbagai macam keindahan dan kemewahan dunia dapat menggelincirkan keimanan dan ketaqwaan seseorang yang sebelumnya telah dirintis.
Orang yang mendampingi saat sakaratul maut dianjurkan membimbing dengan kalimat tayyibah. Agar ketika seseorang meninggal, di akhir hembusan nafasnya dapat mengucap “Laa Ilaaha Illallah” dan mendapat kemenangan yang manis berupa surga Allah SWT. Satu hal yang perlu diingat adalah akhir hidup yang baik tidak akan dapat diraih begitu saja.
Semuanya tergantung dari proses kehidupan yang telah dan sedang kita jalani hingga saat ini. Sifat istiqomah setelah kita beriman kepada Allah SWT merupakan sebuah keniscayaan jika kita ingin menggapai kemenangan pada saat injury time. Sebagaimana firman Allah SWT dalam surat 41 ayat 30 yang artinya
“Sesungguhnya orang-orang yang berkata, “Tuhan kami adalah Allah”, kemudian mereka meneguhkan pendirian mereka, maka malaikat-malaikat akan turun kepada mereka (dengan berkata), “ Janganlah kamu merasa takut dan janganlah kamu bersedih hati; dan bergembiralah kamu dengan (memperoleh) surga yang telah dijanjikan kepadamu.
Kita tidak tahu kapan saat injury time itu menghampiri kita. Dalam keadaan apa dan sedang di mana tak ada seorangpun yang dapat memastikannya. Oleh karena itu sudah seharusnyalah kita memohon kepada Dzat yang memberikan kehidupan laksana sebuah pertandingan panjang yang melelahkan agar di masa injury time kita keluar sebagai pemenang yaitu mati dalam keadaan Muslim.
Wahai orang-orang yang beriman, bertaqwalah kepada Allah sebenar-benar taqwa kepada-Nya, dan janganlah sekali-kali kamu mati melainkan dalam keadaan Muslim” (QS. 3;102).